Next
Adalah ‘Goyang Kimcil’ video yang sempat membuat heboh masyarakat pada pertengahan September lalu. Video Goyang Kimcil berisi sepasang anak yang bergoyang erotis memeragakan suami istri yang sedang berhubungan intim. Dilihat dari video yang sempat beredar selama kurang lebih 2 minggu, bisa ditebak pelaku masih di bawah umur (diperkirakan SMP) melihat dari seragam yang digunakan dan lokasi pembuatan video di sebuah ruangan kelas.
Ironis memang. Di tengah berbagai ormas berteriak-teriak menolak pagelaran Miss World dan sibuk mempermasalahkan pakaian mini perempuan, justru di beberapa daerah, pornoaksi sejenis Candoleng-Doleng yang dibawa oleh orkes dangdut keliling kampung tumbuh subur dan laris di masyarakat. Dan yang semakin membuat miris, anak-anak di bawah umur biasanya dengan bebas menyaksikan gerakan-gerakan erotis seperti ini.
Next
Kini, video Goyang Kimcil yang berdurasi 5 menit lebih ini sudah tidak bisa diakses. Ada beberapa orang berkomentar bahwa video ini bukan berasal dari Indonesia, melainkan dari satu daerah di Amerika Selatan. Namun, jika kamu sempat menyaksikan video Goyang Kimcil, terdengar sayup-sayup lagu yang menggunakan bahasa Jawa dalam video tersebut. Tapi, sampai saat ini, belum diketahui dari mana asal video berjudul ‘Goyang Kimcil ABG SMP Mesum Hot’ tersebut.
Ironis memang menyaksikan anak di bawah umur dengan fasih bergoyang memeragakan beberapa pose hubungan seks yang biasa dilakukan oleh suami istri di tempat umum. Ya, video tersebut bertempat di sebuah ruangan yang mirip dengan ruang kelas dengan disaksikan oleh sesama siswa lainnya. Pelaku bergoyang tanpa malu-malu dan semua teman yang berada di sekelilingnya menyaksikan dengan antusias tanpa berusaha menghentikan atau setidaknya menegur.
“Jika keluarga atau lingkungan tidak punya kontrol atau membiarkan anak terpapar pornoaksi pornografi terus-menerus maka anak akan lebih cepat matang secara seksual, bukan secara emosional. Anak akan merasakan sensasi yang menyenangkan dengan menonton pornografi pronoaksi dan cenderung mengulangi kembali hingga menjadi kecanduan. Dari kecanduan menonton akan timbul keinginan untuk melakukannya sendiri dan kemungkinan untuk melakukan hubungan seks menjadi lebih besar, terlebih ketika mendapat kesempatan, misalnya ketika orangtua bekerja atau saat bermain di luar pengawasan orangtua,” Amanda menambahkan.
Bukan tidak mungkin video Goyang Kimcil bisa muncul akibat tidak adanya pendidikan seks dan seks kontrol pada anak-anak. Mengingat, di Indonesia membicarakan seks pada anak masih dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat. Padahal, jika ini dibiarkan terus-menerus, bukan tidak mungkin pula ‘Goyang Kimcil’ akan berkembang ke kasus seksual yang lebih serius dan berat. Alih-alih sibuk mengurusi urusan berskala global, akan lebih baik penjagaan terhadap pornoaksi dan pornografi dimulai dari lingkungan kecil sendiri. Jika tidak, mungkin akan lebih banyak lagi video sejenis Goyang Kimcil dan goyang-goyang lainnya.
foto: berbagai sumber