Next
1. Kanker payudara erat kaitannya dengan kanker ovarium
Angelina Jolie telah berhasil melakukan preventative mastectomy atau prophylactic bilateral mastectomy atau yang disebut juga dengan pengangkatan payudara sebagai upaya pencegahan kanker payudara pada awal tahun ini. Setelah itu, ia dijadwalkan akan menjalani hysterectomy dan oophorectomy, yaitu pengangkatan indung telur untuk memotong habis potensinya terkena kanker ovarium seperti mendiang ibu dan tantenya. Dari sini timbul pertanyaan, apakah setiap kasus kanker payudara akan selalu diikuti dengan kanker ovarium? Sadly, yes it is. Kanker payudara dimana erat kaitannya dengan hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium, membuat kedua organ ini saling terkait satu sama lain. Tak jarang, ditemukan benjolan pada indung telur di kasus kanker payudara, sehingga inilah alasannya dokter memeriksakan area dada dan perut dengan kadar letelitian yang sama tingginya untuk melacak apakah kanker ovarium juga bercokol. “Namun, tak selamanya kanker payudara akan diikuti dengan kanker ovarium. Ada beberapa orang yang tak menampakkan tanda-tanda mencurigakan tapi ternyata mengidap kanker ovarium, ada juga yang sebaliknya. Makanya, tak ada salahnya untuk memeriksakan organ keperempuanan kita ini secara rutin. Jangan menunggu sakit, apalagi gejala-gejala mencurigakan. Kanker payudara dan ovarium masih jadi ‘pembunuh’ perempuan tertinggi hingga kini,” ujar Dr. Alfiah Amiruddin, spesialis bedah payudara dari Rumah Sakit Mitra Kemayoran, Jakarta.
Next
2. Rekonstruksi payudara “mengembalikan” mahkota perempuan
Bila kanker payudara memang terjadi dan opsi mastectomy adalah yang terbaik, ada jalan breast reconstruction atau membentuk kembali payudara dengan implan atau lemak dari tubuh untuk mengembalikan mahkota perempuan satu ini. Seperti Jolie yang telah “mendapatkan kembali” daya tariknya sebagai perempuan dengan sepasang payudara setelah mastectomy dengan proses rekonstruksi. “Tak ada yang berubah dari diri saya. Hanya akan ada bekas luka kecil yang bahkan tak terlihat oleh siapapun,” hibur Jolie tentang proses rekonstruksi payudaranya. Ya, menurut Dr. Alfiah perempuan memang patut bergembira dengan kemajuan teknologi yang makin membuat bedah rekonstruksi payudara bisa dilakukan dengan berbagai pilihan dan teknik. Mau memilih dengan implan atau mengambil lemak tubuh, masing-masing bisa dipilih dengan pertimbangan yang bervariasi. “Mengembalikan payudara yang diangkat dengan breast reconstruction memang sudah jadi hal yang sangat mungkin. Bahkan, pasien diberikan kebebasan dengan berbagai pilihan dan bekas luka yang minimal,”ujar Dr. Alfiah. Yang perlu diperhatikan adalah implan memiliki jangka waktu tertentu, sehingga harus diganti secara berkala. Sementara lemak tubuhnya sifatnya akan lebih adaptable karena pada dasarnya lemak tubuh itu hanya ditransfer dan dipindahkan ke area tubuh yang lain. “Keduanya pada akhirnya akan sama, yaitu berpotensi berubah bentuk seiring proses penuaan,” tambah Dr. Alfiah.
Next
3. As always, the early detection is a bliss
Prophylactic bilateral mastectomy yang dilakukan Jolie jelas bukan hal yang baru. Menurut Dr. Alfiah, sudah banyak perempuan yang melakukannya dan memang menjadi opsi terbaik untuk memangkas potensi kanker payudara. Jolie dengan sukarela dan inisiatif tinggi memeriksakan secara seksama kesehatannya dan baeruntunglah ia bisa mengetahui lebih awal kalau berpotensi kanker. “Keberuntungan” inilah yang masih jarang terjadi untuk perempuan Indonesia dikarenakan lemahnya kesadaran tentang kesehatan, terutama pemeriksaan dini kanker payudara. Fakta ini pun makin diperkuat dengan pernyataan Dr. Alfiah bahwa selama kariernya sebagai dokter spesialis bedah payudara di Indonesia, belum pernah ada yang melakukan langkah prophylactic mastectomy. “Kasus yang sering terjadi adalah pasien datang dalam keadaan yang sudah parah dan di stadium lanjut. Sementara pada kasus Jolie, persentase BRCA 1 sebagai gen kanker sebesar 87% yang ditemukan, sebenarnya adalah deteksi awal untuk mengendus keberadaan kanker. Masih banyak gen yang perlu diperiksa dan sama-sama berpotensi untuk bermutasi menjadi sel kanker. Untungnya, Jolie bergerak cepat sehingga bisa mencegah potensi kanker itu menjadi nyata. Lalu, bagaimana dengan mereka yang tak memiliki kesadaran sama sekali untuk memeriksakan diri? Memang hari ini tak terasa apa-apa, tapi bagaimana dengan 5 hingga 10 tahun ke depan?” tanya Dr. Alfiah retorik. “Memeriksakan diri sungguh bukan sesuatu yang patut ditakuti atau ditunda-tunda lagi. Jadilah perempuan yang beruntung seperti Jolie dengan pencegahan dini,” sarannya.