Jakarta Kemarin isu rasisme mencuat lagi sebelum perhelatan fashion akbar, New York Fashion Week, dimulai. Lagi-lagi sejumlah khalayak melakukan aksi protes soal model. Kembali, model berkulit putih akan mendominasi runway. Klise memang soal kesetaraan ras yang selama ini digembar-gembor di industri ini nyatanya belum ditindak nyata oleh salah satu negara yang sangat diperhitungkan karena kemajuanfashion-nya. Tak hanya isu ras saja, bahkan masalah berat badan model pun masih menjadi isu yang belum dapat diselesaikan.
Rachel Comey membuat sebuah presentasi yang cukup berbeda musim ini. Setidaknya para kritikus fashion tidak dapat melayangkan aksi protes terhadap desainer yang bermarkas di Big Apple ini. Makan malam sekaligus menyaksikan koleksi terbaru untuk musim panas tahun depan berakhir manis. Sesuai realita, bisa dibilang. Diperagakan oleh perempuan-perempuan dengan berbagai warna kulit dan bentuk tubuh yang profesinya bukanlah model. Menarik. Bukankah melihat sebuah koleksi dibawakan oleh perempuan ‘biasa’ akan lebih bisa diterima oleh khalayak umum di luar industri ini?
Regardless the model, musim ini koleksi Rachel Comey juga sangat menarik. Seperti membawa koleksi Resort ke dalam koleksi musim panas. Aksen drapery, ikat, denim, dan prints menjadi elemen yang disuguhkan di panggung presentasi. Siluetnya tidak body-fitted. Banyak item yang tidak memperlihatkan lekuk tubuh dan oversized. Namun jadi lebih berbentuk berkat tumpukkan cropped blazer. Potongan kerah juga banyak yang mengedepankan model V, terlihat pada beberapa model kamisol berwarna lembut dan berpotongan asimetris.
Masih khawatir kalau beberapa model tak cocok untuk bentuk tubuh dan warna kulit tertentu? Koleksi ini membuktikan kalau persepsi itu sebaiknya dibuang jauh-jauh saja.