Sick Building Syndrome, Ancaman Kesehatan Perempuan Karier

Fimela Editor diperbarui 09 Mar 2015, 09:00 WIB
2 dari 5 halaman

Next

Jakarta Baru sebulan bekerja di kantor baru, Natasha (23) sudah beberapa kali ijin absen sakit dari kantor. Dia mengaku terpaksa meminta ijin karena menderita sakit kepala, pusing, batuk, dan pilek yang cukup parah. Padahal perempuan yang saat itu bekerja sebagai Content Writer & Social Media Specialist di sebuah Digital Media Agency ini, mengaku punya daya tahan tubuh yang cukup kuat. �Aku termasuk jarang sakit seperti pilek dan sakit kepala. Penyakitku tuh biasanya seputar maag, tapi baru sebulan kerja di kantor baru aku malah jadi sakit-sakitan kayak kepala pusing, pilek, dan batuk,� ceritanya.

Bukan hanya Natasha yang menderita, sepuluh orang yang berada di ruangan yang sama dengannya bergantian sakit satu persatu. �Rekan kerjaku ada yang dirawat sampai dua minggu lebih karena sakit tenggorokan parah. Terus, ada juga teman sekantor yang mengaku jarang sakit tapi sama sepertiku, sejak masuk kantor itu jadi sakit flu parah,� tambah Natasha.

Rasa penasaran membuat Natasha mencari informasi melalu internet. Saat itulah ia menemukan sebuah istilah baru yang dicurigai menjadi penyebab sakit sebagian besar rekan kerjanya di kantor, Sick Building Syndrome.

What's On Fimela
3 dari 5 halaman

Next

Kualitas Udara Buruk Jadi Sebab

Sebagian dari kita mungkin belum pernah mendengar, bahkan tidak familiar dengan istilah Sick Building Syndrome. Istilah ini merujuk pada situasi dimana para penghuni gedung atau bangunan mengalami masalah kesehatan dan ketidaknyamanan saat menghabiskan waktu di dalam gedung. Ketidaknyamanan ini disebabkan adanya keluhan selama tinggal di bangunan tersebut.

Menurut dr. Faisal Yatim, peneliti Litbang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan kualitas udara yang buruk sebagai penyebab sindrom ini. "Faktor yang menyebabkan Sick Building Syndrom terdapat pada permasalahan kualitas udara atau polusi udara. Polusi udara dapat disebabkan buruknya ventilasi udara atau cahaya, emisi ozon dari mesin foto kopi, polusi dari perabot dan panel kayu, serta asap rokok," kata Faisal.

4 dari 5 halaman

Next

Lalainya pengelola gedung merawat Air Conditioner (AC) dan debu-debu yang menempel di ruang kerjajuga jadi faktor lain yang menyebabkan karyawan menederita Sick Building Syndrom. Parahnya lagi, jumlah gedung yang dianggap �sakit� di Indonesia cukup banyak. Penelitian yang dilakukan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) pada 2008, menunjukan sekitar 50 persen dari 350 karyawan yang bekerja di perkantoran cenderung mengalami Sick Building Syndrom.

Kondisi udara yang buruk di lingkungan tempatnya bekerja yang mungkin menjadi penyebab masalah kesehatan diakui Natasha. Kantornya yang berbentuk gedung dua lantai ini, hanya memiliki sedikit jendela dan ventilasi yang tidak memadai. �Jendelanya sedikit dan kecil, letaknya juga bukan di ruangan tempat sebagian besar karyawan bekerja. Udaranya lembab karena pendingin ruangan menyala sepanjang hari dan tidak ada sinar matahari masuk. Parahnya lagi, AC juga jarang dibersihkan,� cerita Natasha mendeskripsikan kantornya dulu.

5 dari 5 halaman

Next

Stop Penggunaan AC Tanpa Henti

Gejala penderita Sick Building Syndrome memang mirip dengan flu, sehingga sering disepelekan. Gejala  ini meliputi sakit kepala, mudah lelah, iritasi mata, bersin, hidung tersumbat, tenggorokan gatal, sampai sesak nafas. Seram tentunya melihat gejala yang mungkin timbul. Lalu bagaimana solusi sehat yang bisa Kita lakukan?

IAKMI menyarankan sejumlah solusi. Seperti pintu dan jendela kantor dibuka saat pagi hari sebelum polusi udara tinggi, untuk membiarkan udara segar masuk. Minimalkan penggunaan pengharum ruangan dan larutan pencuci karpet yang berbau tajam. Hindari pula menyalakan AC secara non-stop. Menaruh tanaman hias di dalam gedung membantu menguraikan udara tercemar. Pilih tanaman hias seperti Bonsai beringin (Ficus Benjamina), Palem-paleman (Raphis), kaktus kecil, dan tanaman lidah mertua (Sansevieria).

Memperbaiki imunitas tubuh, dengan mengonsumsi makanan sehat, olahrga, serta istirahat cukup juga disarankan. Penggunaan masker, terutama saat gedung tengah direnovasi ikut membantu meminimalisir efek Sick Building Syndrome.

 

Sebagai pekerja, penting memang untuk kita  tahu informasi dan mendapatkan hak-hak yang berkaitan dengan kesehatan. Tentunya, termasuk lingkungan kerja yang tidak �sakit�.