Next
Sheryl Sandberg menjabat sebagai Chief Operating Officer (COO) yang mengurusi segala hal, mulai dari iklan, pengembangan bisnis, sampai perekrutan karyawan. Dan sejak bergabung dengan Facebook tahun 2008, Sheryl mampu memberikan kontribusi besar, termasuk pencapaian jumlah pengguna hingga 800 juta orang, dari semula hanya 70 juta, dan membawa keuntungan melimpah.
Pertempuan Sheryl dengan Zuckerberg pada sebuah jamuan makan malam tahun 2008 silam membawa ibu dua anak itu memutuskan keluar dari Google dan hijrah ke Facebook, padahal sebelumnya dia menolak tawaran pendiri LinkedIn, Reid Hoffman, menduduki kursi CEO. Di sanalah Sheryl mulai menjadi inspirasi. Dia selalu mengajarkan kepada perempuan untuk tak meninggalkan pekerjaan sebelum menyelesaikannya. Dia pun banyak berbicara soal tips berbisnis demi membawa perempuan pada kemandirian dan kesejahteraan finansial.
Sheryl berasal dari kampus yang sama dengan Mark, Harvard University, dan pernah menjadi kepala staf departemen keuangan AS. Berada di bawah didikan mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat, Lawrence Summers, Sheryl menjadi perempuan karier yang sukses besar. Gajinya di Facebook bahkan disebut-sebut sebagai gaji tertinggi hingga saat ini. Bagaimana tidak, saat ini penghasilannya mencapai lebih dari USD 30 juta! Selain sukses berkutat di bisnis online, perempuan kelahiran Agustus 1969 juga sempat masuk dalam jajaran 50 perempuan paling berpengaruh di bidang bisnis versi Forbes tahun 2008 dan perempuan kelima di dunia yang paling berpengaruh versi Fortune tahun 2011 silam.
Next
Sheryl dan beberapa teman sempat meluncurkan sebuah situs sebagai wadah para perempuan agar termotivasi mewujudkan ambisi mereka. Situs yang diberi nama LeanIn.org ini berisi nasihat-nasihat praktis seputar mimpi serta kesenjangan gender. Di situs ini para perempuan pun bisa berbagi kisah sampai cita-cita mereka, menikmati fasilitas kursus online tanpa pungutan biaya, dan mengadakan kopi darat agar antar-anggota saling mengenal lebih dekat.
Tak berhenti menginspirasi, Maret kemarin, Sheryl kembali membuat sesuatu untuk perempuan. Di tengah kesibukannya sebagai perempuan karier, Sheryl meluncurkan buku pertamanya, Lean In: Women, Work, and the Will to Lead, yang berisi pengembangan diri dan kepemimpinan, soal bagaimana perempuan meraih posisi yang diinginkan. “Agar perempuan bisa membuat pilihan yang lebih baik dan memperbesar kesempatan mendapatkan posisi tertinggi di bidang apa saja atau bersemangat mengejar tujuan apa pun,” jelasnya, “Buku ini juga untuk laki-laki agar tahu tantangan apa saja yang dihadapi perempuan, sehingga mereka bisa menciptakan dunia tanpa membeda-bedakan gender.”
Dan, meskipun mengaku menyesal karena kesibukan membuat kedua anaknya terlupakan, Sheryl menyarankan perempuan untuk tetap mempertahankan karier masing-masing. “Jangan keluar dari pekerjaan karena memiliki anak dan tak kembali karena pekerjaan yang inginkan sebelum pergi sudah tak ada lagi,” paparnya. Bagi Sheryl, ambisi adalah sumber semangat dan “nyawa” para perempuan. Mengapa seorang Sheryl begitu peduli soal persamaan gender dan ambisi? Masuk akal, tak peduli apa gendermu, siapa saja berhak punya mimpi dan mempertahankan mimpi itu sampai terwujud. Every great dream begins with a dreamer. Mimpilah yang membuat kita “hidup”, mimpilah yang membawa kita pada keberanian untuk maju dan berambisi menaklukkannya, walaupun tak jarang harus mendahulukan yang satu di antara mimpi yang lain. Kalau sudah begitu, kesuksesan tinggal menunggu waktu.