"Menikahlah Denganku", Tak Tabu Lagi Diucapkan Perempuan untuk Lelaki?

Fimela Editor diperbarui 21 Feb 2013, 02:00 WIB
2 dari 3 halaman

Next

“Will you marry me?” Apa kata itu juga yang sedang kamu tunggu-tunggu keluar dari mulut si dia? Mengapa tak berpikir melakukan hal yang sama seperti Anna, melamar pasangan lebih dulu? Tabu? Patti Stanger, ahli percintaan, pemilik biro jodoh premium Millionaire’s Club, dan bintang reality show â€œMillionaire Matchmaker”, misalnya, malah meyakini sikap konservatif masih dibutuhkan dalam hubungan percintaan. Dia menyarankan para perempuan modern tetap mengikuti aturan khusus soal pernyataan cinta, yaitu biarkan laki-laki yang menyatakan perasaannya lebih dulu, salah satunya untuk melihat kesungguhan dan komitmennya kepada kita. Ini baru masalah perasaan, apalagi dengan melamar yang jauh lebih “sakral”, Patti jelas tak setuju.

Namun, film Leap Year itu justru merepresentasikan bahwa ada pandangan lain, tradisi lain, yang tak melihat “pengalihan tugas” melamar ini sebagai sesuatu yang tabu dan mesti dihindari. Irlandia dan 29 Februari sengaja menjadi latar film untuk mengangkat sebuah tradisi unik, di mana perempuan bebas melamar laki-laki. Jangankan melamar, mengungkapkan perasaan lebih dulu pun masih terdengar asing bagi sebagian perempuan. Namun, ternyata tradisi perempuan melamar laki-laki sudah ada dan berlangsung sekian lama di Irlandia, tradisi kuno yang hanya berlaku satu hari di tahun kabisat (leap year), tanggal 29 Februari (leap day).

Bagaimana tradisi itu terbentuk, rupanya berkaitan dengan peraturan ketat di kerajaan-kerajaan Inggris, terutama kepada perempuan. Ciri tradisi lama, perempuan belum mendapatkan hak setara dengan laki-laki. Muncullah kritik atas kebijakan-kebijakan yang menyudutkan perempuan itu. Akhirnya lewat keputusan pengadilan setempat, perempuan diperbolehkan bertanya, menyatakan pendapat, hingga melamar laki-laki idamannya. Tak cuma di Irlandia sebenarnya, di negara sekitarnya bahkan diberlakukan denda bagi laki-laki yang menolak lamaran perempuan. Denda bisa berupa sarung tangan ataupun bahan untuk membuat rok.

Tradisi di Irlandia mungkin dipakai untuk mengubah pandangan bahwa laki-laki yang harus mengambil tindakan lebih dulu, memberikan kesempatan kepada perempuan yang konon “terbungkus” dalam aturan dan segala macam pandangan untuk mulai berani mengungkapkan perasaan dan keinginannya. Sementara Patti Stanger tetap keukeuh berpandangan bahwa pernyataan cinta berhubungan dengan komitmen pasangan, sehingga dia harus berjuang mendapatkan hati kita. Bagaimana dengan Fimelova? Klik halaman berikutnya!

3 dari 3 halaman

Next

“Kalau nanti aku sudah menjalin hubungan serius dengan seseorang, aku rasa tidak masalah mengatakan lebih dulu keinginanku untuk menikah. Ketika kita meyakini akan menghabiskan sisa hidup dengannya, kita harus membuang semua keraguan dan gengsi. Itu bentuk awal dari yang namanya pengorbanan,” kata Tika (30, store manager). Berbeda dengan Renny (29, media planner) yang pilih menunggu momen membahagiakan itu datang sendiri. “Zaman sudah maju, dan beberapa perempuan mulai berani menyatakan perasaan kepada laki-laki idaman. Namun, untuk tahap seserius ini takut terburu-buru melangkah sementara dia belum siap. Kalau sudah yakin, mestinya inisiatif darinya datang sejak dulu, tak perlu menunggu selama ini. Percaya saja orang yang tepat akan datang di waktu yang tepat untuk membentuk sebuah hubungan yang juga tepat,” tuturnya.

Psikolog Ajeng Raviando dari Teman Hati Konseling menengahi pandangan berbeda ini dengan realitas bahwa ada perbedaan pandangan antara perempuan dan laki-laki mengenai komitmen. Perempuan cenderung mengartikan komitmen sebagai fase untuk melangkah ke tahap yang lebih intim, yaitu pernikahan. Berbeda dengan laki-laki yang tak berpikir sampai jauh ke sana. Sesederhana cara mereka berpikir, laki-laki mengartikan komitmen sebagai kesetiaan, yang membuat mereka sendiri akhirnya tak yakin kata itu sanggup dipegang, sehingga butuh waktu lebih untuk memantapkan hati siap menjadi setia.

Komunikasi akhirnya menjadi solusi. Tak salah, bagi Ajeng, perempuan melamar pasangan. Namun, daripada sibuk berpikir siapa yang akan lebih dulu melamar, lebih baik mulai mewacanakan arah hubungan bersama-sama. Duduk bersama, berdiskusi dengannya, buat posisimu dan si dia seimbang agar kamu tak memperlihatkan kesan ngebet ingin dinikahi. Toh, ini dibicarakan hampir semua pasangan dewasa. Untuk apa menjalin hubungan cinta kalau tak memiliki tujuan akhir? Positifnya, dari obrolan itu kamu bisa menyimpulkan seberapa serius pasangan dalam hubungan cinta kalian. Apa sudah siap, nekat melamar si dia yang belum tentu yakin bisa menjadi setia untukmu seumur hidup? Pikirkan kembali. Semua hanya soal waktu.