Next
Fimela.com berbincang dengan beberapa sukarelawan yang aktif menyelamatkan hewan-hewan terlantar, baik dengan terjun langsung ke lapangan maupun membantu menyebarkan informasi lewat media sosial. Davina Veronica, adalah salah satu. “Aku mendirikan satu badan bareng teman-teman untuk menyelamatkan hewan peliharaan yang hidupnya tersiksa maupun terlantar. Salah satu misi kita memberantas tempat pembantaian sadis anjing untuk dikonsumsi. Kucing juga ada yang direbus hidup-hidup untuk dimakan. Di kompleks tempat tinggalku sendiri, aku jadi seperti satpam, sampai hapal siapa saja yang punya hewan peliharaan. Kadang aku mengetuk rumah mereka dan menanyakan kenapa hewan peliharaannya begini-begitu. Aku mengajak mereka berdialog, sampai mencatat rumah-rumah yang hewan peliharaannya bermasalah dan “meneror” mereka. ‘Tante, anjingnya sudah makan?’ atau, ‘Tante, itu kok anjingnya nggak dimandiin? Paling nggak sebulan sekali ya, Tante…,’ ucapku bawel,” papar Davina.
Dengan bersemangat, model yang sempat tergabung dalam Pet Rescuers, Animal Defenders, dan 911 for Dogs ini pun melanjutkan ceritanya, “Sebenarnya banyak banget kelompok yang sangat peduli pada hewan peliharaan, terutama anjing. Nah, kalau yang aku dan teman-teman dirikan bernama Garda Satwa. Kelompok kami benar-benar teregistrasi, sudah berbadan hukum. Kami semua datang dari latar yang sama, yaitu pencinta binatang. Dan sekarang ingin kita tegakkan adalah animal rights, karena ini belum ada di Indonesia.”
What's On Fimela
powered by
Next
Jakarta Flood Animal Rescue & Kalina Corbuzier, tanggap darurat banjir khusus hewan peliharaan!
Di Jakarta, ada pula komunitas Jakarta Flood Animal Rescue (JFAR), yang merupakan komunitas penyelamat hewan peliharaan, terutama yang menjadi korban banjir. Komunitas ini baru dibentuk tahun 2011 sebagai antisipasi banjir besar yang terjadi di Ibukota. “Selama banjir kemarin kita menyelamatkan sekitar 30 hewan, 9 di antaranya anjing dan kucing,” papar Eduardus, pendiri komunitas tersebut.
Banyak kejadian unik yang ditemui dalam proses penyelamatan hewan, aku Eduardus, “Masyarakat masih merasa aneh saat kita menyelamatkan hewan. Mereka mempertanyakan kenapa hewan, bukan orang yang diselamatkan, padahal beberapa orang mau dievakuasi dan akhirnya selamat setelah kami memastikan hewan peliharaan mereka ikut selamat.” Kecintaan Eduardus pada hewan pun terbukti dengan kerelaannya membiayai sendiri proses penyelamatan dan menampung mereka sampai bisa memastikan hewan-hewan itu kembali ke pemilik asal, atau sampai di tangan pengadopsinya. “Ini sudah terjadi, mereka makan daging dan ayam, sementara kami makan tahu-tempe,” ungkapnya sambil tertawa.
Kalina Oktarani Corbuzier bahkan ikut turun ke daerah banjir awal bulan lalu. “Tiba-tiba saja aku merasa terpanggil untuk terjun langsung ke lokasi, dan langsung mencari info lewat Twitter. Buatku, nggak masalah kalau harus nyebur untuk membantu mereka,” ungkapnya, “Ada anjing yang diikat dan diletakkan di dalam kandang, sementara untuk memberinya makan kita harus mati-matian membuka paksa kandang menggunakan tang. Aku pun sampai harus melompati pagar dengan keadaan ketinggian air mencapai paha orang dewasa.”
Next
Media sosial, tempat strategis untuk menyalurkan kepedulian pada hewan….
Dari sukarelawan yang terjun langsung menyelamatkan hewan, kita sejenak beralih ke media sosial. Kurnia Yohana (mahasiswi), hingga kini aktif menyebarkan foto maupun informasi terbaru tentang pengadopsian, termasuk berita tentang kekerasan pada hewan peliharaan, terutama anjing, di media sosial. “Alasannya sederhana, aku penyayang anjing. Sharing selama ini untuk meningkatkan kesadaran, menstimulasi orang untuk bersimpati dan mau menolong,” aku mahasiswi pascasarjana Jurusan Developmental and Educational Psychology Institute of Education University of London ini, “Orang tertarik memelihara anjing dengan alasan lucu, maka nggak heran ketika si anjing yang dipelihara nggak lucu lagi, kemudian dibuang. Kesannya anjing itu barang, padahal mereka juga punya perasaan. You can see from their eyes. Anjing bahkan bisa menjadi teman setia. Di sini (London) bahkan banyak ditemukan anjing-anjing yang membantu terapi anak-anak autis dan sebagai teman para lansia.”
Tindakan kecil Yohana dan teman-teman lain yang aktif membantu penyebaran informasi hewan-hewan terlantar ternyata tak sia-sia. Publik pun tergerak. Cerita Yohana kemudian, “Aku sendiri merasakan. Saking banyaknya individu berbagi info adopsi atau sekadar share berita tentang binatang yang ditelantarkan, pada akhirnya mulai banyak yang peduli. Tidak perlu jauh-jauh, di lingkungan tempat tinggalku sekarang banyak yang mulai memelihara anjing, padahal dulu mereka sangat anti.”
Fakta ini membuat Yohana makin giat berbagi informasi, bahkan ketika harus meninggalkan Indonesia sementara waktu untuk melanjutkan studinya di London, Yohana tetap memantau perkembangan pengadopsian dan sesekali menyebarkan berita lewat media sosial. “Nggak peduli aku di Indonesia atau di luar seperti sekarang, sebagai pencinta anjing aku ingin adanya kesadaran dari teman-teman. Saat ini orang masih “bebas” menyiksa binatang, harapanku nantinya ada undang-undang atau peraturan yang menindak tegas mereka-mereka yang melakukan animal abuse, tidak hanya pada anjing,” katanya, menyerukan mimpi yang sama dengan yang Davina dan teman-temannya sedang perjuangkan.
“Masyarakat Indonesia masih berpandangan yang hidup di bumi ini hanya manusia, nggak ada yang lain. Padahal masih ada alam, binatang. Jadi, berdampinganlah, jangan merasa yang paling tinggi derajatnya, punya akal, sehingga semena-mena. Tanpa alam dan binatang, kita juga nggak akan bisa survive,” tutup Davina. “Sadari kalau cinta bukan hanya milik manusia, bukan hanya untuk dan dari manusia. Kadang kita, manusia, yang justru harus merasa malu karena hewan, terutama anjing, lebih bisa mencintai tanpa syarat dibandingkan kita,” sambung Yohana. There is no fundamental difference between man and animals in their mental faculties. Like man, they manifestly feel pleasure and pain, happiness, and misery. Sympathy for the animals is one of the noblest virtues with which man is endowed. Setuju dengan kata-kata Charles Darwin? Mumpung pas momennya, berbagi cinta di hari kasih sayang ini bisa dimulai dengan peduli pada hewan di sekitar kita.