Pulau Weh, Liburan Kembali ke Alam di Banda Aceh

Fimela Editor diperbarui 06 Mar 2013, 04:59 WIB
2 dari 8 halaman

Next

Bali, Yogyakarta, Solo, Manado, Semarang, Lombok! Itulah sederet tempat yang spontan tercetus jika kita diminta untuk menyebutkan tempat tujuan wisata di Indonesia. Mungkin masih sedikit di antara kita yang memilih ujung Sumatera sebagai tempat berlibur. Padahal, pemandangan alam, budaya, dan wisata kuliner yang ada di sini nggak kalah kerennya jika dibandingkan dengan tempat-tempat wisata lainnya. Nah, kali ini saya dan teman-teman memilih untuk menghabiskan waktu bersama dengan menikmati alam Banda Aceh dan Sabang selama beberapa hari. Deg-degan dan nggak sabar rasanya untuk segera liburan.

What's On Fimela
3 dari 8 halaman

Next

 

Untuk menuju ke Pulau Weh, saya harus terlebih dahulu terbang ke Banda Aceh. Saya baru membeli tiket pesawat kira-kira sekitar 1 bulan sebelum pergi, harga tiket Jakarta ke Banda Aceh saya peroleh dengan harga sekitar Rp1.500.000,- untuk pergi dan pulang. Eits, tentunya harga ini tergantung maskapai dan juga musim ketika kamu melakukan pemesanan. Hanya ada beberapa maskapai yang terbang dari Jakarta ke Banda Aceh dan itupun tidak melakukan banyak penerbangan dalam satu hari. Saya memeroleh tiket dengan harga Rp1.500.000,- dan berangkat dari Jakarta pagi.

Sesampainya di Banda Aceh, saya dan rombongan yang lain nggak sabar banget untuk segera memulai petualangan. Sebelum menyebrang ke Pulau Weh, saya menyempatkan diri untuk berkeliling Banda Aceh. Yang pasti, Museum Tsunami menjadi tujuan pertama saya. Museum ini sengaja dibuat sebagai simbolis untuk mengingat peristiwa tsunami besar yang menimpa Aceh pada tahun 2004. Ridwan Kamil sang arsitektur merancang museum ini agar bisa berfungsi juga sebagai tempat perlindungan warga Aceh jika sewaktu-waktu tsunami kembali melanda. Belum sah rasanya kalau pergi ke Banda Aceh tanpa mengunjungi tempat ini.

4 dari 8 halaman

Next

 

Berhubung saya tidak punya banyak waktu karena harus segera menyebrang ke Sabang maka saya dan teman-teman langsung memutuskan untuk menjajal kuliner di sini. Ada beberapa makanan yang harus kamu coba, di antaranya Ayam Sampah, Mi Jalak, dan juga Teh Tarik. Ayam Sampah juga dikenal dengan nama Ayam Tangkap, disebut Ayam Sampah karena memang penampilan masakan ini menyerupai ‘sampah’. Sayur-sayuran tak berbentuk memenuhi piring begitu menu Ayam Sampah sampai di meja saya. Well, terlepas dari segi bentuk, saya tidak sabar untuk segera mencicipinya. Dilihat dari segi tampilan, bentuk Ayam Sampah ini nggak meyakinkan, tapi untuk rasa? Nggak usah ditanya bagaimana enaknya. Untuk soal rasa, masakan ini hampir sama seperti ayam kecap hanya saja lebih kaya dengan rasa bumbu.

 

 

 

 

5 dari 8 halaman

Next

 

Dibuka dengan Ayam Sampah, saya bergerak ke tempat lainnya untuk mencoba Mi Jalak dan Teh Tarik. Begitu suapan pertama Mi Jalak masuk ke mulut, rasanya saya nggak bisa berhenti untuk terus menyendok dan segera menghabiskan Mi. Alhasil, saya pun tambah setengah porsi Mi Jalak lagi. Padahal, biasanya saya termasuk orang yang agak susah dan juga sedikit makan. Terbayang kan bagaimana ‘nagihnya’ rasa Mi Jalak yang saya nikmati. Sedangkan untuk Teh Tarik, rasanya pun jauh berbeda dari Teh Tarik yang biasa saya temukan di Jakarta. Rasa harum, kepekatan teh, dan tingkat pemanggangan teh seolah benar-benar memengaruhi cita rasa Teh Tarik. Dinikmati secara panas atau dingin, keduanya sama-sama enak, kebetulan saat itu saya memilih Teh Tarik panas.

6 dari 8 halaman

Next

 

Kini, saatnya saya beranjak ke ke Pulau Weh. Dari Banda Aceh saya harus menyebrang ke Sabang dengan menggunakan kapal cepat. Perjalanan kami memakan waktu selama 40 menit dengan biaya tiket Rp50.000,- hingga Rp95.000,- tergantung jenis kapal yang dipilih sih pastinya. Dari Pelabuhan Sabang menuju penginapan, saya menggunakan taksi sewaan dengan biaya Rp100.000,- per orang. Kali ini, saya memilih Iboih Inn sebagai tempat penginapan dan menurut saya tempat ini recommended banget. Kenapa? Karena penginapan ini merupakan satu-satunya penginapan yang memiliki dermaga di depannya. Terbayang nggak sajian pemandangan alam yang saya dapat di depan jendela kamar.

7 dari 8 halaman

Next

 

Oh iya, sebelum sampai ke penginapan, saya menyempatkan diri untuk mampir ke Monumen Nol Kilometer. Ini merupakan sebuah titik permulaan Indonesia. Setelah menempuh perjalan dengan kapal cepat ditambah perjalanan darat dan mampir ke Monumen Nol Kilometer maka saya dan rombongan sampai di tempat penginapan. Untuk range harga penginapan di Iboih Inn pun cukup murah lho. Kamu bisa memilih kamar mulai dari harga Rp200.000,- hingga Rp400.000,-. Saya pililh jenis kamar Deluxe fan Sea View dengan harga Rp300.000,- per malam. Awalnya saya sempat ragu memilih kamar ini karena tidak ada fasilitas AC di dalamnya, tapi ternyata, brrr…, keesokan harinya saya tidak berkutik di balik selimut karena udaranya cukup dingin.

 

 

 

 

 

 

8 dari 8 halaman

Next

 

Buat kamu yang hobi snorkeling, sebaiknya persiapkan alat snorkeling ketika mengunjungi pulau ini. Laut biru di depan kamar pastinya akan menarik kamu untuk berenang kecil menikmati pemandangan di dalamnya. Memang tidak banyak ikan yang bisa kita lihat, tapi jangan sedih karena warna-warni karang masih akan memanjakan matamu.

Waktu itu, saya sedang tidak tertarik untuk bermain air, jadi saya lebih banyak menghabiskan waktu membaca buku sambil menikmati pemandangan laut. Seharian membaca buku favorit dengan latar suara debur ombak dan angin sejuk rasanya nggak akan bisa terbayar oleh apapun. Empat hari berada di pulau paling Barat Indonesia ini rasanya nggak cukup. Namun, saya sangat senang dan segar usai liburan, empat hari menghabiskan waktu di Pulau Weh membuat saya kembali siap bertempur menghadapi tumpukan pekerjaan yang sudah menghadang di kantor. So, buat kamu yang sedang merencanakan liburan, kenapa nggak memilih untuk menghabiskan waktu liburan di Kilometer Nol Indonesia.