Dunia akting memang identik dengan sang ayah, Charles J. Cooper. Dari ayahnya yang hobi menontonlah Cooper kecil mengenal film dan ikut kecanduan. Film The Elephant Man (1980) bahkan begitu berkesan untuk Cooper karena dari film yang dia tonton bersama sang ayah itu impian untuk menjadi seorang aktor muncul.
Perjuangan Cooper menjadi aktor besar seperti sekarang cukup rumit. Lahir dan besar di keluarga sederhana dan mimpi menjadi aktor yang kurang disetujui kedua orangtuanya membuat Cooper harus berjuang keras. Usai menyelesaikan kuliah di Jurusan Bahasa Inggris, dia rela mengajukan pinjaman siswa USD 70 ribu untuk meneruskan kuliah di Actors Studio Drama School di The New School, New York. Dia pun berkuliah sambil bekerja sebagai penjaga pintu Hotel Morgans. Film “keramat” baginya, The elephant Man, kemudian menjadi pembuka jalan menuju mimpi besar Cooper. Dia mementaskan The Elephant Man sebagai tugas akhir, dan gelar Master of Fine Arts pun diraih bersamaan dengan kepercayaan dari sang ayah atas pilihannya menjadi seorang aktor.
Itu mengapa kemudian segala hal yang berhubungan dengan sinema, karier, dan kesuksesannya selalu mengingatkan dia kepada sang ayah. Dengan kepergian sang ayah pula Cooper mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Rasa kehilangan dan cobaan berat itu membuat Cooper makin memahami hidup dan lebih bisa berpikir positif. Apa yang diharapkan belum tentu terjadi, dan yang tak diharapkan kapan pun siap menghampiri. “Sekarang aku bahkan tidak gugup menghadapi apa pun, toh aku memang tidak mungkin mampu mengontrol semuanya sekaligus,” tutup bintang Silver Lining Playbook yang pernah dinobatkan sebagai Sexiest Man Alive 2011 oleh majalah People ini.