Next
Kolagen adalah segalanya?
Kombinasi kolagen dan anti aging bukanlah barang baru. Bagaikan “sepasang sahabat”, kolagen akan hadir di sebagian besar produk anti penuaan. Kolagen merupakan jenis protein yang tergolong unik, karena mampu membangun material yang dibutuhkan untuk meremajakan kembali sel-sel di seluruh area tubuh. Tak hanya kulit, kolagen juga menjadi unsur penting dalam proses peremajaan organ, pembuluh darah, dan sel kekebalan tubuh. Namun, kolagen terlihat sangat erat untuk kaitannya dengan kulit cantik dan sehat karena 75 persen performa kulit ditentukan oleh cukup tidaknya kolagen yang ada pada tubuh.
Diproduksi secara alami oleh tubuh, produksi kolagen menurun mengikuti pertambahan usia. Usia 30 tahun yang dinilai jadi gerbang mulainya proses penuaan, memang membuat persediaan kolagen alami rata-rata manusia akan berkurang 1,5 persen. Lalu, di usia 40 tahunan, persediaan kolagen akan makin banyak berkurang sebesar kira-kira 15 persen , seiring dengan perubahan fisik dan hormonal, dan inilah yang sering diartikan dengan penuaan karena kerutan dan flek hitam mulai timbul. Tapi, apakah benar hanya kolagen yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan penuaan? Nyatanya tidak, karena ada elemen lain bernama elastin yang juga perlu diperhatikan.
What's On Fimela
powered by
Next
Kolagen dan elastin: kawan atau lawan?
Bagi kamu yang belum familiar dengan elastin, elemen ini juga berbentuk protein yang ditemukan di jaringan kulit dan tubuh. Fungsi elastin adalah untuk menjaga keelastisan kulit agar tetap kencang dan kenyal, sehingga bisa kembali ke bentuk semula bila kulit ditarik. Tak jauh berbeda dengan kolagen, elastin diproduksi di sel kulit bernama fibroblast dan produksinya bisa menurun mengikuti pertambahan usia. Terutama bagi perempuan yang pernah melahirkan, kurangnya elastin akan menimbulkan “pregnancy pouch” atau semacam sisa kulit yang bergelambir karena kekurangan elastin, sehingga tidak bisa kembali ke tempatnya semula.
Dari karakteristik di atas, sudah tergambar perbedaan fungsi antara kolagen dan elastin. Kolagen bisa dibilang adalah elemen yang bertugas untuk menjaga kehalusan, kecantikan, dan keremajaan kulit. Sementara, elastin adalah “agen” yang bertanggung jawab untuk keelastisan kulit agar tetap kencang walaupun kulit meregang dan menyusut oleh berbagai aktivitas dan proses hormonal. Istilahnya, elastin adalah karet penyangga untuk jaringan kulit agar bisa kembali seperti semula. Kalau sudah begini, sudah jelas kalau kita tak bisa memilih keduanya mana yang perlu diutamakan, karena untuk kulit cantik tak bisa kencang atau halus saja, tapi perlu kombinasi keduanya.
Pertanyaannya kini adalah, kenapa kolagen seakan lebih populer daripada kolagen yang sudah sangat awam diasosiasikan dengan anti penuaan? Kenapa pada umumnya produk anti penuaan yang dijual di pasaran hanya menyertakan kolagen tanpa kehadiran elastin di dalamnya? Itu karena elastin dari sumber eksternal didapatkan dari protein sapi atau burung yang secara kimiawi tak bisa menyatu dan diterima dengan baik oleh struktur gen manusia. Itulah sebabnya, beberapa pihak mengatakan bahwa elastin tak menunjukkan efek nyata untuk memperbaiki keelastisan kulit.
Namun, teori itu lalu dipatahkan oleh Chantal Burnison, ilmuan perempuan yang ditahbiskan menjadi penemu ethocyn, yaitu senyawa dari elastin. Bila mulanya elastin tak mampu berpenetrasi dengan baik di jaringan kulit manusia, ia mengembangkan protein itu hingga terbukti mampu meningkatkan produksi elastin kulit manusia.
“Penuaan yang meliputi sagging skin berkaitan dengan menurun atau hilangnya elastin dari jaringan kulit. Penemuan saya yang dinamakan Ethocyn tersebut, mampu menjadi ‘agen’ elastin dengan kemampuan penetrasi yang baik, sehingga secara nyata meningkatkan kadar elastin dan memang benar mengencangkan kulit. Elastin seolah tenggelam di balik kejayaan kolagen karena elemen itu yang paling banyak dikomersialkan dan diangkat ke publik. Padahal, seiring dengan perkembangan teknologi kecantikan, elastin dari sumber eksternal yang dinaggap tak mampu berkoordinasi dengan baik pada jaringan kulit manusia 25 tahun yang lalu, kini sudah berinovasi menjadi lebih baik baik dan bersahabat,” terang Chantal ketika kami temui langsung di Jakarta bulan lalu.
Dengan kata lain, memang tak ada yang mustahil untuk kecantikan, karena teknologi seakan berlari kencang mengejar penemuan yang lebih canggih lagi. Atau, bisa dibilang bahwa it’s possible for us to not get any older. Praise God for the technology.