Next
Mendapat kesempatan untuk mengikuti wisata edukatif bersama perempuan-perempuan inspiratif pemenang YCPA 2013 menjadi keberuntungan tersendiri bagi FIMELA.com. Rasa kantuk yang menyerang karena harus berkumpul di Soekarno-Hatta pagi-pagi buta untuk tinggal landas ke Singapura, enyah begitu saja ketika berada di tengah perempuan-perempuan enerjik. Ya, FIMELA.com bersama keluarga besar YCPA 2013 menghabiskan waktu selama 3 hari dan 2 malam di Negeri Singa. Berbagai tempat wisata menarik khas Negeri Singa tak luput menjadi tujuan kami selama di sana. Dan yang paling membuat excited adalah kunjungan ke kantor mesin pencari raksasa dunia, Google. Penasaran kan seperti apa serunya perjalan kami?
Next
Tidak bisa dipungkiri, ketika meninggalkan Jakarta, rasa kantuk menggelantungi kelopak mata dengan hebatnya. Namun, setelah 1 jam lebih mengudara dan akhirnya sampai di Singapura, rasa antusias untuk mengikuti sederet rangkaian acara tur pun membuat mata kami terbuka dengan lebar. Adalah Merlion Park yang menjadi tujuan pertama kami begitu mendarat di negara yang berseberangan dengan Provinsi Batam ini. Teriknya matahari Singapura tidak menyurutkan antusiasme kami untuk bergaya di depan patung yang menjadi lambang negara ini, Merlion. Puas berpose di Merlion Park, kami meluncur menuju Esplanade. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa Esplanade merupakan gedung pertunjukan yang menjadi kebanggaan Singapura. Ravi, yang ketika itu menjadi tour guide kami di Esplanade, menjelaskan bahwa gedung yang resmi beroperasi pada tahun 2002 ini sebenarnya ditujukan untuk mendorong kegiatan seni nonprofit. Lalu, dari mana dana operasional untuk mengelola gedung ini? “Salah satu sumber dana terbesar untuk mengelola Esplanade adalah dari kegiatan perjudian,” Ravi menjelaskan. Sounds like win-win solution antara pemerintah dan pihak “pengelola” perjudian ya, Fimelova?
Next
Selesai mengelilingi Esplanade kami pun bergegas menuju tempat makan siang karena setelah santap siang, masih ada beberapa kegiatan lagi. Singapore Flyer adalah tujuan kami berikutnya. Setelah kenyang menikmati hidangan di Straits Chinese Restaurant, menikmati pemandangan Singapura dari udara sambil menyeruput teh adalah agenda yang sangat tepat. Tak ingin menyia-nyiakan pemandangan indah yang tersaji dari ketinggian, kami pun dengan sigap pasang gaya untuk mengabadikan momen kebersamaan kami. Sekitar 30 menit menikmati pemandangan negeri berpenduduk sekitar 5 juta orang dari Singapore Flyer, kami bergegas ke bus untuk kembali menuju Esplanade untuk menikmati The Moon Balloon Show. ‘Sederhana tapi mengena’, itulah kesan yang kami dapat usai menikmati pertunjukan ini. Hanya dengan menggunakan properti balon, ditambah dengan digital maping, dan musik yang unik, sepasang perempuan dan lelaki memainkan aksi teatrikal yang menggambarkan bagaimana suasana permainan bisa berubah menjadi seru dan asyik hanya dengan memanfaatkan balon, mainan yang mungkin saat ini sudah sedikit dilirik oleh anak-anak. Yoris Sebastian, salah satu juri YCPA yang ikut dalam rombongan mengatakan bahwa tujuan membawa rombongan YCPA menikmati The Moon Balloon Show agar kami bisa ikut berpikir kreatif untuk ikut memajukan negara. “Mereka (Singapura) sadar bahwa tidak ada kekayaan alam yang bisa dijual. Dengan begitu, mau tidak mau mereka dipaksa harus berbuat sekreatif mungkin. Misalnya saja pertunjukan The Moon Balloon Show, sebenarnya pertunjukan ini sangat sederhana. Dan kita di Indonesia juga bisa lho membuat pertunjukan seperti ini,” ujar Yoris.
Next
Menutup rangkaian acara padat pada hari itu, kami dibawa menuju Vivo Mall untuk menikmati santap malam di sebuah restoran yang tengah menjadi tren di Singapura, Jamie’s Italian Restaurant. Buat kamu yang hobi menyaksikan acara masak-masak, pasti sudah nggak asing lagi kan dengan nama Jamie Oliver. Kami berkesempatan menikmati hidangan dari “dapur” Jamie di Singapura. Memiliki spot indoor dan outdoor, kami pun lebih memilih untuk makan di luar ruangan. Santap malam sambil menikmati kolaborasi pemandangan malam dari Pelabuhan Harbour Front Singapura dan Pulau Sentosa yang dipercantik dengan hiasan lampu warna-warni memberikan kesan romantis di tengah kesibukan masyarakat Singapura. Soal rasa makanan? Nggak perlu ditanya lagi, Fimelova! Mulai dari makanan pembuka, makanan utama, hingga makanan penutup, kami santap dengan lahap hingga nggak tersisa. Walaupun mayoritas rombongan perempuan, tapi soal kemampuan menyantap makanan rasanya sudah lepas dan nggak ada hubungannya dengan gender, Fimelova. It was a perfect dinner!
Next
Hari kedua menjadi hari yang paling ditunggu karena kami akan melakukan kunjungan ke kantor Google. Siapa sih yang nggak tahu Google? Rasanya sudah tidak terhitung lagi berapa kali dalam satu hari kita mengakses mesin pencari ini, benar nggak. Kami mendapat kehormatan bisa berkeliling ke beberapa spot di Kantor Google. Dan, nggak ada satupun dari kami yang tidak tercengang melihat kantor yang berlokasi di Asia Square. Google cukup memanjakan karyawan mereka dengan memberikan segudang fasilitas untuk melepas stres, mulai dari sleeping pot, mini movie theater, massage room, ruang gym, dan masih banyak lagi spot “hiburan” lain. Bukan hanya itu, kitchen pun bertebaran di kantor ini. Krishna Zulkarnain, selaku Country Marketing Manager Indonesia, mengatakan bahwa makanan yang mereka sediakan di dapur-dapur merupakan salah satu cara perusahaan untuk memancing karyawan mereka agar tidak terus-menerus duduk di kursi kerja mereka seharian. “Makanan dan open space office merupakan strategi perusahaan agar para karyawan bisa bersosialisasi satu sama lain,” Krishna menjelaskan. Kira-kira, pekerja di Indonesia siap nggak ya kalau disuguhkan dengan layout dan fasilitas kantor seperti ini? Tak terasa, kami ternyata harus segera meninggalkan Google. Tapi, kesempatan itu menjadi momen yang sangat berharga bagi kami. Selanjutnya kami menuju Art Science Museum untuk menikmati pameran Mummy Secret of the Tomb. Di sini, kami melihat beberapa peninggalan jaman Mesir kuno dan mendapat pengetahuan baru tentang cara orang-orang Mesir mengawetkan jasad seseorang hingga menjadi mumi. Dari Art Science Museum kami pun mampir sebentar ke Orchard untuk berbelanja sebelum menutup hari dengan makan malam.
Next
Hari terakhir, sedih tapi juga antusias. Why? Karena di hari terakhir ini kami juga akan mengikuti satu workshop yang sangat menarik, Back of The Napkin! Back of The Napkin merupakan sebuah metode problem solving dengan menggambar. Ai Yat Goh yang memopulerkan metode ini terjun langsung menjadi trainer kami. Ai Yat mengatakan bahwa gambar merupakan bahasa universal dan dengan menggunakan gambar pula kita dapat menyampaikan pesan kepada semua orang tanpa harus memikirkan kendala bahasa. Nggak bisa menggambar? No need to worry! “Back of The Napkin tidak memerlukan keahlian menggambar khusus,” Ai Yat menjelaskan. Yup, karena metode ini memang tidak berbicara soal gambar dari segi artistik. Workshop ini diadakan di sebuah coworking space yang berada di bawah binaan Ministry of Community Development Youth and Sports. Teori dan praktik langsung diterapkan selama workshop berjalan. Tanya jawab pun mengalir begitu saja dengan sangat interaktif. Sangat menarik memang, mengingat ‘problem solving’ menjadi kemampuan yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Hari itu, kami dijadwalkan terbang ke Jakarta pukul 8 malam. Masih ada sisa waktu beberapa jam sebelum kami pulang ke Jakarta, usai mengikuti workshop dan santap siang, kami pun meluncur ke daerah Bugis untuk belanja oleh-oleh. Belanja membuat kami lupa waktu dan terasa waktu sudah menunjukan pukul 4.30 sore dan artinya kami harus segera menuju bandara. Perjalanan kali ini menjadi 3 hari 2 malam yang sangat berharga buat kami semua. Bukan sekadar menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, selama perjalanan kami pun mendapat banyak informasi dan pengetahuan baru yang tidak bisa didapatkan oleh semua orang. Berapa banyak sih orang yang berkesempatan berkeliling kantor Google? But, we made it! And this gonna unforgettable trip.