TRUE STORY: SMS Penipuan Masih Menelan Korban

Fimela Editor diperbarui 30 Nov 2012, 04:59 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Beberapa bulan terakhir ini, saya memang sedang mengurus keperluan tempat tinggal baru Ibu (sebutan Lili untuk atasannya). Mulai dari pembelian furniture hingga berbagai perabot lainnya. Sekitar akhir Oktober 2012, saya berhubungan dengan sebuah toko penjual tirai. Saya memesan tirai dan beberapa barang lain dari toko tersebut. Usai pemesanan, invoice penagihan sebesar Rp10.500.000,- pun masuk. Karena di dalam invoice tidak tercantum nomor rekening pembayaran maka saya kirim sms kepada toko tersebut dan minta agar dikirimkan nomor rekening mereka.

Tidak lama setelah mengirim sms untuk minta nomor rekening, masuklah sms balasan yang berisi nomor rekening seorang perempuan di BNI. Karena sms tersebut masuk setelah saya minta dikirimkan nomor rekening kepada penjual tirai maka tanpa berpikir panjang saya langsung berasumsi bahwa sms tersebut adalah sms yang saya tunggu dari si pihak penjual. Saya pun langsung meminta orang saya untuk menyetorkan uang sejumlah Rp10.500.000,- di BNI Cabang Pasar Santa.

Kira-kira 2 minggu setelah saya menyetorkan uang tersebut, datang telepon dari pihak toko yang menanyakan masalah pembayaran. Saya bilang pada mereka bahwa saya telah menyetor uang tersebut ke rekening BNI dan saya pun menyebutkan nomor rekening yang tertera. Namun ternyata, mereka mengatakan bahwa nomor rekening pembayaran mereka bukan dari BNI tetapi melalui BCA. Seketika saya lemas karena sadar telah menjadi korban penipuan lewat sms.

Yang cukup mengherankan bagi saya adalah sms dari orang yang saya tunggu sama sekali tidak masuk dan justru malah masuk sms dari nomor penipu tersebut, momen pas untuk membuat orang berpikir bahwa sms tersebut adalah sms yang ditunggu. Setelah mengetahui saya tertipu, saya tidak langsung mengurusnya karena memang pada saat itu banyak pekerjaan kantor yang lebih penting dan harus diselesaikan. Barulah kurang lebih seminggu kemudian, saya memberanikan diri untuk melapor ke BNI tempat saya menyetor.

What's On Fimela
3 dari 4 halaman

Next

Awalnya saya benar-benar pasrah dan sudah tidak lagi mengharapkan uang saya kembali. Karena saya sadar kejadian tersebut adalah keteledoran saya yang tidak mengecek kembali kepada pihak yang bersangkutan, padahal sudah banyak sms tidak jelas yang masuk ke nomor saya. Saya melapor ke BNI agar pihak bank bisa mengusut dan menutup nomor rekening tersebut supaya tidak ada lagi korban-korban lainnya. Namun, ketika berbicara dengan pihak BNI, mereka seolah menumbuhkan harapan uang saya bisa kembali.

Jujur, pihak BNI Cabang Pasar Santa sangat membantu. Pada saat itu, mereka mengatakan akan mencoba mengusut nomor rekening tersebut dan akan mengusahakan untuk mengembalikan uang saya jika memang saya bisa membuktikan bahwa saya adalah korban penipuan. Dan saya pun langsung memberanikan diri untuk melangkahkan kaki ke Polres Jakarta Selatan. Walaupun berlangsung cukup alot dan agak lama, akhirnya saya mendapatkan surat yang menyatakan bahwa saya merupakan korban penipuan. Dan ternyata, tumpukan berkas korban penipuan seperti saya menggunung di atas meja polisi. Rupanya penipuan dengan modus sms memang banyak memakan korban. Saat berada di kantor polisi, saya sempat bertanya kepada polisi tentang upaya mereka dalam memberantas penipuan seperti ini. Polisi yang membuatkan BAP saya hanya mengatakan bahwa sebenarnya kejahatan seperti ini sudah bukan urusan polisi karena penipuan modus sms merupakan ranah cyber crime. Saat itu saya cukup bingung karena jika bukan polisi yang memberantas kejahatan maka rakyat harus meminta kepada siapa lagi. Tapi, saya memutuskan untuk diam agar urusan saya bisa segera selesai.

Keesokan harinya, saya kembali ke BNI Pasar Santa dengan membawa surat dari kepolisian. Ternyata, BNI Pasar Santa langsung berkoordinasi dengan BNI Cabang Serang, nomor rekening yang saya terima waktu itu adalah nomor rekening BNI Cabang Serang. Pihak BNI mengatakan bahwa ternyata nomor rekening yang saya terima sudah diblokir beberapa hari lalu, bisa jadi karena memang banyak orang yang melaporkan nomor tersebut atau memang ada kesalahan yang dilakukan oleh si pemilik rekening.

4 dari 4 halaman

Next

Sudah 2 minggu berlalu sejak saya melaporkan persitiwa ini ke pihak BNI. Sejauh ini, pihak BNI cukup membantu dengan sesekali memberikan progress report kasus saya, walaupun uang saya belum kembali. Namun, mereka memberikan harapan yang cukup besar hingga saat ini saya juga ikut optimis kalau uang saya bisa benar-benar kembali.

Saya sadar peristiwa ini memang sepenuhnya keteledoran saya karena tidak melakukan pengecekan setelah saya menerima sms yang berisi nomor rekening. Seharusnya saya sudah curiga ketika nomor rekening yang masuk atas nama pribadi, bukan atas nama usaha. Masih trauma dengan peristiwa tersebut, saat ini setiap kali menerima nomor rekening pembayaran saya pun melakukan triple check, sebelum pembayaran, saat pembayaran, dan setelah pembayaran.

Pengecekan merupakan kunci utama untuk menghindari agar kita tidak menjadi salah satu korban penipuan dengan modus sms. Jika sms penipuan masuk pada saat momen tepat seperti peristiwa yang saya alami, bukan tidak mungkin oknum-oknum ini akan tetap bisa mendapatkan korban. Dan setelah peristiwa penipuan yang saya alami ini, saya merasa bahwa kita sebagai konsumen provider tidak bisa mendapatkan keamanan terhadap nomor telepon yang kita gunakan. Seberapa pun  seringnya kita mengganti nomor, tidak akan bisa menjamin kita bisa bebas dari sms-sms penipuan maupun sms berbagai penawaran.