Kisah Inspiratif, Perempuan Aktif Ini Lolos dari Kanker Limfoma Pascamelahirkan!

Fimela Editor diperbarui 25 Jan 2015, 09:00 WIB
2 dari 5 halaman

Next

Jakarta Divonis kanker setelah melahirkan

Belum genap dua bulan melahirkan, saya, perempuan yang terkenal aktif bersosialisasi dan traveling ini, divonis mengidap Kanker Limfoma Non-Hodgkin tipe B stadium dua. Kejanggalan memang saya rasakan saat memasuki usia kandungan delapan bulan. Tenaga saya jauh lebih lemah dari hamil sebelumnya. Saat menuju kamar yang terletak di lantai dua saja harus sering berhenti agar tidak kecapaian.

Awalnya, saya menyangka karena hamil di umur waspada, 38 tahun. Tapi kecurigaan bertambah karena pascamelahirkan tubuh terasa bengkak, hanya di sekitar dada hingga kepala sedangkan bagian bawah tubuh nggak. Nafas agak terasa berat dan susah. Dokter hanya bilang itu adalah efek dari melahirkan. Merasa perlu dapat second opinion, saya memeriksakan diri ke dokter penyakit dalam di hari kelima pascamelahirkan. Dari hasil X-ray, dokter menemukan benjolan bervolume 10 cm di dekat paru-paru. Untuk memastikan bahwa itu kanker memang harus melakukan pemeriksaan lanjutan.

Dengan kondisi yang masih lelah pascamelahirkan, pemeriksaan itu ditunda sebulan. Saya tahu, sesuatu yang berat menanti. Yang selalu menjadi beban pikiran adalah nasib Si Bayi. Bagaimana ia ke depannya. Setelah menunggu sebulan, akhirnya kabar itu benar adanya. Dokter memvonis saya dengan Kanker Limfoma Non-Hodgkin. Saya sadar bahwa saya harus menghadapi kanker ini. Saya menangis, sedih dan merasa down. Saya merasa hidup saya nggak akan lama! Dari situ saya putuskan bahwa setiap detik yang dilalui harus berkualitas. Pun akhirnya saya bisa menerima dengan ikhlas kondisi yang diberikan saat itu.

What's On Fimela
3 dari 5 halaman

Next

Fokus urus keluarga dan mulai belajar tentang agama

Saya yang dahulu aktif hadiri ragam undangan dan arisan, mulai memutuskan untuk berkonsentrasi urusi keluarga. Dimulai dengan memberi tahu kondisi ini pada anak-anak. Saya memberi pengertian pada mereka bahwa apa yang dialami adalah takdir yang harus dijalani. Raut sedih terpancar dari muka mereka. Dari situ, hubungan emosional kami sangat dekat dan kami jauh lebih menghargai hal itu.

Saya tahu, harus mempersiapkan segalanya bahkan kemungkinan buruk seandainya dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Sehari-hari saya lalui bersama anak-anak dan suami. Saya mulai belajar agama meski sebelumnya tidak pernah belajar secara khusus soal itu.

Memang, dari dahulu saya nggak punya tujuan hidup, apalagi prioritas. Hampir tiap hari sibuk menghadiri acara mulai dari arisan sampai makan siang. Teman sangat banyak tapi nggak sadar kalau waktu yang diluangkan lebih banyak dengan mereka ketimbang keluarga. Setelah belajar agama, saya mulai menyadari banyak hal, terutama miliki tujuan dan prioritas hidup. Bahwa berada di rumah dan membangun suasana menyenangkan bagi keluarga sangatlah penting. Memberikan anak-anak bekal pendidikan agama juga harus menjadi hal yang utama. Manusia tanpa agama itu hampa dan nggak menikmati hidup.

 

4 dari 5 halaman

Next

Konsumsi jus sehat

Di samping agama, mempelajari soal kesehatan bagian penting lainnya. Ragam buku kesehatan berhasil saya 'lahap' buat mengenal kanker lebih dalam. Sampai akhirnya berjodoh dengan nutrisionis dan penulis buku, Kimberly Snyder. Perempuan berambut panjang ini terkenal menangani nutrisi banyak selebriti Hollywood, mulai dari Drew Barrymore sampai Channing Tatum. Lewat buku dan situs miliknya saya belajar banyak soal detoksifikasi yang memang dibutuhkan bagi penderita kanker. Dari pengalaman membaca berbagai sumber, saya mengetahui bahwa kanker itu bukanlah penyakit melainkan tanda dari badan yang memberi tahu bahwa ada toksin di tubuh kita. Selama dibersihkan tubuh akan aman. Agar mengurangi kemungkinan kembalinya sel kanker, menjaga makanan sangatlah penting. Usahakan 60% makanan berasal dari raw food dan sisanya living food.

Mulai dari pascakemoterapi saya putuskan untuk mengadaptasi gaya hidup baru yang disebarkan Kimberly Snyder, jaga makan dan mengonsumsi jus sehat, campuran antara sayuran dan buah-buahan. Komposisinya sayuran harus lebih banyak dari buah. Pilihlah sayuran hijau seperti romain lettuce, bayam, daun ketumbar, parsley dan lainnya. Sayuran tadi bisa dicampur dengan apel, pir, pisang atau lemon. Semua harus organik! Dengan telaten, saya meminum jus sehat ini sehari dua kali - untuk pemula mungkin bisa mencoba satu kali sehari. Efek pada tubuh sangat baik, tubuh saya kembali bisa mencerna makanan yang telah dikonsumsi - kemoterapi membuat bakteri penghancur di tubuh saya ikut mati.

 

5 dari 5 halaman

Next

Bebas sel kanker dengan detoksifikasi

Tiga bulan setelahnya, detoksifikasi masih berlanjut, saya mengalami demam dan mual yang luar biasa. Membaca banyak hal membuat saya tahu dan nggak takut, justru menyadari bahwa itu merupakan efek yang normal dialami untuk mengeluarkan racun. Anehnya, benjolan di sekitar leher meradang besar. Meski begitu saya nggak panik karena percaya diri bahwa apa yang dilakukan adalah benar. Usai mengalami demam, benjolan di leher berangsur-angsur mengecil dan hilang hingga kini.

Sudah hampir satu setengah tahun - sejak pascakemoterapi - saya mengubah gaya hidup dengan mengonsumsi jus sehat, hasilnya saya terbebas dari kanker dan memiliki energi yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Gaya hidup ini saya tularkan pada suami dan anak-anak juga. Lucunya, lifestyle ini menyebar dari mulut ke mulut di lingkungan kami. Adanya kanker memberi saya alasan untuk lebih bisa menghargai hidup dan waktu yang telah diberikan oleh-Nya!