Lebih Bijak, Religius, & Bahagia Jelang Tahun 2013!

Fimela Editor diperbarui 26 Des 2012, 07:59 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Mari Berhitung Sisa Hidupmu

Mari Berhitung Sisa Hidupmu. Buku karya Surianto Rustan ini bukan untuk menakuti ataupun mengajak kita mempersiapkan diri sebelum kematian menjemput. Bukan. Justru, dengan membacanya kamu akan termotivasi untuk maju dengan sisa hidup yang tak pernah kita tahu kapan akan berakhir. Buku ini berisi pelajaran hidup Surianto pribadi yang kemudian dirangkum dan dibagikan ke pembaca sebagai motivasi. Pelajaran hidup bagi Surianto harus kita pelajari dengan cara langsung mempraktikkannya, bukan seperti ilmu lain yang bisa kita kuasai dengan kursus, karena itulah ia berbagi hasil perenungannya selama empat puluh tahun lebih sebagai bahan belajar dengan melihat langsung contoh kasus, ya kehidupannya sendiri.

Belajar kehidupan, memang lebih pas melihat langsung contoh kasus, dengan begitu kita bisa sekaligus menggunakannya sebagai bahan refleksi. Bukan dengan tips ataupun cara praktis memenangkan kehidupan, karena Mari Berhitung Sisa Hidupmu tak menjual mimpi. Ia menghadirkan realitas. Surianto sengaja mengisi lembar demi lembar bukunya dengan beraneka macam bentuk tulisan dan gambar, mulai dari quote, cerita, tipografi, foto, sampai tulisan tangan. Beberapa hal yang ia coba angkat, antara lain, prinsip hidup, kesuksesan, kerja keras, penghalang, pikiran di luar batas, sampai ujung kehidupan. Artinya, di sisa hidup kita mengusahakan bagaimana supaya ada hal bermanfaat atau hal positif yang bisa ditinggalkan dan terus diingat oleh orang lain. Ide atau celetukan cerdasnya pun membuatmu tak bosan menyelesaikan membaca Mari Berhitung Sisa Hidupmu dalam satu kali kesempatan!

Quote favorit: Waktu terus berlari sampai engkau mewujudkannya dalam wujud sebuah karya, karena karya adalah dokumentasi bahwa engkau pernah ada.

3 dari 4 halaman

Next

Life of Pi

Masih meragukan adanya Tuhan, dan butuh pencerahan? Dengan membaca sebuah novel, kamu bisa berpikir ulang tentang pandanganmu mengenai kehidupan dan Sang Pencipta. Masih tak percaya? Baca sampai tuntas Life of Pi. Novel karya Yann Martel ini bercerita tentang Piscine Molitor “Pi” Patel, yang hidup di kebun binatang milik ayahnya di Pondicherry. Saat ayahnya mengalami kebangkrutan, mereka sekeluarga pun memutuskan hijrah dari India ke Amerika Utara membawa seluruh anggota kebun binatang, dengan menumpang sebuah kapal kargo perusahaan Jepang. Umurnya 16 tahun ketika Pi harus kehilangan ayah, ibu, kakak, dan hampir semua penghuni kebun binatang. Badai dahsyat menenggelamkan kapal mereka, mengambil semua yang Pi miliki. Pi, satu-satunya yang selamat dan terombang-ambing di atas sekoci di Samudera Pasifik bersama seekor harimau Bengal dewasa bernama Richard Parker. Pi bertahan hidup selama 227 hari bersama Richard Parker dan mengalami pengalaman spiritual yang luar biasa, sampai akhirnya ia terdampar di wilayah pantai Mexico, dan Richard Parker meninggalkannya begitu saja.

Ia diselamatkan penduduk sekitar dan harus menjalani interogasi dari perusahaan pemilik kapal. Namun, ia menceritakannya dalam dua versi. Pertama, mengenai kebenaran yang seolah mustahil dan dibuat-buat tapi fantastis, dan yang kedua, cerita dibuat sesuai keinginan pendengar. Mana kemudian yang merupakan kebenaran sejati? Seperti itu pulalah iman atau kepercayaan manusia akan adanya Tuhan. Mau menjadikan-Nya nyata dengan segala macam keajaiban yang seringkali terjadi di luar nalar, atau memilih hidup dengan segala hal yang sesuai nalar, tapi tak pernah merasakan keajaiban?

Kisah yang sebagian besar berlangsung di Samudera Pasifik itu begitu menarik. Bisa kita temukan kisah saat ia berusaha “menaklukkan” Richard Parker maupun saat pertama mengonsumsi ikan padahal ia seorang vegetarian. Novel ini sendiri telah dicetak ulang berulang kali dan meraih sejumlah penghargaan, dann walaupun saat ini filmnya sudah bisa disaksikan, tapi tak ada salahnya menikmati juga bukunya dan menciptakan imajinasi sendiri. Hewan-hewan mengagumkan, adrenalin ketika berada di lautan yang sangat luas dengan bahaya yang sewaktu-waktu mengancam, juga keajaiban alam yang bisa tiba-tiba ditemukan seperti sebuah kejutan, patut diacungi jempol. Mengisi liburan akhir tahun dengan bacaan sarat pesan dan pelajaran hidup, bisa jadi pilihan seru. Alur simpel dan natural menjauhkan kita dari kebosanan, selain mengajak kita ikut masuk ke dalam petualangan Pi yang mengesankan.

Quote favorit: Semakin kau jatuh dalam penderitaan, semakin tinggi pikiranmu ingin lepas. Wajarlah kalau dalam keadaan tanpa harapan dan putus asa, dalam terjangan penderitaan yang taka da habisnya, aku jadi berpaling kepada Tuhan.

4 dari 4 halaman

Next

Kiss That Frog

Buku motivasi memang tak pernah membosankan dibahas, bahkan dibaca berulang-ulang pun akan bisa terus memberikan semangat baru. Seperti Kiss That Frog karya Brian Tracy dan Christina Tracy Stein yang mengajak kita mengubah semua hal negatif dalam hidup menjadi sesuatu yang positif, yang bisa mengantarkan kita kepada kesuksesan sejati. Terkesan berat? Sama sekali tidak. Malah, tiap tulisannya disajikan dengan simpel dan apa adanya. Kiss That Frog adalah bacaan pas awal tahun, momennya membekali diri dengan semangat, tantangan, dan pencapaian baru.

Ingin bahagia? Berpikir positiflah. Ingin sukses? Juga harus berpikir positif. Menggunakan ilustrasi putri cantik dan pangeran tampan yang dikutuk jadi seekor katak buruk rupa, kita diminta menemukan keburukan itu dan berani mengubahnya menjadi kebaikan dengan mengakhiri kutukan katak menggunakan sebuah ciuman. Ya, emosi negatif adalah katak-katak yang ada dalam diri kita. Untuk mengubahnya jadi pangeran tampan, dari diri kita sendiri harus ada yang rela menemukan lalu menciumnya.

Kiss That Frog tak menggunakan bahasa dan kiasan yang muluk. Ia sengaja dihadirkan dengan contoh sederhana yang erat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga tepat “menyentil” kita untuk berubah. Kalau ingin kehidupan yang bahagia, ya harus diusahakan sendiri dengan memunculkan niat dan menghilangkan emosi negatif, musuh utama kebahagiaan tersebut. Bagaimana untuk mengalahkan emosi negatif dan memenangkan sisi positif tersebut? Dimulai dari niat pribadi, dan didukung oleh lingkungan. Artinya, kita pun harus bergaul dengan orang-orang positif; menutrisi diri dengan yang positif, seperti bacaan dan tontonan yang memotivasi; pengembangan diri, karena pikiran positif pun perlu terus dilatih; hidup sehat; dan yang terpenting selalu punya tujuan atau mimpi positif. Intinya, manusia bertanggung jawab penuh atas dirinya sendiri.

Quote favorit: Orang-orang yang tidak bahagia dan frustasi menganggap diri mereka tidak penting dan tidak berharga. Mereka merasa putus asa dan tidak layak. Mereka merasa, “aku tidak cukup baik,” sehingga akibatnya, mereka marah pada dunia dan terlibat pada perbuatan-perbuatan yang menyebabkan diri mereka sendiri, dan juga diri orang lain terluka. Mereka tidak menyadari bahwa di dalam diri mereka, mereka bisa menjadi seorang pangeran atau seorang putri.

Bagaimana, Fimelova? Sudah cukupkah ketiga buku ini “menutrisi” pikiran dan semangatmu menyambut awal bulan di awal tahun yang baru?