Tolak Ukur Keperawanan, Ciptakan Bisnis Selaput Dara Palsu

Fimela Editor diperbarui 20 Mei 2013, 12:59 WIB
2 dari 3 halaman

Next

Tahun 2008, fake hymen atau selaput dara palsu mulai menjadi bahan pembicaraan di dunia. Selaput dara palsu ini banyak digunakan oleh mereka yang kehilangan keperawanan dengan berbagai cara, baik karena tindakan pemerkosaan, perilaku seks di luar nikah, ataupun para istri yang ingin kembali memuaskan suami mereka. Konon, selaput dara yang banyak beredar dan digunakan di Asia, Afrika, dan sebagian Eropa, berasal dari China.

Saat ini, di Mesir selaput dara palsu menuai kontroversi. Selaput dara buatan China ini pun sudah menjadi perdebatan di antara para pejabat terkait Mesir sejak tahun 2009 yang seolah masih belum menemukan jalan keluar hingga saat ini.

Anggota Parlemen Konservatif Mesir jelas menjadi penentang utama masuknya selaput dara ke Mesir. Bahkan, para anggota parlemen mencetuskan “pengasingan” bagi para pengguna maupun mereka yang memasukkan produk tersebut ke Mesir. Salah satu anggota parlemen juga mengatakan bahwa jika memasukkan produk asal China seharga USD30 ke Mesir, itu artinya seperti memfasilitasi perempuan-perempuan Mesir untuk memenuhi birahi mereka.

Produk seksual asal China tersbut ternyata menyanggupi untuk melayani pembelian di semua negara Arab. Namun kenyataan, mereka sama sekali tidak pernah memberikan respon terhadap e-mail maupun telepon yang berasal dari negara Arab. Dan kenyataan inilah yang membuat anggota Parlemen Konsrevatif Mesir gusar karena takut parempuan Mesir membeli produk tersebut.

Penilaian masyarakat, lelaki pada khususnya, tentang arti sebuah keperawanan yang sebenarnya membuat produk semacam ini laris di pasaran. Istri-istri yang ingin kembali memuaskan suami mereka, para korban kekerasan seksual, perempuan yang pernah mengalami kecelakaan, dan janda yang masih ingin dipandang sebagai gadis akan rela melakukan apapun untuk mendapatkan keperawanan mereka kembali. Hingga lahirlah selaput dara palsu dan operasi selaput dara.

What's On Fimela
3 dari 3 halaman

Next

 

Di Indonesia sendiri, selaput dara palsu ini pun tidak masuk secara bebas, namun perempuan masih bisa mendapatkan selaput dara palsu lewat online. Cara pandang masyarakat tentang selaput dara, yang pada umumnya menilai perempuan dengan selaput dara adalah mereka yang mengeluarkan darah ketika kali pertama berhubungan badan, menjadi faktor utama yang membuat produk seksual ini laku.

Sebuah artikel di nymag.com menuliskan pengakuan seorang penjual selaput dara palsu di Amerika. Sang penjual selaput dara palsu mengatakan, tujuan utama diciptakannya selaput dara palsu adalah untuk mendapatkan “darah” saat kali pertama berhubungan intim sebagai bentuk bukti keperawanan. Artinya? Ini menunjukkan bahwa laki-laki di manapun mereka berada, pada umumnya hanya menilai keperawanan seorang perempuan seolah tidak lebih dari keluarnya darah saat berhubungan intim.

“Menilai keperawanan seorang perempuan dari berdarah atau tidaknya selaput dara saat berhubungan seksual rasanya hanya pas menjadi tolok ukur pada jaman Siti Nurbaya. Elastisitas selaput dara perempuan berbeda-beda setiap orang, tidak bisa disamakan. Dan saat istri tidak mengalami perdarahan saat kali pertama berhubungan intim, seharusnya menjadi kebanggaan tersendiri bagi sang suami. Kenapa? Karena suami ternyata berhasil merangsang istri dengan sempurna sehingga istri mengeluarkan cairan pelumas alami. Tapi, pendidikan masa lalu yang terlanjur mengakar dengan kuat di masyarakat menjadi penyebab utama munculnya stigma-stigma seperti itu. Bukan tidak mungkin ada lelaki yang baru menikah dalam hitungan bulan menceraikan istrinya hanya karena tidak berdarah saat berhubungan intim pertama,” ujar Zoya Amirin, Seksolog, beberapa waktu lalu ketika ditemui FIMELA.com.

Pernyataan Zoya tersebut membuktikan bahwa sejak jaman dulu hingga saat ini, laki-laki masih mendominasi. Dominasi seperti ini yang pada akhirnya membuat perempuan rela melakukan apapun demi memberikan sebuah kesempurnaan. Bagaimana menurutmu, Fimelova?