Sehari di Yogyakarta: Bertualang di Kaki Gunung Merapi sampai Jalan Santai di Malioboro

Fimela Editor diperbarui 21 Nov 2012, 08:00 WIB
2 dari 5 halaman

Next

Pagi hari, paling asyik menuju ke daerah Kaliurang yang udaranya masih sangat segar dan sejuk. Sebelum pukul 7 pagi kami berusaha sampai di tempat agar bisa menikmati pemandangan dengan maksimal (makin siang, makin tertutup kabut). Di sana, rugi kalau tak sekalian mencoba Lava Tour. Masih ingat kan, dengan peristiwa meletusnya Gunung Merapi 2 tahun lalu? Kini, daerah korban awan panas letusan gunung menjadi tempat tujuan wisata. Kami pun menjelajah daerah bencana, mulai dari Dusun Kinahrejo yang mengalami kerusakan terparah hingga 25 dusun lainnya, termasuk area sekitar rumah almarhum Mbah Maridjan, Juru Kunci Gunung Merapi, yang kini rata dengan tanah. Lautan pasir dan batu bisa dilihat di mana-mana, bahkan reruntuhan rumah dan puing-puing kendaraan. Tak banyak merogoh kocek, untuk bisa masuk per kendaraan cukup membayar 7 ribu hingga 15 ribu Rupiah, dan biaya parkir tak lebih dari 10 ribu Rupiah. Jalan yang menanjak bisa ditempuh dengan berjalan kaki maupun menyewa kendaraan dengan harga variatif.

3 dari 5 halaman

Next

Selesai bertualang, saatnya mampir ke 2 museum besar di kawasan Kaliurang, yaitu Museum Merapi dan Ullen Sentalu. Untuk lebih mengenal Gunung Merapi, kami berkunjung ke Museum Merapi yang akan memuaskan rasa ingin tahu kami tentang semua hal seputar gunung berapi yang paling aktif di dunia ini. Dari luar, kami menemukan sebuah bangunan yang unik. Bagaimana tidak, kehadirannya di tengah-tengah pemandangan hijau cukup mencolok. Ya, museum ini terletak tepat di kaki Gunung Merapi. Untuk masuk ke museum yang ini, kamu cukup mengeluarkan 3 ribu Rupiah.

Sementara itu, di Ullen Sentalu kami menemukan suasana eksotis dan puas memandangi interior bangunan yang klasik, alami, dan romantis. Dinding-dinding batu dengan pencahayaan temaram lorong bawah tanah membawa kami ke bagian lain yang patut dikagumi: sederet koleksi barang kuno yang bernilai seni tinggi, seperti batik kuno, lukisan dan foto keluarga Keraton, dan surat kuno. Di sini, kamu pun akan disuguhi minuman rempah khas Keraton, racikan jahe, kulit secang, dan kayu manis. Tak butuh waktu lama berkeliling, kami pun kemudian bebas menikmati taman museum yang asri untuk bersantai dan berfoto ria. Kedua museum ini buka hari Selasa sampai Minggu mulai pukul 09.00 sampai 15.30.

4 dari 5 halaman

Next

Nah, setelah berkeliling, kami langsung mampir ke Telaga Putri. Ini tempat favorit banyak orang, karena di sana kita bisa menemukan banyak sekali makanan, mulai dari buah-buahan sampai jadah-tempe, salah satu makanan khas Yogyakarta. Tempe bacem yang legit, ditambah olahan ketan putih dan kelapa yang gurih, menjadi camilan pagi hari yang menggelitik lidah. Kita juga bisa menemukan banyak warung yang menjual menu sate kelinci. Berani mencoba? Sambil memborong makanan, lagi-lagi kita disuguhi pemandangan air terjun mini dan ditemani udara sejuk. Oya, jangan lupa bawa baju hangat kalau tak mau menggigil!

Puas jalan-jalan pagi hari, siang hari saatnya mencari makanan yang khas. Masih di daerah Kaliurang, kami langsung meluncur ke daerah Pakem, menemui warung Sego Abang Lombok Ijo (nasi merah lombok hijau). Rumah makan yang terletak di pinggir jalan ini seringkali lepas dari pandangan mata. Namun, sekali saja berkunjung ke sana, kamu tak akan melewatkannya lagi lain waktu. Nasi merah yang disajikan berbarengan dengan sayur singkong masak santan plus irisan tempe dan lombok ijo di dalamnya, bersanding pula dengan daun singkong rebus yang disajikan dengan siraman santan kental. Hmm… lauk pauk berupa daging empal bacem, ayam bacem, tempe-tahu bacem, sampai rempeyek, menambah sensasi “maknyus” di lidah. Perpaduan rasa manis, asin, gurih, dan pedas menjadi “surga” siang hari kami.

5 dari 5 halaman

Next

Tak terasa, hari makin sore. Saatnya kami “turun gunung” dan beralih ke bagian lain dari kota Yogyakarta yang tak kalah eksotis. Malioboro jadi tempat tujuan kami selanjutnya, untuk apa lagi kalau bukan berbelanja sekaligus menikmati pemandangan di sepanjang jalan Malioboro dengan iringan musik perkusi para musisi jalanan? Rasanya, tak ingin lagi beranjak! Di Malioboro, kami pun sempat melihat-lihat bermacam kerajinan khas Yogyakarta. Kalau lebih jeli, kamu bisa menemukan sandal-sandal kulit yang unik yang dijual dengan harga terjangkau, lho. Hasil tengok kanan-kiri, kami pun menemukan satu toko roti bernama Djoen. Sudah berdiri sejak hampir seratus tahun, toko ini memang benar-benar klasik. Roti yang ditawarkan merupakan hasil olahan sendiri, dijamin tanpa bahan pengawet dan pewarna, teksturnya pun kenyal dan rasanya, gurih! Oya, datanglah tepat pukul 2 siang, jam di mana roti keluar dari oven sehingga masih hangat dan fresh.


Berlama-lama menjelajah area Malioboro memang tak pernah membosankan, tapi waktu terus berjalan. Kami pun merasakan perut mulai keroncongan. Untuk penutup hari yang luar biasa, kami harus memilih menu yang spesial. Tujuan kami satu, bakmi Doring di daerah Suryowijayan. Bakmi godhog, atau bakmi rebus, dan mumi food langsung kami pesan tanpa ragu, dan 2 menu ini bisa didapat dengan harga tak sampai 50 ribu Rupiah! Memang, bakmi Jawa adalah makanan lezat yang sayang kalau terlewat saat mampir ke Yogyakarta. Sedangkan nama mumi food sedikit terdengar seram, tapi rasanya… susah digambarkan! Olahan tulang ayam kampung berbumbu kecap dan merica menghasilkan kombinasi rasa yang pas membuat perut makin keroncongan ingin segera menyantapnya. Tapi, kami harus lebih bersabar kalau ingin menikmati kelezatan semua masakan itu, karena saking enak dan terkenalnya, warung yang berdiri sejak 1984 ini sangat ramai. Antre minimal satu jam adalah hal yang sangat wajar di sini. Dan begitu menu yang kami pesan datang, lengkap dengan teh poci dan gula batunya, ada perasaan puas dan kenikmatan tersendiri. Slluurrp!

Akhirnya, selesai sudah pula petualangan sehari kami di Yogyakarta. Pengalaman satu hari yang menyenangkan. Kapan-kapan, kami akan kembali ke sini untuk menjelajahi sudut kota lainnya. Kami yakin, masih banyak “surga” yang belum kami intip dan bagikan ke kalian, Fimelova!