Next
Belum lama, kami mengobrol soal memulai bisnis bareng pasangan bersama Rianti Cartwright dan Indra Bekti. Rianti yang kini sibuk syuting stripping Diam-Diam Cinta ternyata tetap punya waktu buat mengurus dua bisnisnya, Frangipani Cafe dan Bale-Bale Spa.
Perempuan cantik ini bercerita pengalamannya mengajak Sang Suami, Casanova Alfonso, untuk ikut terlibat. “Dari awal aku sudah punya konsep dan suami menyukai konsepnya. Sebenarnya, dia itu sebagai pemberi modal. Hahaha. Tapi, khusus bisnis café, suamiku banyak terlibat mulai dari pemilihan menu makanan sampai desain interior,” ungkapnya. “Aku percaya sama selera suamiku. Selain itu, Cas sangat to the point, saklek, dan tegas dalam urusan apapun. Masalah yang kami hadapi jadi jelas dan tuntas,” ucapnya.
Bagaimana dengan pasangan Indra Bekti dan Aldilla? Klik selanjutnya, ya!
What's On Fimela
powered by
Next
Tahukah kamu, Fimelova? Banyak orang yang ragu untuk menjalani bisnis karena tidak memiliki modal cukup. Tapi menurut pakar bisnis Yuswohady, berbisnis bareng pasangan –apalagi sudah menikah, artinya kamu telah memiliki modal sosial 80%. Kok bisa?
Next
“Trust dan rasa saling memahami adalah modal penting untuk melakukan bisnis. Sekitar 70% kongsi pecah karena adanya perbedaan pendapat dan kurangnya trust. Sedangkan, bila jalani bisnis bersama pasangan (suami atau istri), rasa saling memahami dan percaya sudah dimiliki. Sehingga konflik dan perbedaan pendapat bisa menurun dan digantikan dengan rasa saling mengisi dan melengkapi. Bisa dibilang trust yang terjalin antara pasangan yang telah menikah (terlebih memiliki anak) menjadi 80% modal sosial buat seseorang menjalani bisnis yang langgeng,†tutur Yuswohady yang juga penulis kolom bisnis di berbagai majalah bisnis.
Hm, apa kira-kira kelemahan berbisnis bersama pasangan?
Next
Sayangnya selain memiliki sisi modal sosial yang kuat, berbisnis bersama pasangan memiliki kekurangan lain yang justru bisa merugikan. Ya, profesionalisme menjadi bagian penting lainnya yang mendukung kekuatan bisnis seseorang.
“Urusan domestik rumah tangga seringkali menghambat profesionalisme antarpasangan. Kecuali bila mereka sepakat melibatkan satu orang lainnya, tapi bisa dibilang ‘gesekan-gesekan’ akan semakin kompleks. Dalam bisnis bila melibatkan banyak orang, tetap harus profesional. Sebaiknya profesionalisme diterapkan dari awal memulai bisnis,” ungkap Yuswohady kembali.
Sejak awal menjalani bisnis pastinya keinginan setiap orang adalah membuat bisnis tersebut panjang umur. Setuju, Fimelova? Nah, mau tak mau dan suka tidak suka kamu dan pasangan harus menjunjung tinggi profesionalisme.
Ingin tahu penerapan profesionalisme terhadap pasangan dalam berbisnis? Klik halaman berikutnya, ya!
Next
Yuswohady mencontohkan bisnis Dexa Medica bisa menjadi gambaran sukses pasangan yang melakukan bisnis. “Sedari awal pasangan Rudy dan Hati Soetikno sudah membentuk sistem secara profesional. Di tahun 74-an mereka telah membuat SOP. Siapa pun yang melanggar SOP – termasuk Sang Pendiri, akan dikenakan sangsi. Sedari awal sudah terlihat perusahaan ini dikelola mengarah hubungan profesional,” ceritanya.
Dexa Medica adalah perusahaan farmasi internasional yang didirikan di Palembang pada tahun 1969. Dexa Medica sukses merambah pasar internasional dan masuk dalam lima besar perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia.
Next
Dituturkan oleh Yuswohady, sedari awal mendirikan bisnis sebaiknya aspek hukum dari badan usaha yang akan dijalani telah jelas ditentukan –apakah mendirikan PT, Firma atau CV.
“Ketika suatu usaha telah berbadan hukum, pasangan tidak bisa seenaknya mencampur aduk urusan uang dalam rumah tangga dengan perusahaan. Secara profesional mereka akan memisahkan antara uang perusahaan dan rumah tangga. Soal urusan salary pun sudah dibicarakan sejak awal. Godaannya memang sangat tinggi, tapi selama pasangan memiliki komitmen yang kuat, hal itu akan teratasi,” ungkapnya.
Menurut Yuswohady kembali, dalam berbisnis bersama pasangan sebaiknya pasangan tersebut mengerti tahapan yang akan dilewati. Pertama adalah tahapan paling dasar di mana solidaritas dan pemahaman yang sama sangat diperlukan untuk melalui tahap survival. Bila telah dilalui, sebaiknya pasangan harus legowo membuat sistem –memiliki SOP, organisasi, dan sebagainya serta mempekerjakan orang-orang yang profesional di bidangnya, di mana keputusan tidak akan tersentralisasi terhadap keduanya saja melainkan juga orang lain.
Dalam usaha kecil tiga tahun pertama menjadi masa-masa krusial – akankah bisnis tersebut berkembang atau malah gulung tikar.
Well, gimana caranya Rianti dan Indra meningkatkan profesionalisme mereka terhadap pasangan?
Next
“Terkadang kamu harus agree dan disagree terhadap suatu hal makanya sebaiknya bisa menghargai pendapat orang lain –termasuk pasangan. Di bisnisku, kami melibatkan orang lain sehingga jumlahnya ganjil. Saat pengambilan voting, siapa pun yang kalah harus bisa menghargai hasilnya,†ungkap Rianti. Selain itu, “Terkadang, kan, kalau ngomong sama suami suka nggak dipikirin. Meski partner bisnis kita adalah suami sendiri, nggak bisa jadi alasan bagi kita bisa mengeluarkan pendapat seenaknya,†tambah Rianti.
Sedikit berbeda dengan Rianti, Indra justru mengaku terkadang longgar menghadapi sang istri. “Susahnya bila aku tanya soal kapan balik modal. Istri pasti jadi sensitif,†ucapnya tertawa kecil.
Baik Rianti maupun Indra berpendapat berbisnis bareng pasangan sangat dianjurkan asalkan, “Jangan bawa masalah bisnis ke rumah apalagi ke atas tempat tidur. That’s not cool,†tutup Rianti sambil tertawa lebar.
Bagaimana pendapatmu, Fimelova? Apakah pasanganmu juga "jodohmu" dalam berbisnis?