Next
Sayang, pertemuan tersebut hanya berlangsung satu jam dan jujur pertemuan itu menyisakan tanda tanda besar buat saya ketika Mas Juli hanya berhenti di pembahasan 5 Magic Rules, kunci utama untuk menurunkan berat badan tanpa harus diet. Saya pun menyampaikan rasa ketertarikan saya terhadap MindSlim Program kepada Mas Juli dan beruntung gayung bersambut, saya dijadwalkan ikut program tersebut tanggal 18—19 Mei lalu. Awalnya, program ini bernama Hypnolangsing, namun kini telah berganti menjadi MindSlim Program.
Satu sesi MindSlim Program terdiri dari 10 jam pertemuan yang dibagi menjadi 2 hari. Tanpa aturan diet, obat pelangsing, dan berbagai siksaan lain, merupakan iming-iming yang membuat saya semakin antusias mengikuti program ini. Jika dilihat sepintas, mungkin tubuh saya tidak terlihat terlalu gemuk. Tapi, timbangan berkata lain karena ternyata berat badan saya sudah naik sebanyak 10 kg dari berat semula. Aktivitas mulai terhambat karena tubuh saya jadi cepat lelah dan cukup sering backpain jika terlalu lama duduk atau berdiri. Sebelum ikut MindSlim program, saya pernah mencoba diet karbo (tanpa bimbingan dokter) dan berhasil turun hingga 3 kg. Namun, setelah terkena tipus beberapa waktu lalu, berat badan saya kembali ke posisi semula.
Next
Di sesi pertama ini, Mas Juli menjelaskan bahwa sebenarnya yang menjadi penyebab kegemukan pertama di dunia adalah emotional eating. Emotional eating adalah kondisi ketika kita merasa ingin sekali menyantap makanan padahal sebenarnya tubuh kita tidak sedang membutuhkan asupan energi. Biasanya lapar seperti ini cenderung kita derita saat sedang stres, tiba-tiba mencium bau makanan, atau melihat gambar makanan. Nah, ini juga yang menjadi masalah karena saya cenderung lari mencari makanan untuk melepaskan penat kerja di kantor. Padahal, makanan sama sekali nggak ada hubungannya dengan mood. “Stop identikkan mood dengan food. Makanan tidak bisa membuat mood lebih baik, yang ada malah membuat tubuh kita semakin besar,” ujar Juli mengawali pertemuan.
Sejak awal, Mas Juli menekankan kita bebas memakan makanan apapun dan kapanpun selama perut kita lapar fisik. Yup, lapar fisik dan lapar emosi berkali-kali menjadi penekanan. Kemudian, seluruh perserta program pun diajak untuk mulai mengenali dan membedakan antara lapar fisik dan lapar emosi. Peserta diminta untuk mengingat kondisi tubuh ketika lapar, bahkan kelaparan, serta kemudian diminta untuk mengenali kondisi saat tubuh kenyang. Inilah yang kemudian menjadi patokan untuk mengenali kondisi lapar fisik.
Next
Merasa tertampar seketika saat mendengar penjelasan Mas Juli. Kenapa? Siapa coba yang nggak melakukan apa yang ia tuturkan? Program ini sama sekali nggak melarang kita untuk memakan jenis makanan tertentu, apapun dan kapanpun bisa kita makan, tak terkecuali cokelat dan nasi tengah malam lho, Fimelova. Namun yang pasti dengan satu catatan, tubuh kamu harus dalam kondisi LAPAR FISIK! Bukan hanya itu, saat makan, sebaiknya kita berhenti ketika tubuh netral. Istilah apa lagi tuh? Tubuh netral adalah ketika tubuh kamu merasa sudah bertenaga walaupun kamu masih punya hasrat ingin mengunyah makanan yang ada dihadapan. Jangan khawatir, karena beberapa menit kemudian pasti perut kamu akan merasa nyaman, nggak kelaparan dan nggak kekenyangan. Pas!
Next
Hari ini adalah hari ketujuh, terhitung dari tanggal 18 Mei saat kali pertama saya mengikuti program ini, dan selama itu saya coba untuk belajar untuk lebih aware lagi dengan kondisi lapar fisik, makan dengan sadar, dan berhenti ketika netral; ini adalah 3 kunci utama yang termasuk ke dalam bagian 5 Magic Rules yang menjadi pondasi untuk menurunkan berat badan. Sulit memang, tapi kemudian saya mulai mencoba kembali mengenali tanda-tanda yang diberikan tubuh secara perlahan. Jika biasanya saya enggan makan tengah malam walaupun perut merasa sangat lapar, kini saya bebas makan kapanpun.
Makan dengan sadar artinya menikmati proses makan (dengan mengunyah) secara perlahan dan merasakan perubahan tekstur setiap makanan di dalam mulut.Di hari ketujuh ini, dengan menerapkan 3 aturan tersebut, saya baru menyadari bahwa ternyata apa yang dibutuhkan oleh tubuh saya tidak sebanyak apa yang selama ini saya masukkan ke dalam tubuh. Porsi makan saya jauh lebih sedikit, setengah atau mungkin bahkan nyaris ¼ dari porsi biasanya. Bukan karena saya sedang mengikuti program ini dan ingin langsing, tapi karena memang perut saya sudah tidak bisa menerima makanan lagi, bahkan merasa mual jika saya paksa.
Nggak jarang saya masih selalu merasa lapar usai santap siang, tapi beberapa hari lalu saya membeli makan siang hanya setengah dari porsi makan saya biasanya dan ternyata setengah porsi tersebut bisa untuk jatah makan siang dan makan malam saya. Porsi makan jauh berkurang, orangtua dan teman dekat di kantor pun heran, tapi ya inilah saya sekarang. Dan sekarang nggak ada lagi ngantuk dan lemas setelah makan siang karena kekenyangan.
Lalu bagaimana dengan berat badan? Hm, sampai saat ini saya belum menimbang, selain karena belum diperbolehkan menimbang, saya juga nggak mau terlalu besar kepala membayangkan angka pada timbangan. Next week adalah minggu kedua saya menjalani MindSlim program dan baru di minggu tersebut kami, para peserta MindSlim Program, mengikuti evaluasi secara keseluruhan, melakukan pengukuran ulang setelah menjalani gaya hidup baru ini selama 2 minggu. Penasaran pastinya ingin tahu perubahan yang terjadi, bukan hanya saya tapi seluruh peserta MindSlim Program lainnya juga sepertinya merasakan hal yang sama. Mau tahu berapa banyak perubahan yang saya alami? Tunggu perkembangan saya minggu depan ya, Fimelova.