Change.org: Cara Baru Suarakan Pendapat & Ubah Kondisi Sosial

Fimela Editor diperbarui 22 Jan 2013, 10:50 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini social media sudah mengalami perluasan fungsi. Yang awalnya hanya sebagai medium interaksi dengan sesama kerabat, kini banyak orang yang memanfaatkan social media untuk berjualan, branding perusahaan, hingga kampanye politik. Dan nggak sedikit pula orang yang menyampaikan kritik dan ketidakpuasan terhadap kondisi sosial dan pejabat publik melalui akun social media mereka.

Perubahan ini pun semakin didukung dengan hadirnya platform khusus yang dibuat untuk mereka yang menginginkan perubahan kondisi di lingkungan sosial. Adalah change.org sebuah platform petisi terbesar di dunia yang memungkinkan orang untuk membuat perubahan yang mereka inginkan, tentunya yang berkaitan dengan kepentingan publik.

“Semua media tentu bisa digunakan sesuai dengan kepentingan kita, mau baik ataupun buruk, tak terkecuali social media. Semua ada sisi positif dan negatif, tentu penggunaannya pun tergantung kepada niat kita bagaimana untuk memberikan edukasi kepada masyarakat,” Shinta Dhanuwardoyo, owner Bubu.com.

What's On Fimela
3 dari 4 halaman

Next

Change.org merupakan salah satu platform petisi yang saat ini mulai banyak digunakan di Indonesia. Sekitar 20 juta orang yang tersebar di 196 negara menggunakan change.org untuk membuat perubahan di lingkungan sosial mereka. Didirikan pada tahun 2007, change.org tampaknya baru booming di Indonesia sejak kebebasan berpendapat di social media semakin terbuka.

Tentu kita masih ingat dengan kondisi anak-anak di daerah Banten yang harus bertaruh nyawa setiap saat akan berangkat ke sekolah. Melalui change.org yang juga di-boost melalui akun social media, Rene Suhardono, career coach, yang juga menjadi pemerhati masalah sosial yang membuat petisi di change.org untuk permasalahan yang satu ini.

4 dari 4 halaman

Next

Sedangkan untuk kasus terbaru, pasti kita masih mengingat dengan segar bagaimana seorang calon Hakim Agung Indonesia yang melakukan pelecehan terhadap korban pemerkosaan. Sontak semua masyarakat bereaksi terhadap pernyataan calon hakim tersebut yang menurutnya sekadar “lelucon”. Social media pun dipenuhi dengan beragam reaksi masyarakat yang sudah tentu mengecam perbuatannya.

Adalah Melanie Subono salah satu musisi Indonesia yang concern terhadap masalah sosial bereaksi cukup keras terhadap “lelucon” calon Hakim Agung di hadapan Komisi III DPR RI. Melanie membuat petisi ‘Menuntut Komisi III Gagalkan Daming Jadi Hakim Agung MA’. Sekitar 10.872 orang menandatangani petisi yang dikeluarkan oleh Melanie, setiap hari bertambah lagi orang yang menunjukkan kepedulian mereka dengan bertambahnya jumlah tanda tangan. Hasilnya? Hanya selang satu hari setelah kejadian, calon hakim tersebut pun meminta maaf kepada publik secara terbuka di sebuah stasiun televisi dan namanya dicoret dari daftar calon Hakim Agung.

“Bagi saya change.org merupakan wadah yang bisa kita gunakan untuk menyampaikan aspirasi terhadap suatu keadaan sosial kepada pihak-pihak terkait. Efektif atau tidak platform petisi ini tentu tidak diukur dari terwujud atau tidaknya perubahan yang kita inginkan, tapi dilihat dari berapa banyak orang yang menunjukkan kepedulian mereka terhadap sebuah masalah. Platform ini benar-benar memastikan apapun yang kita suarakan sampai kepada orang terkait, baik melalui e-mail orang yang bersangkutan ataupun dengan cara membuat print out dari petisi yang kita buat dan kemudian langsung disampaikan. Change.org ini bersifat independen jadi kita nggak perlu takut akan pihak dari partai politik yang mencampuri,” ujar Rene Suhardono ketika dihubungi FIMELA.com

Kini, tidak ada lagi kata tidak mungkin untuk kita berperan membuat perubahan ke arah yang lebih baik untuk lingkungan di sekitar. Dengan berbekal platform khusus petisi, kita bisa menggalang kekuatan masyarakat untuk membuat perubahan ke arah yang lebih baik lagi.