Menolak Pelecehan Anak, 50.000 Orang Tandatangani Petisi

Fimela Editor diperbarui 17 Apr 2014, 08:41 WIB

Kisah ini berawal dari kecurigaan Sang Ibu, T,  terhadap perubahan perilaku korban berinisial M yang kerap memencet kemaluannya sampai air seninya tak ada lagi. M yang masih berumur 5 tahun berkata kalau ia melakukan hal tersebut agar tak perlu lagi pergi ke toilet untuk buang air kecil di sekolah. Memar berbentuk bulat yang ditemukan oleh Sang Ibu pada perut kanan anaknya yang kemudian menjadi petunjuk. Beragam cara dilakukan oleh Sang Ibu untuk mengorek inoformasi dari anaknya. Akhirnya, keluarlah pernyataan bahwa M telah dilecehkan oleh petugas kebersihan sekolahnya, JIS. Dan pelakunya bukan hanya satu, melainkan empat orang. 

Menanggapi kasus ini, ada beberapa orang yang membuat petisi agar para pelaku dihukum berat. Salah satunya adalah Fellma J. Panjaitan yang menulis petisi di situs Change.org bertajuk ‘Jangan Ada Korban Lagi’. “Bagaimana memulihkan wajah polos seorang anak yang terciderai pelecehan seksual?” ujar Fellma. Ia juga berkata bahwa akan sangat sulit menghapus trauma Sang Anak, karena itu ia tergugah dan menulis petisi tersebut.  ““Saya merasa ikut tersakiti, marah, dan sedih atas pelecehan seksual. Tiap nonton berita, ada saja pelecehan seksual, juga child abuse. Tiap hari. Andai saya bisa berbuat sesuatu. Sampai akhirnya gongnya kemarin, saat kejadian M terkuak. Di tempat yang keamanannya tinggi saja bisa terjadi, apalagi yang nggak,” kata perempuan pegawai negeri salah satu kementerian ini. 

Dalam sehari, petisi Fellma telah didukung 20.000 orang lebih dan per hari ini, sudah ada 48.000 lebih orang yang menandatangani petisi ini. Melihat itu, Arief Aziz, pendiri situs petisi tersebut berkomentar bahwa ini adalah petisi dengan dukungan tercepat di Change.org. “Artinya, masyarakat marah atas banyaknya pelecehan seksual dan pemerkosaan tanpa hukuman berat. Fellma berharap tuntutannya dipenuhi,” ujar Arief.

“Harapannya, saya bisa menaruh anak di lingkungan yang aman. Kita mempercayakan sekolah, yang kita kira aman bagi anak, tapi nyatanya tidak. Berat  bagi orangtua meninggalkan anak di sekolah dengan kekhawatiran. Sekolah dan guru-guru harus tanggung jawab, mau mengakui kesalahan. Tidak hanya melihat kepentingan sekolah, tapi kebaikan yang lebih besar, masa depan anak-anak. Karena ini kan kehidupan dan masa depan anak. Jadi ciptakanlah lingkungan yang aman di sekolah untuk anak-anak,”  kata Fellma. Ia juga berharap agar wajah pelaku bisa disebarluaskan untuk memberi efek jera.    

Sedihnya, kini M terjangkit herpes dan mengalami trauma lainnya. Semoga pelaku pelecehan seksual terhadap anak ini dapat dihukum setimpal dengan perbuatannya dan kondisi baik psikis maupun fisik M dapat pulih kembali. Kita doakan saja, Fimelova. Yang bisa kamu lakukan sekarang, adalah ikutan mendukung petisi ini di sini