Next
Beberapa Fimelova berbagi pilihan mereka di kolom komentar FIMELA.com. Dian (25), misalnya, mengungkapkan bahwa bekerja di rumah adalah impiannya saat ini. “Saya ingin merawat suami dan anak-anak, melihat tumbuh-kembang mereka dan menjadi orang terdekat bagi keluarga saya. Namun, saya juga ingin tetap bekerja dengan rentang waktu yang tidak terlalu panjang seperti sekarang, saat bekerja kantoran.”
Sementara Noviyanti Kimiswan Ibrahim (24) yang sebenarnya lebih senang bekerja di luar rumah tetap memilih menjadi ibu rumah tangga tapi tetap bisa mendapatkan penghasilan. “Dengan bisnis online atau berdagang, yang pasti saya punya waktu luang untuk mendidik anak,” jelasnya. Lain lagi dengan Niki (27) yang sementara ini memilih bekerja di luar rumah karena bisa memberikan suasana lain. “Bertemu orang-orang membuat saya bahagia. Di rumah, bawaan saya justru pusing dan bete, apalagi ketika sedang ada masalah dengan pasangan. Namun, saya setuju dengan Novi, kalau suatu saat berkeluarga dan memiliki anak, saya ingin bekerja di rumah supaya bisa mendapatkan uang dari hobi sekaligus tetap bisa menjaga suami dan anak-anak.”
Bagi Fimelova Yuniarsi Tham (31) dan Shifa Arum Kusumawaty (23), bekerja di rumah pun dianggap lebih efektif. “Bisa selalu dekat dan mengawasi perkembangan anak,” ungkap Yuniarsi. “Selain bekerja kita juga bisa mengurus rumah,” tambah Shifa. Jawaban yang rata-rata memilih pekerjaan dalam rumah sebagai pekerjaan impian juga ditanggapi positif oleh Intan Anindita Hadi (27). Paparnya, “Sebenarnya bekerja di rumah lebih menyenangkan. Saya memang suka diam di rumah dan lebih nyaman karena tidak harus bangun pagi, dandan, dan diatur jam kerjanya. Dengan suasana yang nyaman dan santai, kerja saya malah lebih produktif. Buka laptop bisa sambil menonton tv kabel atau duduk di meja makan, misalnya. Yang penting, tetap bertanggung jawab dan produktif.”
Next
Bekerja di dalam rumah, benarkah pilihan teraman dan ternyaman?
Apa pilihan bekerja dari rumah mengartikan perempuan masih berpandangan kolot dengan menempatkan kewajiban sebagai pengurus rumah tangga di atas segalanya? Belum tentu. Ibu rumah tangga masa kini sudah berbeda. Perempuan tetap bisa mencari penghasilan tambahan tanpa berkantor, sehingga keduanya, pekerjaan dan rumah tangga, diharapkan bisa berjalan seimbang. Cara ini memang kian populer dan diminati banyak perempuan dengan alasan tak ingin kehidupan keluarganya terbengkalai. Buktinya, dari sekian banyak Fimelova yang menjawab poll, 80% memimpikan pekerjaan di rumah, dan sisanya, 20% tetap mengidealkan pekerjaan di luar rumah. Mungkin, dari membaca keinginan para perempuan itulah, banyak situs bisnis online maupun MLM yang memberikan tawaran menggiurkan bekerja di rumah dengan penghasilan cukup besar. Dan, terbukti laris-manis menggaet anggota baru.
"Perempuan yang terbiasa bekerja di luar kantor dan sempat terobsesi mengembangkan karier, biasanya tak mudah memutuskan berhenti bekerja begitu saja. Walaupun tetap ingin bekerja dari rumah, ada suasana dan rutinitas yang berubah drastis."
Bekerja di luar rumah membuat kita bekerja sesuai sistem yang berlaku. Jam masuk dan pulang, jam makan, saat cuti, beban pekerjaan, deadline, semua jelas. Sementara, bekerja di rumah justru menjadikan kita sebagai pekerja sekaligus pembuat sistem kerja. Bagaimana ritme pekerjaanmu, kapan kamu harus beristirahat, makan, maupun menyelesaikan pekerjaan, semua diatur oleh diri sendiri. Itulah mengapa tanggung jawab pribadi sangat dibutuhkan. Tak semudah yang dibayangkan, kan?
Perempuan yang terbiasa bekerja di luar kantor dan sempat terobsesi mengembangkan karier, biasanya tak mudah memutuskan berhenti bekerja begitu saja. Walaupun tetap ingin bekerja dari rumah, ada suasana dan rutinitas yang berubah drastis. Keyakinan dan kemantapan diperlukan, juga alasan yang sangat masuk akal, seperti kehadiran anak, permintaan suami, dan yang cukup penting adalah kondisi keuangan rumah tangga yang stabil.
Pilihan bekerja di rumah juga bukan berarti tak akan menimbulkan masalah seperti dilematisnya pekerja kantoran. Banyak masalah justru sangat bisa muncul kemudian, seperti perasaan jenuh, lingkup pergaulan terbatas, dan kepercayaan diri menurun akibat tidak adanya jabatan yang melekat. Nah, kalau seseorang tidak bahagia atas pilihan yang sudah diambil itu, seluruh hidupnya akan ikut terbawa negatif. Sama artinya dengan membuat hidup sendiri jatuh.
Next
Bekerja di luar rumah, masih menjadi momok perempuan berkeluarga.
“Figur ibu seringkali diibaratkan Dewi Durga yang punya sepuluh tangan agar bisa melakukan banyak tugas sekaligus. Begitulah seorang istri dan ibu. Nah, bekerja di luar rumah sebenarnya bukanlah pantangan, melainkan tantangan,” jelas psikolog Vera Itabiliana K. Hadiwidjojo dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia. Psikolog Adriana S. Ginandjar dalam Tips untuk Istri Bijak pun membenarkan betapa sulitnya perempuan menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga, istri, anggota masyarakat, sekaligus perempuan karier. “Maksimal semua peran itu bisa dilakukan secara seimbang, tidak mungkin sukses semuanya,” paparnya. Ya, perempuan tak harus berjuang mati-matian menjadi sempurna, sukses di semua peran. Ia cukup melakukan segala hal dengan maksimal, dengan sendirinya semua akan berjalan seimbang.
Yang terutama, perempuan harus lebih dulu menyadari dan menerima peran multifungsinya itu, karena menerima “amanat penting” dengan tulus ikut menentukan kesuksesan. Saran Vera, bagi perempuan yang tetap ingin menekuni karier di luar rumah, perencanaan menjadi hal penting, “Kedisiplinan di kantor bisa diterapkan di rumah, misalnya mengagendakan waktu khusus bersama keluarga, bukannya memanfaatkan sisa waktu setelah bekerja. Begitu masuk rumah, sebaiknya kita pun meninggalkan pekerjaan kantor. Perempuan harus menyadari perannya di dalam rumah tangga.” Satu lagi yang penting diingat, perempuan yang bekerja tak berarti melupakan kehidupan di rumah. Kehadirannya tetap bisa terasa lewat hal-hal sepele, misalnya lewat note di kulkas atau telepon saat makan siang untuk memastikan pasangan dan anak terkontrol. Hal ini sekaligus menjaga keharmonisan dan kedekatan antar-anggota keluarga.
"Perempuan tak harus berjuang mati-matian menjadi sempurna, sukses di semua peran. Ia cukup melakukan segala hal dengan maksimal, dengan sendirinya semua akan berjalan seimbang."
Nenny Soemawinata, misalnya. Ibu dua anak ini pernah menjabat sebagai President Director Indo-Ad/Ogilvy, General Manager & Chief Operating Officer ANTV, Director of Operations RCTI, Konsultan MRA Group, Chief Operating Officer O-Channel, dan Head of Programming U Television Sdn Bhd, Berjaya Group, Malaysia, dan kini dipercaya sebagai Managing Director Putera Sampoerna Foundation (PSF). Pekerjaannya membuat Nenny sering pulang larut malam, meninggalkan kedua anaknya. Namun, Nenny tak meninggalkan tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga. “Semua tentang manajemen waktu. Komunikasi dan interaksi dengan anak-anak juga harus terus berjalan. Kalau bisa begitu, sebenarnya tidak ada kesulitan, kok,” Nenny berbagi tips.
Membaca uraian di atas, masihkah kamu menganggap lebih mudah bekerja di dalam rumah dan menjadikan pekerjaan di luar rumah sebagai momok bagi perempuan yang sudah berumah tangga? Faktanya, bekerja di rumah memang menjadi pilihan sebagian besar perempuan. Tapi, semua tergantung passion dan keyakinan, kok. Kami berwacana, Fimelova menentukannya. Ambillah pilihan yang bisa membuat bahagia dan nikmati konsekuensi, termasuk repotnya melakoni pekerjaan pilihanmu, bukan berdasarkan pilihan mana yang banyak diambil orang.