Lea Kartika Indra, Perempuan Tangguh di Dunia Otomotif

Fimela Editor diperbarui 28 Jun 2013, 06:30 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Nasib menuntun menuju dunia otomotif

Menyambangi kantor Ford Motor Indonesia di bilangan Pondok Indah, akhirnya, FIMELA.com bisa bertemu dengan tokoh yang ada di balik semua branding activity produk otomotif tersebut. Namun, waktu berbincang-bincang yang bertepatan dengan waktu makan siang, membuat kami memutuskan untuk menghabiskan waktu ngobrol di salah satu restoran Jepang di mall terdekat.

Menduduki posisi sebagai Communication Director di salah satu perusahaan otomotif asal Amerika, Lea mengaku bahwa awalnya ia sama sekali buta tentang masalah otomotif. Berlatar belakang pendidikan marketing, 3 tahun menjalani hidup dengan selalu bersentuhan dengan mobil setiap hari, Lea mengaku lama-kelamaan ia jatuh cinta pada otomotif yang cenderung identik dengan sisi maskulin.

“Jujur, awalnya saya sama sekali tidak mengerti sedikitpun tentang dunia otomotif. Ketika pertama kali bekerja di Ford 3 tahun lalu, saya hanya menghabiskan waktu dengan bekerja sekadarnya artinya hanya menuntaskan kewajiban saya. Namun, lama-kelamaan saya jatuh cinta karena ternyata sangat menyenangkan bekerja di sini. Sebelum mobil diluncurkan, saya bisa pertama kali mencobanya. Buat saya, bekerja di sini lebih hampir sama dengan liburan. Dan sebenarnya ternyata cukup menarik untuk mengulik otomotif lebih dalam,” ujar Lea yang pernah bekerja di dunia perbankan dan alat-alat berat sebelumnya.

Tetap feminin walaupun…

What's On Fimela
3 dari 4 halaman

Next

Tetap feminin walaupun…

Bekerja di tempat yang mayoritas lelaki, Lea mengaku pekerjaannya sama sekali tidak memengaruhi penampilan dan kebiasaannya sehari-hari. “Di kantor mayoritas pekerja memang laki-laki, mungkin hanya sekitar 10 orang perempuan yang ada di kantor saya. Bukan hanya di kantor saya selalu berhubungan dengan lelaki, ketika saya mengadakan acara yang melibatkan media, lebih sering juga saya berkomunikasi dengan lelaki. Karena kan memang umumnya teman-teman media dari otomotif adalah lelaki. Tapi, itu semua sama sekali tidak memengaruhi penampilan saya. Saya ini termasuk pribadi yang feminin. Jadi, walaupun saya bekerja di tempat dan lingkungan yang sangat maskulin, tentu saya akan tetap mencari cara utnuk menyelipkan satu sisi girly saya,” Lea bercerita.

Selain dunia otomotif, perempuan yang pernah menempuh pendidikan di Inggris ini mengaku bahwa ‘masak’ merupakan salah satu yang juga sangat menarik perhatiannya. Yup, ibu dua orang anak ini nggak pernah absen masak setiap hari untuk keluarganya di rumah. Masak menjadi kegiatan yang paling tidak bisa ia tinggalkan.

Stres melarikan diri ke…

4 dari 4 halaman

Next

Stres melarikan diri ke…

“Buat saya, masak itu segalanya. Saat sedang stres, ya saya lari ke dapur dan masak. Misalnya saja, beberapa waktu lalu, saya punya waktu luang di rumah dan saya memutuskan untuk bereksperimen di dapur. Hasilnya, hanya dalam beberapa jam, saya bisa menghasilkan 4 jenis makanan sekaligus,” ujarnya.

Tanpa bantuan dari asisten rumah tangga, Lea mengurus semua keperluan keluarganya sendiri, hanya mengandalkan bantuan dari orangtuanya untuk mengawasi kedua anaknya selama ia dan suami bekerja. Kesibukan di kantor yang sangat padat setiap hari, tidak membuat perempuan dari Palembang ini luput untuk menyiapkan makanan untuk keluarganya di rumah.

“Setiap hari, saya selalu masak untuk orang di rumah. Selain untuk makan di rumah, biasanya saya juga masak untuk bekal di kantor. Biasanya, saya selalu membawa bekal lengkap dengan buah-buahan setiap hari ke kantor. Karena menurut saya, makanan yang kita siapkan sendiri di rumah akan lebih bersih, terjamin untuk hitungan kalorinya, dan pastinya ekonomis karena mengurangi kita untuk jajan di luar,” ujar perempuan yang rutin menjalani olahraga renang.

“Kenapa harus merasa bersalah meninggalkan anak di rumah?”

Sering meninggalkan anaknya di rumah untuk bekerja, Lea mengaku sama sekali tidak pernah memiliki perasaan menyesal. “Mungkin terdengar aneh dan berbeda dari perempuan lainnya, tapi saya memang sama sekali tidak pernah punya perasaan bersalah setiap kali harus meninggalkan anak-anak saya di rumah karena pekerjaan. Kenapa? Karena saya berpikir apapun yang saya lakukan sebenarnya demi kebaikan mereka. Kenapa harus merasa bersalah meninggalkan anak di rumah? Apakah dengan saya tidak bekerja semuanya akan lebih baik, belum tentu juga. Tapi, sudah pasti saya bisa seperti ini karena memiliki support system yang baik di rumah. Saya tidak bisa memungkiri bahwa setiap perempuan karier harus memiliki support system yang baik di rumah jika ingin tetap bisa berkarier. Untuk menebusnya, saya selalu bersama dengan anak-anak dan keluarga setiap kali ada waktu senggang dan liburan,” ujar perempuan yang memiliki resolusi untuk menyeimbangkan semua aspek dalam hidupnya tahun ini.