Cut Tary: Santai Hadapi Penuaan dan Berpenampilan Tanpa Make Up

Fimela Editor diperbarui 01 Agu 2013, 08:00 WIB
2 dari 3 halaman

Next

Simple, simple, simple

Saya jelas adalah perempuan yang senang kepraktisan. Untuk masalah make up, kalau keluar rumah bukan untuk urusan pekerjaan sudah pasti akan bersih dari make up. Kalau memang harus berdandan, cukup dengan pelembap, bedak, blush on, dan lipstik. Itu karena saya cenderung malas kalau berdandan sendiri, tapi bila didandani senang banget. Saking simple-nya, saya hanya perlu waktu 20 menit untuk berdandan. Paling ada satu area wajah yang perlu diperhatikan, yaitu mata. Karena, harus jeli menyamakan besar mata, menyeimbangkan pemasangan bulu mata dan alis, serta yang lain-lain.

Sementara untuk rambut, beberapa tahun terakhir ini saya stuck di rambut panjang. Sebenarnya ingin kembali berpotongan pendek, tapi terkadang itu cuma cocok untuk sehari-hari dan kurang pas untuk pekerjaan saya. Malas juga sih harus ke salon, karena saya baru akan ke sana bila sudah perlu mengecat ulang rambut, potong, atau perawatan pasca-coloring. Selebihnya, saya malas cenderung terpaksa untuk ke salon dan inginnya cepat-cepat pulang. Semua ini berdasarkan pendapat saya bahwa being simple itu cantik. Yang nggak berlebihan dan apa adanya itu malah terlihat semakin berkarakter.

Menghadapi penuaan

Saya rasa setiap orang, termasuk perempuan, khawatir dengan datangnya penuaan. Namun, sebenarnya hal alami itu bisa dijalani dengan cara berpikir yang sederhana. Seperti, saya akan selalu enerjik dan merasa muda berapa pun usia saya. Selain itu, juga nggak akan ada praktek bedah plastik dalam kamus saya. Menua itu seharusnya dijalani dengan elegan, bukan diutak-atik. Melakukan hal itu malah membuat saya sama seperti orang dan nggak punya kepribadian yang sebenarnya membuat saya berbeda dari orang lain. Saya hidup bukan untuk berkompetisi dengan orang lain, kok. Saya hanya ingin jadi diri sendiri.

3 dari 3 halaman

Next

 

Tidak ada yang berubah dari diri saya

Yang biasa terjadi, semakin bertambah umur maka tubuh pun mulai berubah. Bedanya, saya nggak seperti itu. Baik dari segi metabolisme, berat badan, hingga bentuk tubuh saya, nggak ada yang berubah sebelum dan sesudah punya anak. Malah, kini saya lebih kurus dibanding sebelum hamil tanpa banyak usaha untuk meraihnya. Makanya, sering sekali orang banyak menanyakan bagaimana caranya bisa langsing dengan mudah. Dan, kebanyakan respon yang saya terima adalah betapa enaknya jadi saya yang nggak memiliki masalah dengan fisik.

Kalau sudah begitu, biasanya saya goda dengan pertanyaan apa mau ditukar masalah hidupnya dengan saya kalau mereka ingin punya tubuh seperti saya. Bukan maksudnya menyesali setiap masalah yang pernah menghadang, tapi menurut saya setiap orang ada rejeki dan kemudahannya masing-masing. Padahal, mereka juga nggak tahu bagaimana kesulitan saya setiap akan mencari baju karena nggak semua pakaian berukuran extra small pas di badan saya. Kebetulan saja saya diberi tubuh yang simple dan nggak ribet untuk langsing. Mungkin rejeki orang lain beda.

Mood berpengaruh pada penampilan

Ya, nggak bisa dipungkiri mood akan mempengaruhi penampilan saya. Sementara, sering sekali datangnya pekerjaan nggak melihat situasi hati. Untuk menyiasati, biasanya saya akan mencari tahu secara detail akan bekerja sama dengan siapa di hari itu. Seperti misalnya, kalau saya harus melakukan photoshoot, saya perlu tahu siapa fotografernya. Kalau sudah kenal, maka akan lebih “menjinakkan” mood buruk saya dan bisa mudah beradaptasi. Cara lainnya adalah mendengarkan musik upbeat. Kalau sudah begitu, biasanya saya akan merasa lebih enak dan lebih siap untuk bekerja.