Nungky Laksmindra: Kisah Seorang Arsitek yang Beralih Jadi Chef

Fimela Editor diperbarui 16 Agu 2013, 10:59 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Saat penganut aliran eklektik jatuh cinta pada dunia kuliner

Buat pencinta makanan manis, khususnya macaron, harusnya kamu sudah pernah menyambangi salah satu toko kue yang khusus menjual macaron. Adalah Kuekue, sebuah toko yang khusus menyajikan macaron untuk para pencinta dessert. Ternyata seorang arsitek yang ada di balik berdirinya sebuah bisnis makanan ini.

Beruntung, FIMELA.com bisa bertemu dengan founder toko Kuekue Jakarta. Di rumahnya yang terletak di daerah Jakarta Selatan, kami bertemu dengan perempuan pencinta barang etnik, Nungky Laksmindra. Sebelum akhirnya terjun ke bisnis kuliner, Nungky berprofesi sebagai seorang arsitek.

“Saya mulai bekerja sebagai arsitek sejak tahun 1999 hingga tahun 2010. Sebenarnya bisnis kue ini juga dimulai karena tidak sengaja. Saya memang suka mencoba merealisasikan resep-resep kue. Pada saat itu, ketika saya merasa jenuh dengan pekerjaan saya sebagai arsitek, akhirnya saya “istirahat” sebentar dari arsitektur dan mulai kegiatan baru yang menurut saya bisa membuat tenang. Dari situ, mulailah saya terus membuat kue,” Nungky mengawali cerita.

Di rumahnya yang dipenuhi berbagai macam barang vintage, Nungky pun tidak lupa menyuguhkan kami dengan berbagai varian macaron dan juga cake “edisi” terbarunya. Sebagai arsitek, Nungky merupakan penganut aliran ekslektik. Dan pengakuannya ini diperjelas dengan berbagai barang dan pernak-pernik berbau etnik serta vintage di rumahnya.

3 dari 4 halaman

Next

 

Sang Arsitek pun beralih jadi Chef

Nungky mengaku bahwa membuat kue memang memberikan tantangan tersendiri. “Menurut saya, membuat kue memberikan tantangan yang lebih daripada membuat masakan rumah. Kalau membuat kue, semua takaran dan cara pengolahannya harus pas karena kalalu tidak pas, bisa gagal. Tapi, kalau membuat masakan rumah, sebenarnya lebih kepada selera karena kita bisa memainkan takaran bumbu-bumbu yang digunakan,” Nungky bercerita dengan antusias.

Bisnisnya berawal dari pesanan kue yang datang dari koleganya. Pada Hari Raya Idul Fitri tahun 2010, Nungky kali pertama mendapat pesanan kue dari kolega. Selama 10 hari, ia dan Irna, co-founder Kuekue, berada di dalam rumah untuk memenuhi semua order kue yang ia terima. “Melihat saya hobi membuat dan membagi-bagikan kue kepada teman-teman yang lain, rekan saya, Irna, agak sedikit geram dan akhirnya membuat ide untuk membuat kegiatan saya ini lebih serius ke arah bisnis. Akhirnya, kami mulai mendapat pesanan kue. Sepuluh hari saya dan Irna berada di dalam rumah untuk membereskan semua pesanan kue. Dan setelah itu, kami akhirnya memiliki cukup modal untuk membuka usaha. Sekitar 6 bulan kemudian, lahirnya Kuekue Jakarta dengan toko pertama di Dharmawangsa,” Head Chef of Kuekue Jakarta ini menyambung cerita.

Cinta etnik, hasilkan macaron “antik”

Tiga tahun “pensiun” dari profesinya sebagai seorang arsitek, Nungky mengaku sama sekali tidak merasa kehilangan dengan kegiatannya di dunia arsitektur. “Saya ini tipe orang yang fokus dan passionate dalam melakukan satu kegiatan. Jadi, ya karena yang saya lakukan ini sesuatu yang saya sukai, jadi saya merasa enjoy menjalani. Karena saya menemukan passion baru yang menenangkan. Selain itu, saat mengerjakan kue, saya tidak mengerjakannya dalam tekanan. Saya melakukan semuanya sesuai dengan kemauan sendiri, berbeda dengan arsitektur yang tentu harus memenuhi keinginan klien,” ujarnya.

Memasak merupakan kegiatan yang bisa membuatnya melupakan kepenatannya. Berkutat di dapur untuk membuat kue juga menjadi salah satu cara Nungky untuk menghilangkan bad mood. “Mood dan memasak kaitannya sangat erat. Saat membuat kue, pikiran saya hanya terfokus pada kegiatan saya di dapur. Dengan demikian, saya bisa melupakan urusan-urusan saya di luar sejenak. Dan biasanya, sebisa mungkin, saya hindari untuk membuat kue jika memang saya sedang tidak ingin atau nggak mood. Karena hasilnya bisa gagal total. Pasti ada saja yang membuat gagal. Bukan hanya itu, dengan memasak saya pun bisa bebas berkreasi. Buktinya adalah saya menghasilkan macaron dengan varian rasa asli khas Indonesia yang saya sebut dengan Macaron Indonesiana,” ujar perempuan yang mencintai berbagai unsur etnik ini.

4 dari 4 halaman

Next

 

Back to architecture?

Tiga tahun menekuni bisnis kulinernya, Nungky membocorkan bahwa tahun ini ia berencana untuk kembali ke dunia arsitektur. Bisnisnya yang ia nilai sudah settled, membuat perempuan yang hanya fokus dalam mendesain rumah ini cukup mantap untuk perlahan-lahan melepas Kuekue kepada timnya. “Sekarang, saya rasa bisnis saya sudah mulai bisa dilepas. Karena itu rencananya tahun ini saya kembali menekuni pekerjaan saya sebagai arsitek,” ujar Nungky. Sebelum benar-benar kembali menjalani profesi utamanya sebagai arsitek, Nungky berencana untuk kembali melebarkan sayap bisnis kuenya dengan membuka toko di tempat baru.

“Saat ini sudah ada dua toko Kuekue dan tentu saja sekarang saya juga sedang mencari tempat baru lagi. Ke depannya, saya ingin membuat sebuah dessert island, tempat yang bisa mengakomodasi orang untuk menikmati berbagai dessert buatan rumah. Karena saya tidak ingin kue yang saya buat menjadi mass product. Selain itu, juga karena masih minimnya tempat di Jakarta yang memungkinkan orang untuk menikmati berbagai jenis dessert,” Nungky berujar dengan sangat antusias.