Kerusakan Terumbu Karang Ancam Keindahan Gili di Lombok

Fimela Editor diperbarui 19 Apr 2013, 11:00 WIB
2 dari 6 halaman

Next

Salah satu wilayah di Indonesia yang paling ingin saya kunjungi adalah Lombok, khususnya Gili Trawangan. Keindahan alam Lombok dan Gilinya sudah bukan pembicaraan baru lagi di kalangan para traveler. Akhirnya, akhir Februari lalu saya berkesempatan menginjakkan kaki yang berada di wilayah Indonesia Tengah. Pastinya antusiasme tinggi menyelimuti saya begitu menginjakkan kaki di Bandara Internasional Lombok.

Karena waktu yang sempit, saya hanya bisa menginap satu malam di Lombok sebelum menyebrang ke Gili Trawangan. Sebelum meninggalkan hotel dan berangkat ke Pelabuhan Bangsal, saya memutuskan untuk sejenak menikmati pantai yang berada di dekat hotel, Pantai Mandalika. Tidak ada kata lain yang bisa menggambarkan pantai ini selain ‘indah’. Pasirnya yang putih, air laut biru, dan bukit di sekitar menjadi komposisi sempurna untuk menyejukkan mata. Sayang, saya tidak punya waktu banyak untuk bisa menikmati pantai-pantai lainnya.

Dengan biaya kurang dari Rp15.000,- saya menggunakan kapal menyebrang ke Gili Trawangan. Perasaan penasaran semakin menggebu saat kapal berlabuh di dermaga Pelabuhan Gili Trawangan. Berhubung saya baru tiba di Gili pada sore hari ditambah hujan, saya pun memutuskan untuk menikmati Gili Trawangan keesokan sekalian snorkeling di perairan Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno.

3 dari 6 halaman

Next

 

Hanya dengan Rp120.000,- saya sudah bisa snorkeling ke tiga titik yang paling menjadi sorotan wisatawan dengan fasilitas makan siang. Apa lagi yang ada di kepala saya selain membayangkan keindahan bawah laut dan penyu-penyu tua yang ada di Gili. Akhirnya, kapal saya pun berhenti di titik snorkeling pertama, masih di Gili Trawangan. Pemandangan di sini cukup indah, terumbu karang dan ikan berwarna-warni sempurna menghiasi bawah laut Gili Trawangan. Walaupun tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan, namun keindahan bawah laut Gili Trawangan cukup menyejukkan mata saya.

Puas di Gili Trawangan, kapal saya bergerak ke Gili Meno. Saya berharap bisa menemukan pemandangan bawah laut yang lebih spektakuler, tapi nyatanya hanya deretan terumbu karang rusak yang ada di hadapan saya. Tersentak dan miris melihat kenyataan bawah laut yang selama ini menjadi buah bibir wisatawan karena keindahannya.

4 dari 6 halaman

Next

 

Tak ada terumbu karang maka jangan harap bisa menemukan beragam ikan warna-warni. Hanya gerombolan ikan kecil yang mengelilingi saya selama saya snorkeling di Gili Meno. Beruntung, saat itu saya bisa melihat penyu tua yang berukuran raksasa sehingga rasa kecewa saya sedikit terobati.

Kerusakan terumbu karang di Gili rupanya sudah berdampak serius. Bahkan, pada tahun 2009, dua buah Gili, yakni Gili Pengadah dan Gili Kapal tenggelam pada tahun 2009 akibat kerusakan terumbu karang. Di tahun yang sama, Gili Kondo pun terancam eksistensinya akibat eksploitasi terumbu karang yang membabi-buta.

Setelah kecewa melihat keadaan bawah laut di titi Gili Meno, saya beralih ke Gili Air. Pemandu kapal bilang bahwa Gili Air dipenuhi beragam ikan cantik yang akan menghampiri jika wisatawan memegang umpan roti. Setelah siap dengan umpan roti di tangan, saya pun turun ke laut. Benar saja, begitu umpan dilepaskan, ikan-ikan langsung mengerumuni. Ikan-ikan tersebut cukup membuat saya terhibur, namun lagi-lagi hiburan itu hanya sesaat.

5 dari 6 halaman

Next

 

Saat tengah memberi makan ikan-ikan, saya merasa ada sesuatu yang menghempas tubuh saya dari belakang. Ketika membalikkan badan, tumpukan sampah berupa kayu, plastik, botol minuman bekas, dan rerumputan kering (yang diakui merupakan bekas rumput laut oleh si pemandu kapal) menempel di tubuh saya. Jijik pastinya saat melihat tumpukan sampan mengelilingi tubuh saya dan tumpukan sampah semakin banyak menempel di tubuh saya ketika ada kapal yang mendekat.

Dan seketika keinginan saya untuk bermain-main dengan ikan-ikan tersebut pun hilang. Saya langsung kembali naik ke kapal dan menyudahi acara snorkeling saya siang itu. Jujur, saya kecewa dengan pengalaman snorkeling yang saya dapatkan. Entah pada saat itu hanya saya yang kurang beruntung mendapatkan pengalaman yang kurang mengenakan dan sajian pemandangan bawah laut yang menyedihkan atau ada juga wisatawan lain yang bernasib sama.

6 dari 6 halaman

Next

 

Tumpukan sampah kembali saya jumpai di pinggir pantai Gili Trawangan ketika saya hendak bermain-main air di bibir pantai keesokan harinya. Sangat disayangkan kondisi air yang masih jernih dan pasir putih harus dirusak dengan pemandangan tumpukan sampah tepian. Bangkai pohon, ranting-ranting kering, kayu-kayu tidak terpakai, dan beberapa sampah plastik mengotori pemandangan mata saya.

Jujur, mata saya cukup dimanjakan dengan pemandangan pantai dan laut biru yang masih asri, keindahan alam yang jarang sekali bisa saya temukan. Namun, saya sangat menyayangkan keberadaan tumpukan sampah yang memenuhi perairan Gili Air dan juga tepi pantai Gili Trawangan. Bukankah seharusnya semakin banyak orang yang melirik Gili sebagai tempat wisata, justru pemerintah setempat, masyarakat, dan pengelola hotel seharusnya semakin memberikan perhatian khusus pada aset mereka?

Sebuah situs perjalanan, Trip Advisor, pernah menempatkan Gili Trawangan pada posisi nomor empat ke dalam 10 daftar pantai terbaik di Asia. Namun, sampai kapan keindahan Gili Trawangan dan Gili lainnya bisa bertahan menjadi pembicaraan wisatawan jika kondisi lingkungan yang dipenuhi sampah semakin parah setiap saat?