Jakarta
Sepanjang karir modelingnya, Ines selalu punya personal style yang kuat – sehingga nggak jarang, diangkat sebagai muse dari Karl Lagerfeld serta desainer ternama lain di dunia. Ia telah berhasil mengekspresikan pengetahuannya tentang high end fashion serta personal style-nya yang khas untuk menciptakan pakaian yang berkualitas dalam gaya Parisian chic yang banyak diikuti oleh perempuan seluruh dunia.
Naoki Takizawa, adalah Design Director UNIQLO. Catatan karirnya antara lain pernah menjadi desainer serta creative director Issey Miyake dari 1989 - 2006; mempunyai lini fashion atas namanya sendiri; serta sekarang selain mengepalai project kolaborasi UNIQLO, juga mengajar di Universitas Waseda, Tokyo. Berbagai penghargaan dari dunia fashion serta art dunia pernah diraihnya.
Takizawa adalah orang yang bertanggungjawab untuk menerjemahkan sense of style Ines de la Fressange ke dalam satu koleksi yang walaupun sederhana tapi mengandung DNA (UNIQLO) Jepang dan Parisian chic sekaligus. Simak wawancara kami, dengan laki-laki stylish berdarah Jepang ini tentang koleksi kolaborasi tersebut.
Awal kolaborasi ini bisa dibilang karena CEO UNIQLO, Tadashi Yanai tertarik dengan gaya Ines lewat bukunya "Parisian Chic: a Style Guide by Ines de la Fressange", dimana beberapa item andalan Ines adalah produk-produk UNIQLO, demikian Takizawa membuka sesi wawancara. Dalam kolaborasi ini Ines bertindak bukan sebagai desainer tapi sebagai personal stylist dan menentukan gaya serta insprasi dari setiap item dalam koleksinya, yang didesain langsung oleh Takizawa.
Walaupun budaya Jepang dan Perancis sangatlah berbeda, tapi punya satu ide dasar yang sama tentang keindahan, chic serta konsep simplicity. Masyarakat Jepang bisa dibilang cukup tergila-gila dengan kultur Perancis, dan mengikuti dari pastry sampai style. Sehingga hal ini jadi satu faktor penggabung kedua kultur tersebut. Takizawa bercerita, saat dia ke Paris dalam satu waktu, sedang diselenggarakan pameran lukisan salah satu artis kebanggaan Jepang. Masyarakat Paris pada saat itu sangat antusias untuk mendatangi pameran tersebut, dan menurut Takizawa itu merupakan salah satu yang membanggakan serta bukti kesamaan cara pandang budaya Jepang dan Perancis.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Takizawa, kultur masyarakat Perancis terbagi dua, high society serta yang biasa-biasa saja. Ines datang dari high society people. (Sedangkan) Masyarakat Jepang, banyak budaya yang lahir dari masyarakat biasa saja. Dilihat dari dua hal tersebut, bisa terlihat bahwa ada satu meeting point di mana, darimana pun budaya tersebut berasal, bisa diterima oleh kalangan yang berbeda dan seperti bertemu di tengah-tengah. "Saya berasal dari Jepang, Ines berasal dari Perancis, Kami punya latar belakang yang berbeda, tapi punya satu kesamaan dalam hal cara pandang budaya serta kecintaan pada fashion," jelas Takizawa lagi.
Sebagai pemimpin project kolaborasi ini, Takizawa nggak mempunyai trik atau niatan khusus dari awal untuk menggabungkan dua DNA yang berbeda tersebut. Konsep Parisian chic yang terlihat pada koleksi Ines, sangatlah bisa diinterpretasikan dalam gaya sehari-hari orang di seluruh dunia.
Mengutip kata-kata Ines, "Fashion has to be fun. Saya belajar dari dunia high fashion dimana kita bisa mengekspresikan gaya elegan tanpa harus memiliki berbagai item fashion terbaru. Koleksi ini sangatlah mudah dipakai dan dipadankan, serta dirancang khusus untuk perempuan di seluruh dunia. Fashion adalah satu kesenangan dalam hidup, so let's enjoy it together!"
Ines juga sangat menyukai koleksi yang dianggapnya sangat seru ini, karena menawarkan banyak style yang bisa memperkaya koleksi wardrobe-mu. Palet kreasinya untuk koleksi Ines–UNIQLO musim ini diperkaya dengan menambahkan warna karamel dan abu-abu dalam warna andalannya indigo atau biru tua. Ia juga menambahkan pilihan bahan linen dan katun – yang selalu menjadi bahan pilihan dalam wardrobe-nya.
Koleksi Spring/Summer 2015 Ines menawarkan warna karamel – yang melambangkan keadaan alam di Perancis Selatan. Item yang ada termasuk jaket sport dan sweat shirt potongan vintage yang menonjolkan salah satu style ala Ines, yaitu paduan antara feminin dengan maskulin. Jaket nylon dan overall yang santai dengan bukaan garis leher, potongan unik dimaksudkan untuk tetap menjaga siluet feminin dari keseluruhan koleksi.
Cocok untuk liburan di Marrakech, Maroko atau di kota tepi pantai Mediterania. Warna yang menjadi tema untuk koleksi ini adalah vanilla dan limestone alami. Item barunya meliputi kemeja dan gaun apron dengan bordir, linen dan katun dengan warna pudar yang menjadi sangat menarik untuk udara panas. Motif barunya adalah kotak-kotak windowpane yang sering dijumpai di Eropa. Koleksi ini sangatlah mencerminkan pribadi Ines, yang memadukan kenyamanan bahan alami dengan gaya serta inspirasi dari tiupan angin laut Mediterania.
"These are the kinds of clothes I've longed for myself, and I can't wait to wear them!" seru Ines.