Next
Besarnya pos pengeluaran setiap orang, tentu akan berbeda dan tergantung dari profesi maupun status pernikahan. Bagi mereka yang sudah berkeluarga, terlebih memunyai anak, tentu pengeluaran anak akan mendominasi pengeluaran rutin setiap bulan. Sedangkan untuk mereka yang masih lajang, pastinya masih bebas untuk menyesuaikan pos pengeluaran sesuai dengan kepentingan dan juga minat. Bahkan, tidak jarang mereka si lajang mengalahkan pos pengeluaran wajib dibandingkan pengeluaran untuk membeli barang-barang yang menjadi kesukaan mereka.
Lebih baik keluarkan uang untuk fashion dan beauty daripada untuk sebotol air putih
“Setiap jam makan siang, sebisa mungkin saya membawa bekal air putih dari kantor jika saya memang harus makan siang di luar. Nggak tahu kenapa, walaupun hanya Rp1.000,-, saya nggak rela mengeluarkan uang hanya untuk membeli segelas air putih. Kalaupun saya lupa membawa air, lebih baik saya minta pada teman. Tapi, di satu sisi, saya tidak akan banyak berpikir mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk membeli barang-barang fashion ataupun makeup, ya terutama makeup sih. Karena memang saya sangat minat pada dunia kecantikan,” Dina, 27.
“Setiap bulan, kita harus menganggarkan budget untuk pengeluaran “kenakalan”. Kenakalan yang saya maksud adalah untuk jalan-jalan, nongkrong bersama teman-teman, dan belanja. Setidaknya anggarkan 30% dari pengeluaran bulanan kita untuk budget kenakalan. Jika pengeluaran ini nggak kita anggarkan, mau tidak mau pasti pos pengeluaran kita yang lain akan terganggu karena kita akan menggunakan jatah lainnya untuk kesenangan kita. Mau tidak mau, kita harus menganggarkan pengeluaran untuk senang-senang setiap bulan karena secara tidak langsung sudah menjadi bagian dari kebutuhan,” Ancilla Lilly, GM Product Management at PT AJ Sequis Life, memberi saran.
What's On Fimela
powered by
Next
Demi hobi, rasanya semua orang rela mengorbankan hal-hal lainnya. Nana, 25, Pengajar, mengaku hobi mendaki gunung, kemping, dan traveling. Bahkan, dalam satu tahun, ia menargetkan setidaknya 2 kali naik gunung ataupun sekadar kemping di kaki gunung. Untuk urusan yang satu ini, tentu harus ada dana lebih yang siap digunakan agar keinganannya bisa terpenuhi. Nana mengaku, ia rela membawa bekal atau menahan lapar demi mengumpulkan uang untuk liburan yang ia idamkan.
“Saya hobi banget traveling, tapi saya sadar bahwa hobi saya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Biasanya jika saya harus mengeumpulkan uang dalam waktu yang relatif pendek untuk mengejar liburan, saya akan menekan pengeluaran makan harian saya. Caranya? Saya akan membawa makanan dan minuman ke tempat mengajar. Atau jika memang saya sudah kembali merasa lapar di saat perbekalan saya habis, saya pun tidak jarang menahan lapar dan makan di rumah. Kalau kita ingin mengejar sesuatu, tentu ada yang harus dikorbankan. Dan buat saya, itulah cara supaya saya bisa terus jalan-jalan,” ujar Nana, 25, sambil tersipu malu.
“Saat memutuskan untuk jalan-jalan, memang sebaiknya kita terlebih dahulu membuat anggaran untuk kebutuhan perjalanan. Kenapa? Ini untuk menghindari kita terlilit hutang setelah selesai liburan. Untuk itu, memang diperlukan komitmen dan disiplin yang tinggi. Besarnya uang yang disisihkan pun tergantung waktu dan besar budget yang ingin dicapai. Makin besar budget dan makin sempit waktu maka kamu harus menyisihkan uang lebih banyak,” ujar Lisa Soemarto, Senior Advisor AFC.
Next
Kurangi jajan demi masa depan
Investasi saat ini menjadi salah satu topik yang banyak dibicarakan di dunia keuangan. Banyak pula orang yang semakin sadar untuk menyisihkan sebagian uang mereka untuk investasi masa depan. Ana, 25, karyawan swasta di perusahaan asuransi mengalokasikan pengeluaran bulanannya sedikit lebih pada pos investasi.
“Sejak kita punya penghasilan mulailah berpikir untuk investasi demi kepentingan masa depan kita sendiri. Kenapa? Tentu kita tidak ingin bekerja seumur hidup kan. Untuk itu, kita perlu memikirkan pengeluaran untuk di masa depan mulai dari sekarang dengan berinvestasi. Hanya dengan Rp260.000,- kita bisa mulai berinvestasi dengan reksadana saham. Kalau ragu dan takut dengan risikonya, kamu bisa memilih bentuk investasi lain yang sesuai denganmu. Risiko bukan untuk ditakuti, tapi untuk dikelola dengan baik. So, mulailah belajar tentang investasi dari sekarang. Kenali profil risiko kita masing-masing. Reksadana saham memang berisiko, tapi akan lbh berisiko lagi kalau kita hanya mengandalkan tabungan,” Eka Agustina, Financial Planner QM Financial.