Pelecehan Seksual Perempuan di Angkutan Umum: Perlu Hukuman Tegas atau Pemisahan Penumpang?

Fimela Editor diperbarui 20 Des 2012, 11:29 WIB
2 dari 5 halaman

Next

Mulai dari bus, kereta, hingga Transjakarta, sepertinya hampir semua setuju jika dikatakan sebagian besar dari fasilitas tersebut sudah tidak layak pakai. Kurangnya armada yang mangakomodasi, banyaknya cacat pada armada bus dan kereta, serta jadwal keberangkatan yang tidak teratur menjadi penyebab utama terjadinya penumpukan penumpang di setiap titik pengangkutan.

Penumpukan penumpang inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya pelecehan terhadap perempuan di kendaraan umum. Dan sayangnya, tindakan tersebut kembali terjadi seolah para pelaku sama sekali tidak takut dengan ancaman hukuman yang membayangi. Karena pada kenyataannya memang belum ada tindakan hukuman tegas dari pihak yang berwajib hingga bentuk pelecehan pun meningkat kepada tindakan pemerkosaan di angkot yang terjadi beberapa waktu lalu.

What's On Fimela
3 dari 5 halaman

Next

Sebelum Transjakarta, kereta merupakan sarang terjadinya berbagai bentuk pelecehan seksual. Setelah cukup lama terjadi, akhirnya terwujudlah pemisahan penumpang laki-laki dan perempuan dengan adanya gerbong khusus perempuan. Tindakan ini disambut cukup antusias oleh para pengguna kereta karena dengan demikian perempuan serta anak-anak mendapat tempat khusus dan lebih leluasa di gerbong khusus tersebut. “Saya jarang menggunakan kereta, tapi saya senang sekarang sudah ada pemisahaan antara penumpang laki-laki dan penumpang perempuan dalam gerbong yang berbeda. Dengan begitu, saya merasa sedikit lebih nyaman ketika membawa anak bepergian naik kereta,” Dian, 42, Ibu Rumah Tangga.

4 dari 5 halaman

Next

Menanggapi bentuk-bentuk pelecehan yang sama sekali tidak berkurang, Pemerintah Daerah Jakarta pun saat ini melakukan pemisahaan penumpang laki-laki dan perempuan di dalam Transjakarta. Namun sepertinya kebijakan ini tidak efektif karena pada kenyataannya masih juga terjadi pelecehan seksual pada perempuan. Bahkan, pelaku berani terang-terangan merekam balik rok seorang karyawan perempuan. Dan lagi-lagi, pelaku tidak mendapatkan ganjaran berarti atas perbuatannya.

Tahun  lalu, Pemda Jakarta sudah mengeluarkan wacana akan mengeluarkan bus Transjakarta baru khusus untuk perempuan. Karena seperti yang kita tahu bahwa penumpukan bus Transjakarta sudah tidak dapat dihindari lagi setiap waktu. Dan inilah yang menjadi “kesempatan” bagi para pelaku untuk melakukan pelecehan seksual.

5 dari 5 halaman

Next

“Saya rasa tidak ada cara lain untuk mengurangi tumpukan penumpang di halte Transjakarta selain dengan menambah armada bus. Karena hampir setiap hari penumpukan penumpang saat pergi dan pulang kerja tidak dapat dihindari di halte-halte Transjakarta, terutama jalur-jalur yang melalui jalur macet dan juga halte transit pusat. Nggak hanya itu, terkadang kita pun harus menunggu berjam-jam untuk bisa mendapat giliran naik ke dalam Transjakarta ,” Atre, 26, penulis.

Hampir satu tahun lebih wacana Transjakarta khusus perempuan dikeluarkan, namun akhirnya hanya kembali berakhir sebagai wacana. Berganti pemerintahan, Jokowi, Gubernur baru Jakarta yang berasal dari Solo pun lanjut mengeluarkan wacana akan adanya bus Transjakarta khusus perempuan menanggapi kasus pelecehan seksual yang terjadi berturut-turut di Transjakarta dalam waktu dekat ini.

Jokowi memberikan angin surga dengan mengatakan bus Transjakarta khusus perempuan bisa terealisasi karena bulan Januari 2013 akan datang 600 armada bus. Tidak usah terlalu muluk-muluk berharap terwujudnya bus khusus perempuan, para pengguna moda Transjakarta tentu akan merasa senang jika penambahan bus terealisasi. Tentu dengan adanya penambahan bus penumpukan penumpang pun bisa berkurang, pelecehan seksual bisa diminimalisasi atau langsung dihilangkan, hingga mungkin tidak perlu diberlakukannya armada Transjakarta khusus perempuan.