Jakarta Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh para fashion designer yang baru saja memulai karirnya: ide begitu banyak terlintas di benak mereka, namun lagi-lagi biaya menjadi halangan untuk dapat berkembang.
Hal itulah yang menjadi latar belakang didirikannya lembaga-lembaga fashion di luar negeri (termasuk Indonesia) untuk mendukung kiprah para desainer muda tersebut. Selain CFDA Fashion Fund, LVMH Prize menjadi salah satunya.
Sejak tahun 2013, LVMH (perusahaan yang menaungi rumah-rumah mode besar seperti Louis Vuitton, Christian Dior, Celine, Fendi, Givenchy, dan lain sebagainya) kerap mendukung para desainer muda untuk dapat mewujudkan mimpi mereka bersaing di dunia fashion internasional. Total hadiah yang dapat dibawa pulang oleh pemenangnya begitu menggiurkan.
Bayangkan saja 300.000 euro atau setara dengan 4,5 miliar rupiah serta setahun penuh didukung secara finansial, siapa yang tidak mau? Namun, hadiah sebesar itu tentu harus melewati perjuangan yang tidak mudah. Di bulan Februari 2015 lalu, para komite LVMH mengumumkan nama-nama kandidatnya. Para kandidat tersebut nantinya harus mempresentasikan hasil karya mereka ke hadapan para juri, yaitu J.W. Anderson, Nicolas Ghesquiere, Marc Jacobs, Karl Lagerfeld, Carol Lim & Humberto Leon dari Kenzo, Phoebe Philo, Raf Simons, dan Riccardo Tisci.
Dari 26 semi finalis yang terpilih di babak awal, akhirnya para juri dan voting dari komite memilih 7 kandidat peraih hadiah fantastis tersebut. Mereka adalah Arthur Arbesser, Coperni, Craig Green, Faustine Steinmetz, Jacquemus, Marques Almeida, dan Off-White c/o Virgil Abloh. Setelah melewati penjurian yang ketat di Paris Fashion Week bulan Maret awal lalu, akhirnya LVMH mengumumkan pemenangnya pekan ini.
And the winner goes to… Marques Almeida.
Beberapa waktu lalu, kami sempat membahas koleksi Marques Almeida terbaru yang dipamerkan di London Fashion Week kemarin. Tidak menyangka, kali ini merekalah yang berhak membawa pulang hadiah dari LVMH. Bisa terbayang bagaimana mereka akan melangkah dalam satu tahun ini.
Arah mereka ada pada pasar denim anak muda. Tidak ada desain denim yang membosankan di sana. Itu waktu mereka belum di-support oleh siapapun hingga akhirnya menjadi pemenang LVMH tahun ini. “That's the one that we go back to during every pressurized moment. In those two days before we show our collection, you start going, 'What will people think? How is this all going to be received?’”ungkap Marta Marques, salah satu desainer Marques Almeida.
Kekhawatiran mereka toh tidak berujung pada kekecewaan. Mereka akan menjadi desainer yang namanya bakal diperhatikan setahun penuh ini, menyusul kesuksesan Thomas Tait yang jadi pemenang di edisi pertama LVMH Prize tahun 2014.