Next
Fashion blogger, beauty blogger, food blogger, travel blogger, dan sebut lagi berbagai macam jenis blogger lainnya. Buat mereka yang hobi banget nulis, blog bisa menjadi wadah baru untuk mencurahkan isi hati selain buku diary. Diary seems so last year, sepertinya kan? Ya, sejak mulai masuk Indonesia, blog mendapat sambutan yang cukup baik.
Mereka yang hobi menulis, sudah pasti menyambut baik munculnya sarana baru menulis yang terhubung langsung ke dunia maya. Artinya, tulisan mereka bukan lagi sekadar penghias buku catatan yang hanya bisa diketahui oleh si penulis dan mungkin orang-orang tertentu saja. Dan sekarang, blogger tengah menjadi sorotan berbagai industri komersial. Mulai dari urusan kuliner, fashion, produk kecantikan, teknologi, dan berbagai aspek yang menyangkut dengan gaya hidup mulai melirik peranan blogger sebagai salah satu bentuk publikasi brand mereka.
“Kami mulai menganggap pentingnya peranan bloggers dan blogs sekitar dua tahun terakhir ini, setelah melihat menjamurnya blogs-blogs baru, khususnya seputar bidang lifestyle dan culinary. Walaupun jujur, pada awalnya kami tidak terlalu menganggap blogs itu sebagai sesuatu media yang serius,” ujar Adeza Hamzah, Assistant Director of Communications Hotel Mulia Senayan Jakarta, saat dihubungi FIMELA.com.
What's On Fimela
powered by
Next
Saat ini, kemunculan blogger layaknya jamur di musim hujan, terlebih lifestyle blogger. Banyaknya blogger yang muncul dan cukup berpengaruh di masyarakat membuat blogger menyita perhatian dari industri. “Menurut pengamatan kami, alasan meningkatnya ketertarikan banyak industri-industri besar terhadap blogs sangatlah sederhana. Blogs diciptakan oleh para “bloggers”, yakni individual-individual ‘independen’ yang memiliki liberalisme seutuhnya untuk berekspresi melalui tulisan-tulisan di blogs pribadi mereka. Dengan demikian, saat mereka me-review suatu produk atau jasa industri tertentu secara positif, para pembaca blogs mereka akan cenderung percaya atau mungkin bahkan lebih percaya, karena tulisan blogs bersifat ‘unbiased’, jujur dan seadanya karena blogs itu cenderung bersifat ‘testimonial’ dibanding ‘editorial’,” Adeza berpendapat.
Ya, testimoni, inilah yang kemudian membuat blogger banyak dicari. Bahkan, tidak bisa dipungkiri, masyarakat awam pun lebih dahulu mencari rujukan di blog setiap kali mencari sesuatu yang baru atau mungkin mencari referensi terhadap satu produk. Hal ini dibenarkan oleh Putra yang terbilang hobi belanja online. “Ya, kalau mau beli satu barang, elektronik dan otomotif biasanya, saya selalu cek berbagai testimoni yang beredar di internet terhadap satu brand tertentu. Bisa lewat blog dan bisa juga dari Kaskus. Karena sedikit banyak, testimoni yang beredar cukup bisa dijadikan pertimbangan untuk saya membeli satu produk,” Putra, 22, karyawan bank swasta.
Next
‘Independen’, pasti ada sisi positif dan negatifnya. Di satu sisi, tulisan yang ada dalam sebuah blog bisa jadi murni berupa opini para blogger barang ataupun jasa yang mereka coba. Namun, bisa jadi tulisan mereka dipengaruhi oleh oleh “sentimen” pribadi yang muncul. “Tentunya ada pula sisi negatif dari blogs. Kadang kita tidak dapat menyaring bloggers dalam menulis tentang produk dan jasa kita. Dan tidak semua bloggers memiliki level intelegensi, rasa tanggung-jawab dan kedewasaan yang sama. Dengan demikian, sangat mungkin sekali kita mendapat suatu review pada suatu blog yang bersifat negatif, hanya karena hal-hal kecil misalnya seperti hal-hal yang bersifat personal atau pengalaman pribadi bloggers tertentu yang mungkin kurang nyaman terhadap produk atau jasa tertentu, dan mereka lalu menggunakan blogs mereka secara negatif – yakni untuk berekspresi karena sesuatu yang bersifat dendam pribadi. Ini sangat tidak jarang pula terjadi,” Adeza berbagi pengalaman.
Karena itu, “menyaring” para blogger sangat disarankan sebelum mengundang blogger untuk me-review atau menjajal satu produk. Adeza punya tips sendiri dalam memilah blogger yang biasa ia undang dalam jamuannya.
1. Bacalah dan teliti gaya bahasa mereka. Dari situ, tingkat intelegensi sang blogger dapat kita ukur.
2. Identify your blogger’s viewer – dari gaya bahasa dan layout blog page tersebut, kita dapat menilai: siapakah pembaca blog itu, lalu tanyakanlah kepada diri kita: “Apakah blogger ini mampu menjangkau target audience yang perusahaan kami hendak bidik?”.
3. Know the blogger–mengundang dan bertemu para blogger tersebut juga merupakan kunci. Karena pada saat berjumpa dengan mereka, biasanya first impression is a lasting one.