Next
Adalah Habibie & Ainun film Indonesia yang sangat dinantikan penayangannya di bioskop. Sejak kali pertama rilis pada tanggal 12 Desember 2012 hingga saat ini awal tahun 2013, film Habibie & Ainun sudah berhasil menjaring sekitar 3.154 juta pencinta film Indonesia. Nama mantan Presiden RI, Habibie, yang menjadi judul film tersebut sukses membuat film yang disutradarai oleh Faozan Rizal bisa bertahan di bioskop hingga awal tahun ini.
What's On Fimela
powered by
Next
“Saya menonton film Habibie & Ainun karena memang penasaran terhadap jalan ceritanya yang terinspirasi oleh kisah hidup Pak Habibie. Secara keseluruhan, saya suka jalan ceritanya yang cukup menyentuh. Tapi jujur, saya cukup terganggu dengan kehadiran iklan-iklan sisipan dalam film yang peletakannya tidak memerhatikan keselarasan dengan isi film. Seolah-olah para pembuat film tidak memerhatikan detil. Yang paling mengganggu saya adalah ketika salah satu anak Habibie masuk dan memberikan sekotak cokelat pada Habibie. Cokelat tersebut masuk begitu saja dan diletakkan di atas meja tanpa ada adegan lanjutan dari adegan pemberian cokelat. Dan apakah memang cokelat tersebut sudah ada pada masa yang sedang diceritakan di dalam film? Detil-detil seperti inilah yang sepertinya tidak diperhatikan, sedangkan untuk penonton film yang menikmati film tidak hanya “sekadarnya”, kejanggalan ini cukup mengganggu dan mengurangi nilai film secara keseluruhan,” Silvy, 25, Editor.
Next
“Sejauh ini, ada beberapa film Indonesia yang mengandung pesan sponsor yang terlalu dipaksakan. Di Bawah Lindungan Kabah dan Habibie & Ainun yang memasukkan produk cokelat dan kacang. Kenapa? Karena kemasan dan logika pada tahun yang terdapat dalam cerita tidak masuk dan terlihat dipaksakan. Ada juga Garuda Di Dadaku yang memasukkan produk sabun secara frontal. Tapi, bukan hanya film Indonesia yang mengandung pemaksaan pesan sponsor dalam film, Transformer 3 juga cukup banyak product placement di sana. Ada juga film dengan penyampaian produk pesan secara halus, misalnya saja film Arisan 2 yang memasukkan produk handphone, es krim, dan cat; serta Skyfall yang memasukkan produk bir dan jam,” Nana, 25, Marketing & Communication Muvila.com.
Next
Tidak bisa dipungkiri bahwa dana yang datang dari pihak sponsor memang sangat diperlukan oleh para pembuat film mengingat cukup besar dana yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah film. Tapi, akan lebih bijak lagi jika para film maker lebih bijak menyaring sponsor dan mencari akal agar keselarasan film tidak dirusak oleh sekadar penempatan produk yang nggak pas. So, nggak akan ada lagi penempatan produk terbaru dalam cerita flashback atau produk yang muncul dalam adegan yang sama sekali tidak ada keterkaitan. Jangan sampai hal-hal seperti ini malah menurunkan animo penikmat film untuk menonton film Indonesia mengingat apa yang dikatakan oleh Lala Timothy bahwa film di Indonesia masih belum menjadi industri jadi satu-satunya cara untuk mengembalikkan modal film lewat jumlah penonton yang menyaksikan sebuah film di bioskop.