Jakarta Setiap seniman memiliki pesan tersendiri lewat karya mereka. Begitu pula dengan seniman asal Italia bernama Filippo Sciascia. Filippo lahir di Italia, pindah ke Amerika, lalu kembali melanjutkan studi di Accademia di Belle Arti Firenze, Italia dan akhirnya berlabuh di Bali sejak 1998. Pada tahun ini, Filippo mendapat kesempatan untuk menggelar karyanya di ajang tahunan Ciptadana Art Program 2014 hingga 5 Desember 2014 mendatang.
Dari sekian banyak lukisan bergaya kontemporer yang terpampang, beberapa di antaranya memiliki permukaan retak yang justru menarik untuk dilihat karena memiliki kesan sangat dramatis dengan lukisan yang tertuang. Saat ditanya langsung pada Si Perupa, ia menjabarkan kalau permukaan retak tadi justru bukanlah sebuah signature. “Saya tidak percaya akan signature dalam sebuah lukisan. Itu hanya sebuah refleksi yang menggambarkan karya saya,” ceritanya dalam sebuah kesempatan mengobrol. Agar bisa menghasilkan retakan dalam lukisannya, lelaki berkacamata ini melapisi permukaan kanvas dengan lapisan tebal yang disebut gesso.
Kami sempat melihat-lihat langsung ragam karyanya yang tak hanya terpatok pada material cat saja namun besi atau potongan bambu sekali pun. Filippo mengaku terinspirasi dari benda-benda yang berada di sekitarnya.
Sejenak, kami sempat mematung di depan karya lukisannya yang menggambarkan seorang lelaki dari belakang lengkap dengan bayangan hitam tubuhnya. Kesan suram sedikit terpancar, tapi setelah kami mengobrol lebih panjang, Filippo mengungkapkan bahwa lukisannya tidak seperti yang tertangkap. “Selalu ada unsur cahaya dalam tiap lukisan saya. Itulah pesan yang ingin saya sampaikan. Tanpa ‘cahaya’ kamu tidak akan merasakan sebuah kehidupan. Pesan ini sangat penting untuk seluruh manusia,” katanya dengan muka bersemangat.
Satu karya lagi yang menarik adalah gambaran Candi Mendut yang ditampilkan lewat material potongan bambu. Tidak ada emotional attachment tersendiri hanya saja ia ingin mengenalkan heritage Indonesia pada masyarakat luas. Candi Borobudur sendiri dirasanya sudah terlalu populer.
Bila ditelusuri kembali dalam karyanya, ‘cahaya’ itu memang selalu ada dalam lukisannya. Termasuk dalam dua karya yang kami sebutkan. Rasa ingin tahunya akan kekuatan magis cahaya melandasi tiap karya Filippo yang menganggumkan dan memiliki unsur filosofi akan pengertian kehidupan yang mendalam.