Tidak Hamil, Tapi Absen Haid hingga 9 Bulan, Normal?

Fimela Editor diperbarui 06 Mei 2013, 05:00 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Absen menstruasi hingga lebih dari 4 bulan, wajar?

Hampir setiap perempuan pasti pernah mengalami menstruasi tidak teratur. Tumpukan kerjaan, masalah pribadi, atau mungkin masalah kampus, tanpa disadari seringkali menjadi penyebab utama tidak lancarnya siklus bulanan. Stres dan emosi yang tidak stabil membuat hormon dalam tubuh tidak seimbang dan membuat haid tidak teratur atau bahkan berhenti sementara waktu.

Absen menstruasi 1—2 bulan mungkin sudah lazim dialami oleh sebagian perempuan. Tapi, bagaimana jika haid tidak datang sampai 4 bulan atau mungkin 9 bulan lamanya? Mungkin untuk mereka yang sudah bersuami, bisa dibilang tanda-tanda hamil, namun bagaimana saat gejala ini dialami oleh perempuan single yang masih dalam usia produktif? Apakah ini masih bisa dikatakan wajar?

“Dalam bahasa kedokteran, perempuan yang tidak mengalami haid disebut Amenorhea. Amenorrhea ada yang primer dan yang sekunder. Siklus haid yang normal 21—35 sekali, rata-rata perempuan haid per 28 hari sekali. Jika siklus menstruasi lebih dari 35 hari, disebut Olygomenorrhea. Untuk perempuan yang sudah berumur, saat tidak haid sampai 6 bulan maka sudah bisa dikatakan manopause. Jika perempuan usia produktif mengalami absen hingga 6 bulan, masih bisa dikatakan normal jika yang dialami disebabkan faktor stres tertentu dan akan kembali normal jika faktor pemicu hilang,” dr. Karno Suprapto, Sp. Og., menjelaskan.

Masih bisa punya keturunan?

3 dari 4 halaman

Next

Masih bisa punya keturunan?

Namun, untuk mengetahui normal atau tidaknya masalah yang kita alami, dr. Karno menyarankan untuk melakukan pemeriksaan hormon. “Seperti yang dijelaskan bahwa Amenorrhea (tidak haid) ada dua jenis, primer dan sekunder. Mereka yang mengalami amenorrhea primer, biasanya tidak memiliki indung telur, sedangkan amenorrhea sekunder disebabkan adanya gangguan-gangguan hormonal. Jika absen menstruasi dalam jangka waktu lama baru dialami beberapa waktu belakangan, bisa jadi kamu mengalami amenorrhea sekunder. Namun, jika gejala ini dialami sejak saat kamu memasuki usia puber, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter, bisa jadi kamu mengalami amenorrhea primer. Untuk mereka yang mengalami amenorrhea sekunder, tentu masih bisa punya keturunan jika masalah yang mereka alami segera ditangani,” tutur dr. Karno.

Siklus menstruasi tidak normal juga lazim dialami oleh para olahragawan atau mereka yang biasa melakukan olahraga berat, perempuan yang terlalu gemuk dan terlalu kurus. Karena olahraga berat dan juga lemak dalam tubuh memengaruhi hormon yang secara langsung memberikan dampak pada produksi indung telur. “Sesuatu yang berlebihan memang tidak baik. Olahraga memang baik untuk tubuh, tapi lakukanlah dalam porsi yang wajar, jangan berlebihan karena akan memengaruhi siklus menstruasi, bahkan membuat menstruasi terhenti sementara. Selain itu, perempuan yang kelebihan berat badan dan badan yang terlalu kurus juga biasanya akan bermasalah dengan siklus bulanan mereka. Jadi, usahakan sebisa mungkin jaga tubuh dalam kondisi stabil,” dr. Karno menyarankan.

Dampak dan solusi absen haid dalam jangka waktu lama?

4 dari 4 halaman

Next

Dampak dan solusi absen haid dalam jangka waktu lama?

Memeriksakan diri ke dokter kandungan adalah jawaban paling tepat dalam menghadapi masalah absen menstruasi dalam jangka waktu lama. “Jika amenorrhea yang dialami adalah jenis sekunder maka bisa diatasi dengan terapi hormon atau dengan mengonsumsi obat-obatan. Apabila si penderita masih belum berpikir untuk menikah dan bebrkeluarga, mungkin masalah ini tidak akan menjadi masalah. Karena untuk sebagian orang, tidak mens setiap bulan bisa menjadi keuntungan tersendiri buat mereka, mereka bisa terus beribadah tanpa halangan dan melakukan semua aktivitas dengan bebas. Nah, persoalan ini akan menjadi masalah saat si perempuan sudah mulai menginginkan keturunan. Jadi, menurut saya, sebelum persoalan yang dialami bertambah buruk, terlebih jika sering mengalami absen haid dalam jangka waktu lama hingga 9 bulan, ada baiknya segera periksakan diri ke dokter agar ditangani secepatnya. Jangan sampai baru kalang kabut saat sudah berencana memiliki keturunan,” dr. Karno memberi saran.