Sejauh Mata Chitra Subijakto Memandang, Baginya Kain Indonesia Adalah Yang Terbaik

Jessica Esther diperbarui 13 Mar 2015, 14:00 WIB

Jakarta Chitra Subijakto kecil belum jatuh cinta pada Indonesia. Ia dibawa melihat sebuah candi namun tidak menemukan dimana titik keindahannya. Semua hanya bangunan abu-abu. Ia lebih suka di bawa ke taman bermain. Lalu, ia dibawa lebih jauh lagi mengelilingi Indonesia. Mengunjungi pameran sampai melihat koleksi batik Ibunda. Perempuan mungil satu ini sempat bertanya, mengapa batik hanya berwarna coklat. Tidak, ternyata Sang Ibu menjelaskan batik bisa dieksplorasi menjadi beragam warna. Di situlah Chitra Soebijakto mulai menunjukkan ketertarikannya pada Indonesia terutama pada kain tradisionalnya, sampai saat ini.

Sambil memuaskan hobi traveling, Chitra juga menyempatkan waktu berburu kain tradisional . Lewat eksplorasinya tersebut, mata Chitra semakin dibukakan. Namun, masih ada satu kejanggalan. “Saya melihat anak muda di Indonesia masih memandang kain tradisional dengan sebelah mata. Mereka berpikir batik adalah motif, padahal itu adalah prosesnya. Motif kain tradisional bisa lebih playful lewat permainan warna, kok,” ungkap Chitra. Ia menambahkan, “sesuatu yang tradisional juga nggak harus kuno, tergantung bagaimana cara kita mengeksplornya.”

Inilah titik di mana akhirnya Chitra memutuskan untuk membuat sebuah label berbasis kain tradisional. Namanya “Sejauh Mata Memandang”. Itulah filosofi Chitra yang ia temukan dari hobi traveling bercampur dengan kecintaannya pada warisan nenek moyang Indonesia.

“Saat traveling, saya sering mengucapkan kalimat sejauh mata memandang. Ya, sejauh mata memandang saya melihat hamparan padang berumput hijau dan laut biru. Sejauh mata memandang Indonesia itu indah sekali,” ceritanya tentang asal mula nama label itu.

“Soal inspirasi, saya merasa setiap hal yang ada di sekeliling saya itu inspiratif." Seperti koleksi pertama Sejauh Mata Memandang yang inspirasinya datang secara tak terduga. Coba bayangkan gambar ayam yang ada sebuah mangkuk bakmi. Kini, Chitra membuat gambar itu tak hanya dinikmati oleh penikmat kuliner bakmi saja, tapi juga pada sebuah kain. Lalu, ia membebaskan siapa saja yang memakai koleksinya itu. Entah kain bisa dibuat sebagai rok yang diikat di bagian pinggang atau menjadi sebuah syal.  

“Cara seseorang memakai sesuatu itu berbeda-beda. Oleh karena itu, nggak ada yang salah dari fashion karena itu adalah sebuah kebebasan,” cerita Chitra soal proyek barunya ini. Satu hal lagi, koleksi kedua akan segera diluncurkan. Inspirasinya pun juga sangat unik, dari tanaman di pinggir pantai, namun dilihat dari ketinggian. Ia pun akan berekspansi hingga ke kota Milan.

Nggak takut dengan persaingan brand lokal yang sedang dilakukan anak muda lainnya saat ini? “Segala sesuatu yang memiliki akar kuat, pasti akan lebih mudah untuk maju, apapun bidangnya,” tutup Chitra mengakhiri pembicaraan.

Foto produk: bobobobo

What's On Fimela