Bertahan pada Satu Pekerjaan Hanya Karena Gaji, Yes or No?

Fimela Editor diperbarui 18 Jan 2013, 05:59 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Tidak terasa, sudah dua tahun lebih saya bekerja sebagai Marketing Communication sebuah perusahaan besar asuransi, dunia yang sama sekali tidak saya ketahui sebelumnya. Ya, bisnis asuransi adalah dunia yang berbeda dan benar-benar baru dari dunia saya yang lalu.

Dulu saya bekerja sebagai Marketing Communication di bidang media. Pastinya media dan asuransi adalah dua dunia yang saling bertolak belakang. Yang satu bisnis ‘serius’, sedangkan yang satunya bisnis yang penuh ‘hura-hura’. Walaupun dulu saya pernah beberapa kali pindah tempat kerja, tempat saya bekerja masih sama, ‘media’. Hanya berbeda perusahaan namun masih dalam satu media.

Terakhir saya bekerja di media kurang lebih 3 tahun lalu, waktu itu perusahaan kolaps dan saya melamar kerja di perusahaan tempat saya sekarang ini, sebagai Marketing Communication. Awal bekerja di tempat saya sekarang, saya cukup tertekan, stres, karena dunia yang saya geluti benar-benar baru. Saya buta.

3 dari 4 halaman

Next

Saya stres karena memang dunia baru yang saya rintis ini berbeda 180 derajat dari dunia saya sebelumnya. Media adalah dunia usaha yang penuh fleksibilitas sedangkan asuransi adalah dunia bisnis yang ‘kaku’, bukan cuma pekerjaan, orang-orang yang terlibat bekerja di dalamnya pun sangat berbeda dari rekan-rekan kerja saya sebelumnya. Jujur, di awal masa saya pindah, saya sama sekali tidak bisa bekerja dengan hati. Semua yang saya lakukan hanya berdasarkan perintah dari atasan tanpa tahu apa yang sebenarnya saya kerjakan karena saya ‘buta’. Inilah yang membuat saya stres dan tertekan karena apa yang saya kerjakan tidak sesuai dengan hati nurani.

Hampir satu tahun berlalu, saya lewati hari-hari dengan tekanan dan stres tingkat tinggi. Sebenarnya saya suka dengan apa yang saya kerjakan yang membuat saya tertekan adalah ketidaktahuan saya dengan dunia yang saya geluti. Rasanya ingin sekali pindah kembali ke dunia media. Dunia kerja yang menyenangkan dan penuh dengan tawa. Namun, akhirnya, saya memutuskan untuk tidak ingin terjebak lebih lama dengan rasa ‘tertekan’ yang sering menghantui saya. Kemudian, perlahan-lahan saya pun mulai mempelajari dan mencari tahu lebih banyak tentang dunia pekerjaan saya saat ini.

4 dari 4 halaman

Next

Setelah sekarang lebih dari 2 tahun bekerja, saya justru enggan untuk melepas pekerjaan saya saat ini dan berpikir ribuan kali untuk pindah ke tempat lain, walaupun terkadang masih suka merasa bosan, lelah, dan kangen pada bisnis media. Karena saat ini saya sudah bisa berperan lebih banyak, mengeluarkan pendapat, dan memegang keputusan di bidang brand & advertising. Saya menjadi penentu keputusan, di media mana perusahaan ini akan beriklan. Dan ini tentu juga jauh berbeda ketika dulu saya bekerja di media, saya yang ada di posisi “mengemis” untuk minta iklan.

Saya memulai semua ini dari nol hingga saat ini saya sudah mencapai posisi tertentu. Jujur, banyak sekali yang bisa saya dapat sehingga bisa membuat saya bertahan di dunia asuransi hingga saat ini. Bukan sekadar materi yang bisa membuat saya bertahan. Karena jika berbicara masalah gaji sebenarnya sama saja dan gaji pun tidak bisa selamanya membuat kita bertahan pada suatu pekerjaan jika kita memang tidak mencintai apa yang kita kerjakan.

"Merupakan sebuah kebodohan kalau kamu cuma mengukur semuanya dengan uang. Uang cuma bisa memberikan efek senang sementara. Berhentilah untuk mengkhawatirkan uang dan jabatan."“Jangan cari kerja. Carilah karir. Merupakan sebuah kebodohan kalau kamu cuma mengukur semuanya dengan uang. Uang cuma bisa memberikan efek senang sementara. Berhentilah untuk mengkhawatirkan uang dan jabatan,” ujar Rene Suhardono, Career Coach. Menurut Alexander Sriewijono yang juga merupakan pakar karir, salah satu timbulnya rasa bosan saat seseorang bekerja adalah karena kurangnya fighting spirit untuk bertahan dalam kondisi tertentu dan juga ketidaktahuan apa yang diinginkan oleh diri sendiri.

Yup, semua teori yang dilontarkan Rene dan Alex terbukti dari kasus yang dialami Lolet. Setelah ia menguasai medan kerja dan berhasil bertahan dengan pekerjaannya, sekarang ia pun mulai menikmati setiap proses kerja yang dijalani, tak lagi hanya bertahan demi tuntutan materi. bagaimana dengan kamu, Fimelova? Apakah pekerjaan yang saat ini dijalani adalah pekerjaan yang benar-benar kamu inginkan?