Next
Merasa tak lagi seksi?
Andrea Meltzer, peneliti dari University of Tennessee, memang pernah mengungkap bahwa sebagian besar perempuan merasa lebih puas ketika memiliki tubuh lebih kurus ketimbang pasangan. Hal ini berkaitan dengan sisi psikologis perempuan yang selalu ingin tampil sempurna dan cantik, juga selalu merasa diinginkan oleh pasangan.
Namun, tak berarti perempuan gemuk bukan yang terbaik. Dr. Hans Tandra—konsultan rumah sakit terkemuka di Surabaya dan pendiri DOME Clinic Obesitas—menjabarkan bahwa kelebihan berat badan membuat seseorang juga mengalami kesulitan dalam hal psikologis karena kurangnya rasa percaya diri. “Padahal, tak sedikit laki-laki yang menganggap pasangannya justru lebih cantik saat montok. Hal semacam itu tak perlu dicemaskan, tapi kalau memang mengganggu ya mau tak mau dicari solusinya,” seksolog Boyke Dian Nugraha menambahkan.
Karena itulah, yang terpenting adalah bagaimana kamu mencintai tubuhmu sendiri, dengan begitu kamu akan jauh lebih nyaman dan percaya diri di hadapan si dia. “Aku pikir sangat biasa kalau awalnya kita malu ‘buka-bukaan’ di depan pasangan, tapi perasaan itu akan hilang seiring waktu. Perasaan minder malah bisa mempengaruhi performa seksualmu. Kalau aku, dulu mengatasi kepanikan dengan menarik napas panjang sambil memandangi bagian tubuh yang tak sempurna dengan lebih positif, toh belum tentu pasangan berpikir buruk seperti kita. Perut buncit yang kubenci, misalnya, malah jadi favorit suamiku. Menggemaskan katanya,” ungkap Patricia (31, promotion manager).
What's On Fimela
powered by
Next
Kurang berpengalaman?
Soal malu-malu di ranjang, dalam bukunya, Make Love All Night & Talk to Him in the Morning and Naughty Tricks, Pam Spurr menyarankanmu untuk menanyakan pada diri sendiri alasan mengapa kamu tak percaya diri. Kalau alasan itu karena kamu tak punya cukup pengalaman seksual, sebenarnya itu pun termasuk hal yang wajar. A good sex life takes time and effort to maintain. Percayalah, kita membutuhkan proses panjang dan pengalaman untuk bisa sukses, termasuk soal urusan ranjang.
Sesekali, berhentilah bersikap manis dengan menjadi pihak yang memiliki inisiatif untuk memulai seks. Keluar dari zona nyamanmu sebagai penunggu setia, dengan lebih dulu membangkitkan mood bercinta pasangan. Misalnya, bisa dengan membisikkan kata-kata nakal, mengirim pesan singkat menggoda, atau langsung mengajaknya ke ranjang.
“Kalau masih malu bicara langsung, ekspresikan dengan bahasa tubuh. Dengan pelukan, cubitan, ekspresi menggoda, atau yang lain. Perempuan, kan, jago memberi ‘sinyal-sinyal’. Kalau diam saja, saya sampai kapan pun tidak tahu maksud dia apa. Padahal, kalau diajak ‘intim’, tak mungkin menolak kan, ya,” papar Ondes (27, fotografer).
Next
Mudah orgasme?
“Siapa bilang mudah orgasme itu tak normal? Kamu hanya perlu belajar mengontrol emosi, karena emosi menggebu bisa membuatmu terlalu cepat mencapai klimaks saat bercinta. Kalau ingat bulan-bulan pertama menikah, saya masih suka geli sendiri karena begitu mudahnya orgasme. Atau, gantian suami yang cepat terangsang sementara saya masih menginginkan foreplay lebih lama,” Murni (30, reporter) bernostalgia sejenak.
Kebanyakan perempuan memang membutuhkan pemanasan dan stimulasi yang cukup untuk mencapai orgasme, berbeda dengan laki-laki yang lebih mudah terangsang. Bahkan, dalam The 'O' Project karya Firliana Purwanti—Program Officer Hak Asasi Manusia & Demokratisasi di Hivos Asia Tenggara—hanya 30 persen perempuan Indonesia yang menikmati saat bercinta dan mencapai orgasme.
Pola pikir perempuan untuk pasif menjadi penghambat orgasme. "Perempuan tak bisa mengekspresikan hasrat seksual, padahal tempat tidur merupakan ruang paling pribadi, tempat seharusnya kita bisa bebas berekspresi," tambah Firliana. Jadi, bersyukurlah kalau kamu termasuk salah satu dari sedikit perempuan itu. Tutup Firliana kemudian, “Kemampuan mencapai orgasme justru bisa menjadi sumber kepercayaan diri.” Ya, bukan malah membuatmu tak bebas berekspresi.
Bagaimana Fimelova, mulai percaya diri setelah lepas dari 3 kekhawatiran di atas?