Next
Jakarta Perawatan dari dalam adalah yang terbaik
Saya orang yang simple luar dalam. Tapi, kalau menyangkut urusan kecantikan, semakin bertambah umur nggak bisa sesederhana sewaktu masih muda. Harus ada beberapa hal yang dilakukan lebih dari sebelumnya. Untuk skincare berbentuk krim justru saya hindari, karena menurut saran dokter kulit krim itu akan membuat kulit saya makin berminyak dan membuatnya berjerawat. Makanya, satu-satunya perawatan yang saya lakukan adalah Nano Philosophy, dimana itu merupakan perawatan dari dalam.
Dengan terapi ozon, liposlim, dan mengonsumsi multivitamin yang semuanya berbahan herbal, tubuh saya membaik dengan sendirinya karena dirawat secara intensif langsung dari dalam tubuh. Saya juga nggak takut dengan proses penuaan karena treatment ini bisa membuat sistem tubuh saya berjalan dengan baik. Perubahannya pun terlihat dari penampilan wajah saya yang nggak memerlukan macam-macam krim untuk perawatan, tapi kulit saya malah lebih cerah dan glowing dibanding sebelumnya yang cenderung kusam.
"Kalau menyangkut urusan kecantikan, semakin bertambah umur nggak bisa sesederhana sewaktu masih muda."
Tak suka dipuji cantik
Saya nggak menyukai pujian, apalagi yang sifatnya memuji fisik. Bagi saya, pujian itu membuat saya sebagai penerima akan tergantung untuk dipuji dan menunggu pujian selanjutnya dari orang lain. Pujian bagi saya sama saja seperti memberi makan ego dan itu nggak sesuai dengan filosofi Yoga agar hidup sederhana dan rendah hati. Makanya, kalau ada orang yang memuji cantik, saya memilih untuk tidak menghiraukannya. Saya lebih mementingkan apa gunanya wajah saya yang dibilang cantik ini untuk sesuatu yang berguna. Pasti ada tujuannya kenapa saya diberikan penampilan seperti ini, bukan sekadar cantik semata dan sudah begitu saja.
Saya nggak bisa hidup tanpa Yoga
Apapun harinya, saya harus latihan Yoga minimal 90 menit setiap harinya untuk menjaga kesehatan fisik. Olahraga ini selain saya anut sebagai filosofi kehidupan, juga menjadi sumber kewarasan jiwa. Sampai saat ini, saya berusaha uintuk mengaplikasikan semua elemen Ypga dalam kehidupan, tapi pasti saya masih banyak kekurangannya, karena saya pun masih seorang pribadi dengan emosi yang meluap-luap. Tak ada Yogi yang sempurna.
Next
Mimpi buruk kecantikan
Mimpi buruk kecantikan saya pernah sekali terjadi saat saya berada di Los Angeles. Pada suatu saat, saya mendapat kupon potongan harga untuk perawatan peeling di sebuah klinik kecantikan, tapi hasilnya malah membuat kulit saya literally berwarna kuning seperti penderita Hepatitis. Selama tiga hari penuh kulit saya berwarna seperti dicat kuning dan terasa sakit luar biasa, hingga membuat saya nggak bisa keramas, karena memang kulit saya juga dilarang untuk terkena air. Setelah itu, trauma banget untuk coba-coba perawatan lagi, apalagi yang berbentuk promosi dengan harga lebih murah, karena yang pernah saya lalui itu bukan hal sepele. Mimpi buruk itu juga bisa terjadi ketika salah potong rambut. Makanya, jangan sembarangan memilih hairdresser hahaha�
Inner beauty tidak sepenuhnya benar
Definisi cantik untuk saya bukan sekadar inner beauty, karena faktor eksternal tetap harus diutamakan. Kulit harus terawat serta make up jangan berlebihan, sehingga membuat penampilan ini terlihat pantas untuk dilihat oleh orang lain. Intinya cantik itu pantas, jangan berlebihan, tapi juga jangan kurang ketika orang lain berdandan cantik. Cantik juga harus didukung dengan gestur yang elegan dan tenang menurut saya, karena itu menunjukkan kepercayaan diri.
I choose my body figure
Saya percaya bahwa saya memilih tubuh saya sendiri atas dasar kepercayaan saya pada reinkarnasi. Sementara, untuk urusan body figure, saya memilih bentuk tubuh seperti yang kini saya miliki saja, nggak ngoyo mau lebih lagi. Inginnya sih bisa turun 2 kilogram, tapi susah. Saya cukup puas kok dengan bobot di angka 54-56, lebih dari itu akan terasa nggak nyaman ketika mengenakan celana jeans.
"Harus benar-benar kelaparan dan menderita, baru berat badan bisa turun."
Yes, beauty is pain!
Saya bukan tipe orang yang suka menimbang badan. Patokan tubuh saya adalah celana jeans. Jjika sudah terasa ketat, maka saya akan berhenti makan selama 3 hari. Ya, memang cara drastis seperti itu yang saya lakukan selama ini, karena menginjak usia 40 tahun ini sudah nggak bisa dengan cara sederhana seperti nggak makan nasi atau mengurangi asupan tertentu untuk menurunkan berat badan. Perlu cara yang lebih ekstrim agar bobot ideal tercapai. Prinsipnya, harus benar-benar kelaparan dan menderita, baru berat badan bisa turun.
Seperti ketika saya di LA, jika badan ini sudah terasa nggak enak dan harus menurunkan beberapa kilogram, saya menerapkan metode juicing sebagai program diet. Saya pesan jus untuk seminggu dan hanya mengonsumsi itu sebagai asupan saya dari pagi hingga malam. Itu rasanya tersiksa banget, tapi karena berhasil, saya nggak keberatan untuk melakukannya. Sayangnya, belum ada pelayanan jus seperti itu di Jakarta, makanya juicing yang saya lakukan selama di sini hanya untuk kesehatan. Biasanya, saya lebih banyak mengasup sayuran daripada buah untuk dibuat jus karena buah cenderung manis mengandung gula.