Next
Justru saat merasakan jalanan Jakarta tidak macet yang akan membuat warga Jakarta heran. Bahkan, karena terlalu padatnya jalan di Ibukota, hampir sebagian besar orang mengidentikkan Jakarta dengan kemacetan walaupun sebenarnya masih ada kota-kota lain yang juga memiliki tingkat kemacetan yang sama parahnya.
Pada tahun 2010, Dinas Perhubungan DKI Jakarta mencatat kerugian secara material akibat kemacetan Rp45 triliun akibat kehilangan waktu dan pemborosan bahan bakar mencapai Rp28 triliun lebih per tahun. Terbayang kan bagaimana tingkat kemacetan jalan Ibukota yang harus “dinikmati” oleh warga setiap harinya.
Next
Tarif parkir mobil yang semula Rp2.000,- untuk setiap satu jam penambahan waktu, kini menjadi Rp4.000,-. Semua kebijakan yang dirancang dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi oleh masyarakat. Namun, apakah kenaikan tarif parkir benar-benar bisa untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi?
Next
Jika Novi berpikir dua kali untuk menggunakan kendaraan pribadinya saat ini, tidak demikian yang berlaku pada Cynthia. Kenaikan tarif parkir sama sekali tidak membuatnya untuk mengurungkan niat dalam menggunakan kendaraan pribadinya saat beraktivitas.
Next
Hingga angka berapa pemerintah akan menaikkan tarif parkir untuk menekan penggunaan kendaraan pribadi? Apa lagi terobosan yang akan dilakukan Pemda Jakarta? Selama masyarakat belum merasa terfasilitasi dengan transportasi umum yang layak, mungkin usaha pemerintah masih akan menemui jalan buntu. Atau mungkin seharusnya pemerintah mulai menerapkan aturan ketat untuk setiap pembelian kendaraan? Sementara Pemda menggodok formula yang pas untuk mengatasi macet Jakarta, masyarakat masih harus tetap sabar dan imun dengan kepadatan jalan Ibukota.