Jessica Iskandar: "Dengan Tampak Bodoh Saya Lebih Sukses"

Fimela Editor diperbarui 29 Jul 2013, 04:00 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Pekerjaan saya bukan hanya tertawa

Bagi beberapa orang, pekerjaan saya untuk menghibur orang tampak mudah dilakukan. Tapi, mereka tak tahu kalau pekerjaan ini sebenarnya serius, karena saya tampil di sebuah acara bukan dibayar hanya untuk tertawa-tertawa, tapi juga dituntut profesionalitas. Saya pikirkan dengan baik konsep penampilan saya akan seperti apa. Bila melucu harus melucu seperti apa, dan yang pasti datang on time. Banyak yang mengira kalau performa saya yang berlemparan joke dan gombalan adalah bakat dan tak perlu kerja keras untuk mengelolanya. Padahal, itu tak tak datang sendiri, karena perlu kepercayaan diri, kemauan untuk bereksplorasi, serta berkretivitas. Saya juga harus mampu berpikir cepat, kalau tidak saya cuma bisa bengong dan nggak bisa apa-apa di atas panggung.

Terlihat enteng, pekerjaan ini juga ada risikonya. Pertama, susah untuk saya mendapatkan hari libur, karena acara saya bersifat harian. Begitu dapat libur, rasanya berharga banget dan inginnya bisa dihabiskan dengan maksimal. Kedua, menyangkut kesehatan. Saya perlu memeriksakan tulang belakang ke chiropractic karena mengeluh kesakitan di bagian leher. Sedikit banyak ini karena pekerjaan saya yang banyak. Untungnya, saya  bukan orang terlalu serius, karena juga tahu caranya mengimbangi kesibukan ini dengan berlibur atau bersantai bersama keluarga atau teman-teman. Memang inilah pekerjaan yang paling pas untuk saya, karena saya memang orang yang suka tertawa, tapi tahu cara mengemasnya menjadi menarik. Pasti banyak orang yang juga menginginkan pekerjaan seperti ini, makanya saya bersyukur sekali bisa sampai di tahap sekarang dengan pekerjaan yang saya suka.  

3 dari 4 halaman

Next

Saya lebih laku jadi Jessica yang bloon daripada “Dealova”

Dari kecil saya sudah bermimpi ingin menjadi orang sukses, punya rumah besar, mampu memiliki mobil yang saya suka, dan bisa keliling dunia. Setelah lulus SMA, saya mulai berpikir untuk mencari pekerjaan yang bisa mengantarkan saya ke mimpi tersebut. Tadinya berpikir jadi sekretaris, tapi nggak mungkin untuk dijalani. Alasannya, karena saya suka dengan pekerjaan yang fleksibel dan tidak mengikat. Akhirnya, awal karier saya dimulai dari menjadi model, berdasarkan kegemaran yang senang bercermin dan difoto. Setelah itu, mulai dapat tawaran untuk bermain film “Dealova” dan perlahan menjadi presenter.

Semua itu proses yang panjang sebenarnya, sama seperti perjalanannya akhirnya saya bisa menemukan karakter bloon “rekaan” yang laris untuk dijual. Berawal dari datangnya tawaran kepada saya untuk menjadi co-host presenter acara “Dahsyat”, saya yang nggak mengerti sama sekali bagaimana cara membawakan acara menjadi terlihat bloon. Nggak disangka, ternyata itu dianggap bagus oleh produser acara tersebut dan diminta mempertahankannya. Alhasil, hingga sekarang karakter itu jadi trademark saya tersendiri. Saya sih nggak keberatan dengan itu, malah merasa beruntung, karena berbekal trademark “kurang pintar” tersebut, justru mendatangkan keuntungan untuk saya. Semua ini terjadi tanpa saya rencanakan dan syukurnya menguntungkan. Alhamdulillah, kini saya cukup mendapatkan pemasukan yang besar dari acara rutin dan bintang iklan. Bisa bangun rumah, liburan, dan kasih uang ke orang tua.

Makanya, kini saya nggak ragu-ragu lagi untuk mencoba hal baru yang datang kepada saya. Karena, saya nggak pernah tahu ke depannya akan jadi seperti apa. Prinsip saya, ketika saya punya nilai lebih yang bisa dikerjakan, saya akan lebih lengkap sebagai seorang pribadi dan lebih cantik sebagai seorang perempuan.

4 dari 4 halaman

Next

Saya di luar karakter Jessica yang bloon

Di luar kesibukan saya sebagai presenter dan segala macamnya, saya adalah orang yang suka menyendiri dan diam di rumah. Kalau sudah di rumah, saya bisa asyik mengerjakan berbagai hal, mulai dari memasak, membaca, bercocok tanam, dan lain-lain. Sementara, perihal image saya sebagai Jessica yang bloon, saya malah berharap orang betul-betul menganggap saya seperti itu di luar kapasitas saya sebagai entertainer. Alasannya, jika saya terbukti tidak bloon seperti yang terlihat di televisi, saya seperti aktris yang gagal untuk meyakinkan penonton dengan akting saya. Ya, saya memang lebih senang dianggap nggak pintar dan nggak keberatan.

Di samping itu, saya juga adalah orang yang sangat Nasionalis. Cita-cita selanjutnya adalah saya ingin menjadi entertainer yang terkenal hingga ke luar negeri, sehingga bisa membawa nilai-nilai positif Indonesia ke jangkauan yang lebih luas.  Selain itu, saya juga ingin bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk penggemar saya, karena tanpa mereka saya sudah pasti nggak akan bisa seperti sekarang, sementara banyak dari mereka belum beruntung dalam hal ekonomi. Ini adalah bentuk tanggung jawab atas rejeki yang saya terima dari dunia ini. Saya sadar, berbagai pemasukan dan peluang ini juga punya tanggung jawab yang wajib dibagi ke orang lain, makanya saya nggak bisa menikmatinya hanya seorang diri.