Next
Indy Barends: Kalau dia romantis, saya malah nggak suka!
Menjadi istri Benny Sarmanella memang pilihan saya, termasuk memilih sikap susah romantisnya. Dari awal kami pacaran, memang seperti beginilah gaya hubungan kami, yang cuek, ceplas-ceplos apa adanya, dan nggak selalu berdua kemana-mana. Baik dia atau pun saya nggak perlu memusingkan soal kewajiban menjemput atau mengharapkan diantar, karena kami berdua tak suka yang merepotkan, kalau bisa pergi sendiri ya pergi saja. Sepertinya memang cuma saya juga yang pantas menjadi istrinya, karena saya bisa menerima celotehan jujurnya yang untuk orang lain terdengar menjatuhkan.
Contohnya, saat saya mencukur rambut hingga skinhead. Komentarnya tentang rambut saya: “Nanti malah lebih ganteng kamu daripada aku.” Deg. Memang “menusuk”, tapi karena saya kenal Benny seperti apa, saya menerima komentar itu sebagai masukan yang membangun. Itu tanda cintanya untuk saya, karena dia ingin istrinya terlihat cantik.
Selain ceplas-ceplos, Benny adalah orang yang cuek, padahal saya adalah pribadi selalu ingin disayang dan harus dipeluk. Sentuhan sesederhana apapun dari orang terdekat saya, terutama suami, berarti besar untuk saya. Permintaan saya yang satu ini nggak diluluskan Benny begitu saja, karena dia adalah orang yang nggak bisa dibuat-buat. Jadi, kalau saya mengharapkan dipeluk atau sedang ingin bermesra-mesraan, harus saya duluan yang memulainya. Contoh lain sifat cueknya adalah gaya ngomong Benny. Kalau saya BBM dia untuk mengatakan kangen, Benny menjawabnya hanya dengan kata “oke”.
Tapi, dibalik semua itu, dia sebenarnya tetap sayang dengan saya, cuma caranya berbeda dan tak terduga-duga. Seperti saat ia memberikan kejutan di anniversary kami tahun lalu dengan skenario yang sangat tak terduga. Bayangkan, dia tak mengucapkan selamat apapun kepada saya istrinya sampai menjelang siang hari. Sejak bangun tidur dia juga sudah buat jengkel saya dengan macam-macam alasan. Tiba-tiba, saat saya membuka pintu karena ada tamu, ternyata adalah orang pesanan Benny yang membawa kue sambil menyanyikan lagu untuk saya. Nangislah saya diperlakukan romantis tak biasa seperti itu.
Di tahun-tahun pertama pertama pernikahan, saya sempat mengharapkan Benny bisa berlaku, berkata, dan berpikiran romantis seperti yang saya inginkan. Tapi, menjelang kebersamaan kami yang akan 11 tahun di 2013 ini, saya malah jadi merasa kalau romantis yang tak terduga inilah yang memang cocok untuk saya. Justru, kalau Benny terlalu romantis dan bersikap terlalu dramatis, malah membuat saya eneg. Benny punya caranya sendiri untuk “menyentuh” saya. Dan itulah mengapa saya mencintainya di setiap pertambahan usia pernikahan kami.
What's On Fimela
powered by
Next
Becky Tumewu: “Saya menikahi laki-laki paling datar sedunia!
Cerita tentang rumah tangga saya ini sebenarnya adalah hal yang pribadi. Tapi, saya bersedia untuk berbagi karena ini punya makna lain daripada cuma sekadar buka “rahasia dapur” sendiri. Saya terlahir sebagai orang yang jatuh cinta setiap harinya, literally. Ini bukan metafora, tapi terjadi secara nyata. Setiap hari saya seperti anak remaja dengan hormon cinta yang meletup-letup yang membuat saya tergila-gila dengan Irwan, suami saya. Ditambah lagi, saya sering menjadi MC untuk acara pernikahan yang membuat saya selalu pulang ke rumah dengan kadar cinta yang bertambah.
Bukannya terikut romantis seperti saya, atau minimal tergelitik untuk sedikit saja romantis mengimbangi sikap saya ini, dia sangat datar dan biasa-biasa saja selama 13 tahun pernikahan kami. Genitnya saya, kesengsemnya saya, perasaaan berbunga-bunga saya, ditanggapi Irwan dengan lempeng seperti tidak terjadi apa-apa. Thank God I’ve been falling in love only for him these years, kalau sampai energi cinta ini jatuh ke orang lain kan bahaya hahaha… Awalnya saya menuntut Irwan untuk reaktif, tapi lama-lama capek juga bertengkar untuk hal yang sebenarnya kurang penting. Strategi saya untuk masalah ini adalah menurunkan ekspektasi, tapi juga nggak menghilangkannya begitu saja. Saya tetap bisa menjadi apa adanya saya yang super romantis, tapi kini bisa berbesar hati karena bisa mengikhlaskan hal-hal di luar kendali saya.
Untuk menghibur diri, saya selalu berpegang pada komitmen pernikahan yang Irwan jaga. Dia tetap menjadi suami yang bertanggung jawab untuk saya, serta menjadi ayah yang baik bagi kedua puteri kami. Di luar ekspektasi saya tentang romantisme, Irwan berperan sangat baik di kehidupan saya. Di samping itu, saya punya prinsip sendiri. I don’t have to play this game by your rule, I have my own rule. I would like to be the same person who’s always in love eventhough he’s not not supporting it. Toh, Irwan menyukai saya pada awalnya karena sifat saya seperti ini, so why bother to change?
Hikmahnya adalah Tuhan tetap Maha Adil di balik semua ini. Energi cinta saya ini menjadi berkat yang selalu ada untuk mewarnai pernikahan kami. Kalau kami berdua sama-sama pendiam dan datar atau keduanya passionate, mungkin pernikahan kami akan berjalan lain.