Next
Saya tidak cantik, tapi bahagia!
Ukuran cantik menurut saya benar-benar relatif dan susah dipuaskan. Kalau saja saya bisa menambah tinggi beberapa centimeter, pinggang yang kecil, atau bagian tubuh tertentu bisa cukup berotot, mungkin saya akan terlihat cantik. Tapi, standar itu sudah pasti berbeda dengan ukuran perempuan lain. Makanya, saya nggak mengatakan diri saya cantik, tapi kalau bahagia, pasti. Karena, saya menerima apa yang saya miliki sekarang dan berdamai dengan itu. Seperti dalam hal bentuk tubuh yang nggak jenjang seperti model, saya menengahi itu dengan kemampuan lebih yang nggak orang lain punya. Dengan pemikiran seperti itu, saya nggak merasa dituntut untuk mengikuti standar cantik pada umumnya karena saya tahu sisi terbaik yang bisa ditampilkan untuk menonjol.
Bertambah dewasa dan lebih langsing
Perubahan figur tubuh saya sejak dulu hingga sekarang terekam di mata publik. Dulu ketika remaja dan menjadi model, saya menjalani profesi itu karena tak sengaja dan hanya mengikuti ajakan teman. Makanya, saya pun cenderung nggak peduli dengan tubuh saya sendiri, karena menjalani profesi tersebut bukan atas kemauan sendiri. Mau jam berapa pun saya lapar, saya bebas makan apa saja tanpa memikirkan akan berefek apa pada penampilan. Alhasil, saya diingat pernah bertubuh berisi di usia muda saya.
Setelah punya anak, saya mulai memikirkan penampilan karena saya peduli dengan hal tersebut. Saya ingin bisa digandeng oleh suami dengan bangga dan terlihat menarik di depan anak-anak serta kamera. Di samping itu, saya juga masih perlu mengaktualisasi diri walaupun telah menjadi istri dan ibu, sehingga saya perlu melakukannusaha lebih untuk mencapai itu. Dengan banyaknya tanggung jawab ini, saya harus berbenah dan berubah. Intinya adalah kepedulian dan kedewasaan. Dulu saya nggak peduli dengan penampilan, sementara kini saya sangat memperhatikan itu karena merasa harus bertanggung jawab dengan banyak hal.
What's On Fimela
powered by
Next
Diet itu enak asal disiplin
Mulai dari timbulnya rasa bertanggung jawab itu, saya mulai bertindak untuk mengubah gaya hidup saya. Yang jelas, cara langsing dengan suntik dan obat-obatan bukanlah pilihan. Saya harus langsing dengan cara yang sehat, yaitu berolahraga di bawah bimbingan personal trainer dan makan makanan yang sehat. Setelah sudah diperbolehkan dokter untuk berolahraga dan mulai diet pascamelahirkan, saya pun memulai prosesnya. Dimulai dari pilihan makanan yang benar-benar terplih, yaitu hanya dada ayam dan sayuran yang dikukus dengan tambahan bumbu yang sangat minimalis. Untuk karbohidrat, saya memilih nasi merah yang jujur awalnya susah untuk ditelan.
Kalau ditanya rasa, saya nggak memperdulikan itu. Karena, yang penting saya dapat nutrisinya untuk kemudian diberikan kepada anak saya melalui ASI. Yang saya korbankan di sini hanya rasa di lidah kok, tapi saya tetap mendapat keuntungan gizinya. Ini juga adalah satu-satunya cara untuk saya agar bisa langsing , tapi tetap sukses menyusui, jadi teguh berkomitmen diet dengan cara ini. Toh, dengan pemilihan makanan seperti itu, saya tetap bisa makan 3 kali sehari, ngemil 2 kali tanpa kekurangan nutrisi untuk ASI, dan tubuh saya benar-benar menyusut. Benar saja, setelah dijalani dengan disipilin, saya sukses ASI eksklusif dan 12 kilogram hilang dari bobot tubuh saya.
Addicted to make up
Saya bisa dibilang banci make up. Saya mengetahui ketertarikan ini sejak memasuki dunia modeling dan menikmati kursus make up yang jadi salah satu hadiah saat ikut pemilihan model remaja. Mulai dari situ, kemampuan saya untuk berdandan makin membaik, seiring dengan tuntutan pekerjaan yang memang harus bisa make up sendiri. Sekarang pun, hampir di setiap syuting saya lebih memilih berdandan sendiri karena sudah menguasai make up cukup baik.
Biasa berdandan, di keseharian saya adalah orang yang praktis. Cukup memakai pensil alis, eyeliner, maskara, dan lipgloss, saya sudah “aman”. Namun, memang dasarnya perempuan yang gemar dengan make up, ada satu item yang terus saya tambah koleksinya, padahal sebenarnya nggak terlalu perlu. Item itu adalah lipstik, dimana bagi mereka yang mengenal saya, akan geleng-geleng kepala karena saya sebenarnya jarang pakai lipstik. Alasan terus membelinya adalah karena belum menemukan lipstik warna yang sesuai keinginan hati dengan tekstur yang pas. Dari proses pencarian ini juga saya akhirnya mengetahui kalau ternyata alergi dengan lipstik matte.