Tanya:
"Sudah sekitar 6 bulan ini saya menggunakan kontrasepsi spiral dan cenderung menjadi keputihan, padahal sebelumnya tak mengalami hal tersebut. Apa ini ada hubungannya dengan kotrasepsi yang saya pakai?"
Safira, 28 tahun, PNS
Jawab:
Seiring dengan perkembangannya, tersedia berbagai macam kontrasepsi, mulai dari kondom, pil, suntik, implan, dan spiral. Dari semuanya, implan dan spiral mempunyai persamaan, yaitu cukup dipasang sekali untuk beberapa waktu dan kegiatan seksual bisa dilakukan seperti biasa.
Secara kacamata kedokteran, spiral atau IUD sebenarnya yang paling kurang baik untuk dipilih. Alasannya karena kontrasepsi tersebut tak memenuhi dua kriteria, yaitu baik dan aman. Baik dalam arti efek sampingnya sedikit, aman berarti kemungkinan terjadinya kehamilan kecil selama menggunakan kontrasepsi tersebut. Nah, untuk spiral sendiri risiko kehamilan sebesar 3 persen, lebih besar dibanding kondom.
Selain persentase risiko kehamilan, keberadaan spiral berpotensi menimbulkan radang di rahim karena kamu sebenarnya memasukkan benda asing ke dalam rahim. Spiral dimasukkan ke dalam endometrium atau lapisan dalam rahim mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berkembang lebih lanjut menjadi janin. Ini yang sering sekali jadi salah kaprah dengan menganggap kalau spiral menghambat terjadinya pembuahan, padahal sebenarnya sperma masih bisa membuahi telur dan proses pembuahan tetap terjadi.
Dengan tetap berlangsungnya sistem reproduksi itu, keberadaan spiral di dalam organ seolah menjadi benda asing, lalu berisiko membuat pembuluh darah membesar dan mudah berdarah. Inilah yang menyebabkan perempuan pengguna spiral mengalami pendarahan sebelum waktu menstruasi. Keberadaan spiral juga membuat produksi lendir bertambah, sehingga ini membuat perempuan yang tadinya nggak ada masalah dengan keputihan, sesudah menggunakan spiral menjadi bermasalah dengan hal tersebut dan membutuhkan pantyliner agar merasa nyaman.
Selain keputihan, perempuan pengguna spiral sebenarnya mudah terinfeksi. Tali spiral yang berada di vagina, bertujuan untuk memudahkan proses pencabutan. Tali inilah yang berpotensi untuk dihinggapi oleh bakteri dan kemudian menjadi infeksi. Tanda terjadi infeksi salah satunya adalah mengalami nyeri di perut, sehingga sebaiknya segera periksakan diri ke dokter dan mencabut spiral. Alasan ini pula yang menjadi dasar kenapa spiral sangat tidak dianjurkan untuk digunakan oleh perempuan yang belum pernah hamil dan melahirkan, karena ditakutkan rahim akan terinfeksi dan menyebabkan susah mendapatkan keturunan.
Walaupun begitu, menentukan kontrasepsi mana yang ingin dipakai selalu akan dikembalikan kepada pasien. Tugas dokter atau bidan yang memahami hal ini hanya sebatas untuk menjelaskan plus minusnya, soal kecocokan akan ditentukan oleh pasien itu sendiri. Yang terpenting, kehamilan terjadi bukan karena tak dikontrol, karena tanggung jawab menjadi orang tua sudah dimulai sejak melakukan aktivitas seksual.