Next
Kain tenun merupakan bagian dari budaya dan tradisi Nusantara tapi kemudian bukan lagi hanya sebuah tradisi yang membanggakan namun dijadikan peluang bisnis yang memajukan sebuah desa dan membuka peluang kerja. Meski begitu, kemajuan teknologi diakui Mariani (seorang penenun asal Sambas) memengaruhinya untuk menjalani bisnis ini. Sekarang, Mariani mengatakan agak kewalahan mencari penenun muda yang ingin tetap melestarikan budaya kain tenun. Rata-rata lebih memilih untuk sibuk bersosialisasi lewat kemajuan teknologi. Beruntung masih ada Mariani dan teman-teman lain yang peduli akan kelestarian kain tenun Nusantara ini.
Di Pasar Indonesia yang menjadi bagian dari Bazaar Fashion Festival 2014, para pebisnis kain tenun yang berasal dari berbagai kawasan di Indonesia mempromosikan sekaligus menjual hasil karya desa mereka. Pasar tadi digelar di JCC, Senayan, Jakarta Selatan. Selama acara berlangsung, sebagian kawasan JCC diubah mirip toko-toko yang terletak di pasar modern. Sangat keren dan rapi. Yang disayangkan, ketentuan transaksi agak ribet –hanya menggunakan kartu debit atau kredit dari bank tertentu saja.
Beragam kain yang ditawarkan bikin kami terkagum dengan keindahan masing-masing daerah.
Next
Kain Tenun Lombok, NTB
Subahnale dan Rangrang (kain di patung) adalah dua jenis motif yang populer di kain tenun asal Lombok. Di tangan, kain tenun milik Syamsul Azis asal Desa Sukarare terasa sangat halus dan memiliki perpaduan warna cantik. Kisaran harga untuk rangrang berkisar antara Rp250-450 ribu. Bila ingin kain lebih awet, usahakan mencuci dengan proses dry clean.
Next
Kain Tenun NTT
Sedikit berbeda dengan kain tenun lainnya, kain yang dihasilkan dari desa Manggarai, NTT ini terlihat lebih soft dari segi warna, cokelat atau kuning muda. Warna kain tadi berasal dari kulit kayu atau kunyit. Dari segi motif pun tidak begitu penuh. Salah satu motif yang menjadi ciri khas adalah mata manuk (mata ayam). Menurut Sang Penenun, Yasinta, perawatan kain cukup dicuci dengan shampoo dan dijemur di tempat yang tidak terkena matahari.
Next
Kain Tenun Kalimantan Timur
Kain tenun Ulap Doyo menjadi salah satu kain tradisional yang populer di Kaltim. Doyo adalah tanaman liar yang tumbuh di beberapa daerah di Kalimantan. Kerajinan tenun ini sudah terkenal sejak masa Kerajaan Kutai lho, Fimelova. Kain tenun ini agak terasa kasar di kulit. Biasanya kain ini dikombinasikan dengan kain lain untuk membuat baju, tas, maupun yang lainnya. Pewarnaan kain berasal dari kulit durian atau kayu. Motif yang biasanya dibuat lebih menggambarkan binatang, seperti kadal, ikan dan lainnya.
Next
Kain Tenun Kalimantan Barat
Tenun Sambas yang berasal dari Kalimantan Barat ini memang seringkali dikira berasal dari Palembang. Maklum coraknya yang berwarna dan penuh memang agak terlihat mirip. Namun, perbedaannya terletak di panjang kain. Menurut Mariani, kain tenun Sambas memiliki panjang dua meter sedangkan kain tenun Palembang memiliki panjang kain satu setengah meter saja. . Corak yang biasanya terlihat adalah bunga mawar, mata ayam, burung Enggang dan masih ada sekitar 100 motif lainnya. Teknik yang digunakan untuk membuat motif dinamakan cungkit. Dahulu kata Mariani, kain tenun asal Sambas ini memiliki berat sekitar 3-4 kg dan tidak memiliki banyak corak warna.
Next
Kain Tenun Minang
Ada dua kain khas yang terkenal dari Minang, yaitu Sulaman Suji Koto Gadang dan Sulaman Pandai Sikek. Sulaman Suji Koto Gadang lebih mirip dengan bordir, bedanya depan dan belakang memiliki kehalusan dan kerapian yang sama. Sedangkan Pandai Sikek merupakan tusuk peniti. Motif yang biasanya dibuat lebih ke bunga dan bukan binatang.
Selain kain sulam, songket Minang pun sangat terkenal. Bahkan mendapat pengakuan sebagai songket terhalus di mata dunia. Uniknya, beberapa tahun belakangan para pengrajin memadukan songket dan sulam. Harga satu set kain tadi ditaksir senilai Rp12juta.
Next
Kain Tenun Palembang
Kain tenun satu ini memiliki kemiripan dengan kain tenun Sambas atau Minang. Motif yang biasa dibuat adalah gajah mada kecil mentok-mentok hingga ubur-ubur. Pengerjaannya diperkirakan Rumbia, Sang Pengarjin, mencapai lima hari hingga kira-kira satu minggu.