Langkah Besar Hillary Clinton Jadi Perempuan No. 1 Di Dunia

Fimela Editor diperbarui 11 Jul 2014, 08:00 WIB
2 dari 3 halaman

Next

Dalam perilisan buku kedua Hillary Clinton yang berjudul Hard Choices pada tanggal 10 Juni 2014 lalu banyak pihak yang menyambut baik, bahkan tak sedikit yang melihat dari segi perspektif lain. Bahwa Hillary tak hanya menceritakan pengalaman tapi justru membuat langkah besar untuk melaju kembali dalam pencalonan Presiden Amerika di periode 2016.

Dalam buku setebal 635 halaman ini, Hillary membagi serangkaian cerita soal keputusan berat yang harus ia hadapi selama menjabat sebagai Menlu AS, terutama kejadian yang melibatkan Timur Tengah, Afghanistan, Pakistan sampai Rusia. Ia pun menulis soal persaingan Amerika terhadap Cina, ancaman dari Iran dan Korea Utara, revolusi Timur Tengah, hingga reaksi negara lain terhadap keputusan government shutdown yang dikeluarkan Amerika tahun 2013.

Sedikit banyak, kebijakan menyangkut masalah luar negeri saat ia menjabat di bahas dengan cerdas di sini. Ditambah, aspek pribadi kehidupan dan kariernya termasuk peristiwa pernikahan putrinya, Chelsea Clinton, hingga persaingan alot yang ia hadapi bersama Barrack Obama ketika ia mencalonkan diri menjadi Presiden.

Sebenarnya, sepak terjang Hillary di dunia politik sudah dimulai semenjak ia menikah dengan Bill Clinton di tahun 1975, pada masa itu Bill menjabat sebagai Gubernur Arkansas dan Hillary telah aktif di berbagai organisasi kesejahteraan anak-anak.  Bahkan ketika perselingkuhan Sang Suami yang juga mantan Presiden Amerika ke-42 terungkap bersama Monica Lewinsky, ia tetap memberikan sumbangsih terhadap Amerika. Perempuan yang belajar Ilmu Politik di Wellesley College ini, turut andil dalam pembentukan State Children’s Health Insurance Program, Adoption and Safe Families Act dan Foster Care Independence Act.

Bangkit dari keterpurukan skandal keluarganya, karier Hillary dalam pemerintahan justru menanjak naik. Ia terpilih sebagai senator Negara Bagian New York pada tahun 2000 yang sekaligus menjadi Mantan Ibu Negara pertama yang memenangi pemilihan umum untuk sebuah jabatan di AS. Di tahun 2007, ia gagal menjadi kandidat Presiden dari Partai Demokrat yang lantas dimenangkan oleh Barrack Obama. Perempuan kelahiran Chicago ini, akhirnya menduduki jabatan Menteri Luar Negeri AS dari tahun 2009 hingga 1 Februari 2013 lalu.

 

What's On Fimela
3 dari 3 halaman

Next

 

Kembali ke soal buku, Hillary kembali dibantu oleh Lissa Muscatine, sahabat lama yang pernah menjadi speechwriter saat ia menjabat sebagai First Lady. “Lissa sudah lama menjadi partner saya dalam menulis dan menyampaikan hal penting yang selama ini saya lakukan,” ungkapnya pada The Daily Conversation. Dalam buku pertama Hillary, Living Story, keduanya bahkan seringkali duduk di meja makan hingga jam 3 pagi untuk mengerjakan buku tadi. Well, keduanya memang sudah 20 tahun saling mengenal. Sedikit banyak Lissa membantu Hillary menyampaikan visinya terhadap rakyat dengan cara yang sangat pintar.

Buku keduanya memang sangat berisiko untuk dipublikasikan karena menyangkut banyak hubungan politik luar negeri yang dijalani Amerika. “I was not sleeping much towards the end, because I was so worried somehow I may have totally missed the point of what I was trying to communicate,” tuturnya. Meski begitu, ia berhasil merilisnya pada 10 Juni 2014 lalu. Penjualannya cukup sukses dibandingkan dengan buku pertamanya, bahkan menduduki posisi pertama dalam daftar buku nonfiksi di New York Times. Rencananya, usai mempromosikan bukunya di Amerika, Hillary akan terbang ke Eropa untuk tour book di Bulan Juli ini.

Karya tulisnya kali ini bisa bilang merupakan kado manis yang diberikannya untuk para perempuan, pemimpin, maupun rakyat yang ingin mengetahui dunia di balik jabatan prestisenya. Sebaliknya, bisa jadi lewat buku keduanya, ia ingin membeberkan nilai lebih yang ia punya dalam hal kepemimpinan. Apalagi, ia sudah mengantongi lampu hijau dari Sang Suami untuk melaju pada pencalonan Presiden Amerika selanjutnya. Di tambah, Sang Sahabat, Lissa yang sudah berkeliling Amerika untuk mengampanyekan mengapa Hillary pantas sebagai Presiden Amerika selanjutnya.

“Saya akan memutuskan maju kembali bila memang saya rasa benar untuk dilakukan, yang jelas tidak ada keputusan hingga pada waktunya. Untuk saat ini, saya hanya ingin melewati tahun ini dengan berkeliling dunia, menandatangani buku dan pada akhirnya berpikir apa yang harus dan tidak harus saya lakukan,” jelasnya. Bila memang Hillary mencalonkan diri sebagai Presiden Amerika 2016, she could be the next no.1 woman leader in the world! Well, Semoga ia bisa menjadikan Amerika terlebih dunia lebih baik ya, Fimelova! Setuju?