Next
Ibarat mobil, untukmu yang sudah memiliki pasangan, bisa jadi Valentine adalah momen “turun mesin”. Mobil diservis berkala untuk membuatnya kembali prima, demikian pula dengan cinta. Bulan kasih sayang menjadi momen untuk menyatakan kembali perasaan dalam hati, baik dengan ungkapan maupun tindakan, memberi gifts lucu sampai pengalaman romantis yang tak terlupakan. Namun, apa yang terjadi dengan para perempuan lajang di seluruh dunia?
Saya tak mengatakan bulan Februari wajib dianggap spesial, atau siapa pun wajib punya pasangan menjelang bulan ini. Berwacana saja, andai dari kamu ingin ikut merasakan euforia Valentine, tapi tak mau repot mencari pasangan, bukan tak mungkin jodohmu sebenarnya justru sudah dekat. Terdengar aneh? But it’s real.
Kamu bisa kok, mendapatkan pasangan tanpa repot “tebar pesona” atau memohon semua kenalan mencarikanmu pasangan. Baiklah, saya menyebutnya sebagai cara mendapatkan pasangan tanpa usaha sendiri. Namun, ini tidak ada hubungannya dengan calo jodoh, biro jodoh, dan semacamnya. Anggaplah saya sedang mencuri start berbagi hadiah kecil untukmu lewat 5 trik berikut. Klik page selanjutnya!
What's On Fimela
powered by
Next
Yang pertama…
Saya yakin di kepalamu ada satu cara yang langsung terlintas, apalagi kalau bukan pilihan orangtua! 100 for you. Supaya afdol, bolehlah jodoh pilihan orangtua masuk dalam poin pertama pembuka jalan untuk mengakhiri status lajangmu, karena pilihan orangtua pasti tak sembarangan. Mana ada orangtua yang memberikan sesuatu dengan kualitas nomor sekian untuk anak kesayangan, apalagi yang menyangkut masa depan? Kalau jodoh pilihan orangtua ini sukses mengambil hatimu, status lajang bisa segera ditanggalkan dengan mudah, apalagi restu orangtua jelas sudah di tangan!
Yang kedua…
Kenal dekat dengan banyak orang memiliki lebih banyak sisi positif daripada negatif. Kalau kamu kira mengenal teman kantor, teman gaul, klien, sampai sahabat sudah cukup buatmu, mulailah berpikir lebih terbuka lagi. Kenali mereka satu per satu secara mendalam, bahkan tak salah kalau kamu sampai mengenal orang-orang di sekeliling mereka, seperti keluarga, sahabat, dan teman mereka yang lain. Makin mereka tahu siapa kamu, akan makin banyak orang yang mendukungmu mendapatkan seseorang yang terbaik, yang akan merekomendasikan kamu ke saudara atau kenalan mereka yang setipe denganmu. Ibarat pekerjaan, rekomendasi dari atasan lama atau kenalan “orang penting”, terbukti sukses melancarkan karier, kan? Nah, sama halnya, makin banyak dukungan, perjalanan cintamu akan makin cerah.
Yang ketiga…
Orang bilang, kalau mau mencari pasangan yang satu hobi, satu minat, satu iman, sampai satu lingkup pekerjaan, ya harus terjun ke tempat-tempat di mana kamu bisa menemukan mereka. Sekali mendayung, dua tiga pulai terlampaui-lah. Mulai dari sekarang mencari tempat kursus, klub yang bisa menampung hobi, atau mulai rajin beribadah dan masuk ke satu komunitas agama, dengan tujuan utama menyalurkan bakat, minat, atau memperdalam keimanan, pastinya. Ingat, itu tujuan utamanya! Biasanya, di sana pula kamu akan bertemu orang-orang baru, dan secara natural ada satu, dua, ataun beberapa yang berhasil “nyantol”. Ideal banget kan, sudah pas di hati, satu minat, satu hobi, seiman pula!
Yang keempat…
Jadi mak comblang. Ini nih, kasus lama. Biasanya, dalam urusan jodoh-menjodohkan, si pelaku sering terjebak cinta lokasi. Bisa dengan target yang tadinya mau dijodohkan, atau malah dengan orang terdekatnya. Nah lho, niat awal ber-amal, berbuat baik sama teman, malah mendapat berkah. Namun, jangan berharap ke sana dulu, fokus ke tujuan awal untuk berbuat baik kepada teman sendiri. Kalau memang itu rezekimu, tak akan ke mana, kok. Ya, tidak?
Yang kelima…
Menengok masa lalu (yang tak melulu berhubungan dengan si mantan). Masa lalu yang dimaksud bisa juga teman atau sahabat lama yang sudah lama “ditinggalkan” gara-gara kesibukan kita bekerja. Reuni lewat media sosial membuatmu bisa menjangkau siapa pun yang kamu kangeni, kan, manfaatkan itu. Dari sana, obrolan singkat biasanya berkembang hingga menyerempet ke hal-hal pribadi, termasuk “status hati”. Tak jarang, lantas temanmu yang akan mencoba “menawarkan” beberapa temannya yang keren, yang pas dengan kriteria kita. Dan…perjodohan pun dimulai! Kita sendiri tak perlu repot, tinggal menunggu report sampai di mana usaha pencariannya, menemui target, dan segera ubah status jadi in a relationship with….
Next
Banyak orang menganggap pertemuan tak sengaja dengan seseorang adalah “jodoh” yang sebenarnya, yang dikirimkan secara natural, spontan, alami oleh Sang Mahacinta (meminjam istilah Pak Habibie). Padahal, jodoh itu bisa datang dari mana pun dan dengan cara apa pun. Ada sebagian yang bertemu dengan the one mereka secara tak sengaja, karena memang begitu jalannya, tapi ada pula yang diberi kesempatan untuk “merancang sendiri” pertemuan itu. Sang Mahacinta memang penuh misteri, tapi itulah indahnya misteri percintaan.
Finally, kita sampai pada kesimpulan. Saya selalu suka bagian ini, karena memetik hal positif dari suatu topik selalu menyenangkan. Tak perlu menjadikan “pencarian pasangan” sebagai fokus utama. Let it flow, nikmatilah prosesnya, tapi juga tak hanya berpangku tangan. Teruslah mengusahakan yang terbaik dalam segala hal. Ada kesempatan, masuki, nikmati. Ada peluang, masuki, nikmati. Kalau kata Asmara Letizia Wreksono dalam bukunya, Cinta Miund, cinta bukan sekadar ide, tapi kerja keras. Namun, daripada memancing dan hanya mendapatkan satu ikan, bukannya lebih efektif menjaringnya? Daripada fokus dan bekerja keras hanya demi satu cinta, lebih baik bekerja keras untuk mengusahakan hubungan yang lebih dengan orang lain dan menikmati rewards yang didapat dari hubungan harmonis itu. Seperti dalam poin kedua, ketika hubungan dengan semua orang sudah terjalin dengan baik, maka segala urusan yang menyangkut dirimu, termasuk soal pasangan hidup, seolah menjadi tanggung jawab orang-orang di sekelilingmu, yang menyayangimu, yang pastinya ingin kamu mendapatkan jodoh terbaik!