Darbotz 'Seniman Jalanan', "Coret" Dinding Jakarta Atas Dasar Cinta

Fimela Editor diperbarui 03 Apr 2013, 09:00 WIB
2 dari 5 halaman

Next

Darbotz, buat para pencinta seni, nama “seniman jalanan” ini sudah nggak asing lagi pastinya, terlebih saat ini Darbotz cukup sering muncul di acara-acara besar, baik dalam skala nasional maupun internasional. Sebut saja Artotel Surabaya, Levis, dan Da Vinci, nama-nama tersebut menggandeng Darbotz untuk berkolaborasi dengan produk mereka. Namun, buat kamu yang penasaran dengan wajah asli Darbotz, kamu nggak akan bisa menemukan wajahnya secara utuh di dunia maya karena lelaki bertubuh gempal ini pasti akan menutup sebagian wajahnya jika memang harus tampil difoto.

Cuek dan dingin, inilah kesan yang pertama kali didapat ketika bertemu dengan sosok lelaki yang mulai membubuhkan karyanya pertama kali di jalan pada tahun 2004. Siapa sangka ternyata Darbotz memiliki kecintaan yang sangat dalam pada Jakarta.

F: Sebenarnya apa sih yang ingin kamu suarakan dari karya-karya yang sudah kamu hasilkan selama ini?

D: Jakarta ! It’s all about Jakarta. It’s my love and hate relationship with Jakarta. Semua karya saya bercerita tentang Jakarta.

What's On Fimela
3 dari 5 halaman

Next

 

F: Biasanya, karya-karya yang dihasilkan oleh seniman jalanan cenderung bebas, mengikuti kata hati si seniman dan biasanya itu adalah idealisme tersendiri buat mereka. Bagaimana dengan kamu? Jika suatau saat nanti ada yang ingin membayarmu dengan harga mahal untuk membuat sebuah karya yang bertentangan dengan hati nurani, apa kamu akan menjual idealismemu?

D: Saya bersyukur karena selama ini orang membayar sesuai dengan apa yang sudah saya buat. Dan jujur, ketika saya dihadapkan pada situasi seperti itu, pasti saya akan menolak pekerjaan atau order jika memang tidak sesuai dengan idealisme saya.

F: Banyak orang yang mengidentikkan seniman dengan hidup yang ala kadarnya, bagaimana menurut kamu soal opini ini? Apa memang kehidupan seniman di Indonesia memang tidak sejahtera? Lalu, bagaimana support dari keluarga soal pekerjaan kamu sebagai street artist?

D: Beruntung keluarga sangat mendukung pekerjaan saya sebagai seniman. Kalau menurut saya, soal sejahtera atau nggak, itu semua tergantung pada masing-masing orang. Misalnya saja dokter, ada juga dokter yang hidupnya ala kadarnya, tapi juga ada dokter yang kaya raya, begitu juga dengan seniman. Jika memang kita benar-benar serius dan menekuni pekerjaan kita sebagai seniman dengan kerja keras, pasti nanti aka nada hasilnya. Walaupun ‘keberuntungan’ juga punya andil yang cukup besar.

4 dari 5 halaman

Next

 

F: Saya pernah baca di sebuah sumber kalau cumi-cumi adalah salah satu binatang yang cukup memunyai arti buat kamu. Boleh sedikit ceritakan tentang filosofi di balik cumi-cumi?

D: Agak cheesy sih alasan sebenarnya. Pertama, kenapa cumi-cumi, karena saya suka makan cumi. Tapi, lama-kelamaan, saya suka cumi karena bentuknya. Cumi punya banyak tangan dan untuk bisa survive hidup di Jakarta, kita membutuhkan banyak tangan.

F: Menurut kamu bagaimana kehidupan 'street art' di indonesia? Apa sih definisi 'street art' dari seorang Darbotz? Apakah street art baru akan hidup jika para seniman boleh berkarya di jalan?

D: Street art itu adalah seni yang dilakukan di jalan, kalau bukan di jalan bukan street art namanya. Ketika street artist berkarya di gallery dia akan menjadi seorang artist dengan jiwa "street" dalam karyanya.

F: Gubernur DKI Jakarta sedang memerintahkan aparatnya untuk membersihkan semua corat-coret yang ada di jalan, bagaimana pendapatmu, sebagai street artist, tentang kebijakan Jokowi?

D: Hm, bagus juga sih. Para street artist jadi lebih tertantang, walaupun harus ada beberapa karya yang bagus dan berumur lama sekali sampai dihapus juga. Tapi, kami sebagai seniman jalanan menjadi lebih tertantang dan akan terlihat siapa yang bisa tetap eksis.

5 dari 5 halaman

Next

F: Berapa upah termurah yang pernah kamu terima sepanjang berkarya? Dan karya komersil apa yang paling jadi kebanggaan kamu sampai saat ini?

D: Upah termurah? Gratis alias tidak dibayar. Saat ini saya sedang mengerjakan project dengan Google OpenSpaces dan menurut saya karya saya kali ini adalah karya terbesar yang pernah saya buat sepanjang saya berkarya.

F: Apa harapan kamu untuk kehidupan street art di Indonesia, di Jakarta pada khususnya?

D: Saya berharap street art bisa lebih diapresiasi dan dihormati. Saya nggak berharap lebih dari pemerintah, tapi setidaknya masyarakat umum bisa lebih menghargai karya kami.