Mempelajari Kembali Sejarah Indonesia melalui Seni

Patricia Wulandari diperbarui 26 Agu 2015, 13:00 WIB

Jakarta Mendengar kata “Kemerdekaan Indonesia”, yang sering terlintas di pikiran kita mungkin konsep dadakan akibat desakan Pemerintah Militer Jepang yang kalah berperang dan harus menyerahkan Indonesia kepada pasukan sekutu. Padahal, sebenarnya konsepnya jauh lebih dalam dari itu dan telah melalui proses sejak awal abad ke-20 di Belanda dan Hindia Belanda. Proklamasi Republik Indonesia yang ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta kala itu merupakan sebuah upaya panjang para nasionalis. Tapi, belum semuanya tahu tentang ini.

Periode 1946-1949 memang periode yang sangat bersejarah bagi Indonesia, dan itu juga yang ingin diangkat oleh Pameran Langkah Kepalang Dekolonisasi, sebuah pameran seni rupa yang diadakan dalam rangka peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke-70 di Galeri Nasional Jakarta.

“Tidak terbatas pada perkembangan Indonesia sebagai gejala lokal, hubungan perjuangan Indonesia periode ini membuka peluang melihat sejarah sebagai persoalan global,” ujar kurator pameran ini, Jim Supangkat. Ia sengaja mengambil tema sejarah karena melihat banyaknya publik yang belum mengetahui seluk beluk perdebatan sejarah. 

Pameran Langkah Kepalang Dekolonisasi menampilkan banyak seniman kontemporer, seperti Agung Mangu Putra, Entang Wiharso, Heri Dono, Aditya Novali, Maharani Mancanegara, Tatang Ramadhan, Andi Dewantoro, M Irfan, dan lainnya. Melalui pameran ini, mereka menginterpretasikan sejarah Indonesia pada periode 1945-1949 berdasarkan kesadaran sejarah, bukan cuma merepresentasikan realitas seperti halnya peninggalan sejarah. 

Pameran ini berlangsung sampai tanggal 30 Agustus di Galeri Nasional Indonesia, dan selanjutnya bisa dilihat di Galeri Canna, Kelapa Gading, hingga tanggal 12 September 2015.

What's On Fimela