Rahmah Umayya: "Beauty is Pain, So Be Yourself!"

Fimela Editor diperbarui 21 Feb 2013, 02:00 WIB
2 dari 3 halaman

Next

Make up yang saya banget…

Bekerja di area lifestyle yang sangat bergantung pada make up, membuat saya punya perjalanan cukup panjang untuk coba-coba berbagai merk kosmetik. Ada untungnya sebenarnya, karena saya cukup sering mendapat produk sampel dari berbagai brand untuk dicoba, lalu juga bisa melihat berbagai gaya make up dari macam-macam orang, hingga akhirnya itu menjadi referensi dan memudahkan saya untuk memilih gaya seperti apa yang cocok untuk saya. Dari sekian lama coba-coba itu, akhirnya saya menyadari kalau yang paling cocok untuk saya adalah yang alami. Kulit saya sudah jelas tak putih, jadi saya nggak akan pernah memaksakan pakai bedak supaya terlihat putih. Sementara untuk lipstik, justru saya nggak bisa yang nude karena akan tenggelam dengan warna kulit saya, sehingga sekarang saya cenderung memilih pewarna bibir warna cerah, karena itu membuat wajah saya segar. Warna merah terang, merah keunguan, dan fuchsia adalah favorit saya.

Saya si kulit abu-abu

Punya warna kulit semacam ini tak mudah, apalagi di masa sekolah. Dulu panggilan saya sebelum kulit tanning dianggap bagus oleh orang Indonesia adalah si kulit abu-abu. Saya juga nggak tahu kenapa saya dipanggil seperti itu, bisa jadi karena warna kulit saya lebih gelap dibanding teman-teman sekolah saya dulu. Efeknya, sempat juga terikut menggunakan pemutih supaya bisa sama dengan teman-teman lainnya, yang ternyata hasilnya tak bagus. Pengalaman itu menyadarkan saya kalau menjadi sama dengan yang lain itu bukan yang terbaik, yang terpenting adalah apa yang paling cocok. Untunglah tanned skin sedang in sekarang, dan saya yang sudah hitam dari dulu diuntungkan dengan tren itu.

Harta karun cantik saya…

Adalah tidur malam yang nyenyak dengan waktu cukup! Saya nggak menyebut itu beauty sleep, tapi happy sleep, karena saya jelas akan bahagia ketika cukup tidur. Setelah itu, saya juga merasa cantik ketika mengerjakan apa yang sesuai dengan kepribadian saya, seperti menjadi presenter di bidang lifestyle adalah “vitamin kulit” saya. Tak susah sebenarnya untuk cantik, kan?

What's On Fimela
3 dari 3 halaman

Next

I care about my skin with good skin care

Dua hal yang penting untuk saya adalah pelembap dan balancing toner. Untuk sekarang saya sedang pakai serangkai perawatan dari Clé de Peau Beauté yang cocok untuk kulit saya. Mungkin karena merk satu itu berasal dari Jepang, sehingga sangat pas untuk kulit sangat Asia seperti saya. Kecocokan ini juga hasil dari coba-coba produk sampel. Makanya, saya sarankan kalau ingin mencoba skin care baru sebaiknya beli dalam ukuran kecil dulu. Jangan cepat tergoda dengan rayuan penjual yang biasanya menyarankan untuk langsung membeli dalam ukuran besar agar lebih hemat. Perkara keamanan kulit jangan dipertaruhkan demi harga lebih murah.

When I see my reflection in front of the mirror…

Saya tetap bersyukur dengan apa yang sudah dikasih Tuhan, tapi jujur nggak juga menganggap semua yang saya punya bagus. Salah satu kekurangan saya adalah jari kaki saya yang terbilang nggak rapi, karena dulu saya menari balet, sehingga sampai sekarang kurang percaya diri untuk menggunakan sepatu bermodel terlalu terbuka. Dulu juga sempat berpikir kenapa saya dikarunia wajah yang begitu panjang dengan bentuk dagu seperti ini. Semakin dewasa, hal itu tak lagi saya keluhkan, karena itulah gunanya make up diciptakan, yaitu untuk menyiasati kekurangan wajah seseorang. Hal lain yang saya syukuri adalah lagi-lagi kulit. Dulu sempat iri dengan orang berkulit putih, kini malah sangat bangga dengan warna kulit saya.

Menahan makan demi...

Tubuh langsing, jujur. Saya bekerja dengan berdiri memandu acara di depan banyak mata. Kalau saya nggak menjaga penampilan dan berefek pada pakaian yang saya kenakan, saya tak mungkin bisa percaya diri untuk bekerja. Makanya, secara sadar dan konsisten saya mengurangi nasi. Dulu saya bisa makan nasi tiga kali sehari, tapi kalau sekarang lebih memperbanyak buah dan sayur. Akhir-akhir ini saya juga menghindari makan malam, kalau pun ingin makan sebisa mungkin minim karbohidrat.

A box of mood…

Saya punya satu kotak khusus yang saya namakan kotak mood. Serupa dengan kotak perhiasan yang gunanya untuk menyimpan barang-barang berharga, kotak mood ini saya buka dan kunci ketika mood saya sedang tak karuan tapi harus bekerja dengan penampilan ceria dan terbaik. Makanya, ketika saya harus bekerja menyenangkan orang lain tapi saya sendiri sedang tak prima, saya gunakan trik itu. Sudah sering melakukannya, cara ini terbukti ampuh untuk membuat saya lupa sejenak dengan masalah pribadi. Lagipula bila dipikir-pikir, masalah itu bisa ada dan tiada tergantung dari cara saya menghadapinya. Ketika saya terus meributkan dan memikirkan itu, masalah pasti akan terus ada. Sebaliknya, bila saya membiarkan masalah sebagaimana adanya, itu juga akan selesai atau berlalu.

Yes, somewhat beauty is pain!

Itu bisa saya buktikan dari pengalaman saya memakai behel demi memperbaiki gigi dan bentuk rahang. Pegal, susah makan, sariawan, dan macam-macam keluhan lainnya dirasakan ketika menggunakan behel. Tapi kembali lagi, itu tergantung dari cara berpikir saja. Saya menggunakan behel karena saya perlu. Biarlah beauty is beauty dan pain is pain, don’t make it too complicated.