Next
Tapi, justru saat baru bertemu dengan kerabat dan teman lama merupakan saat-saat kita harus menjaga dan memilah tutur kata. Jangan sampai setelah lama tidak bertemu, mereka malah merasa tersinggung atau tersakiti dengan ucapan kita. Saat berada di tengah keluarga besar atau mungkin menghadiri pesta pernikahan, pasti ada sebagian kamu yang sudah tidak asing lagi dengan pertanyaan ‘kapan nyusul?’, atau ‘kapan nikah?’.
Untuk mereka yang melemparkan pertanyaan semacam ini mungkin sama sekali nggak berniat untuk menyinggung atau menyakiti perasaan orang yang diajak bicara. Karena jika diperhatikan, pertanyaan semacam ini sering dijadikan ‘ice breaker’ untuk memulai pembicaraan lain. Tapi, untuk sebagian orang, pertanyaan yang justru bersifat pribadi bisa jadi menyinggung perasaan mereka.
What's On Fimela
powered by
Next
"Suatu perbuatan disebut sebagai bully kalau memang niat awalnya untuk menyakiti orang lain."Apakah lantas pertanyaan yang awalnya digunakan sebagai ‘ice breaker’ justru malah beralih fungsi sebagai medium verbal bullying karena bisa menyakiti dan menyinggung perasaan orang lain? “Suatu perbuatan disebut sebagai bully kalau memang niat awalnya untuk menyakiti orang lain. Kalau tujuannya bukan untuk menyakiti orang maka tidak bisa disebut sebagai bully. Pertanyaan ‘kapan nikah’ dan ‘kapan punya anak’ memang pertanyaan lazim yang ditemui di lingkungan sosial. Dan memang pertanyaan seperti ini tentu hanya kita utarakan kepada orang-orang dekat. Untuk mereka yang mudah tersinggung dan mudah marah dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini, sebaiknya perlu lebih banyak belajar untuk mengendalikan diri dan mengendalikan situasi. Karena tentu kita tidak mungkin bisa selalu menghindari pertanyaan-pertanyaan pembuka seperti ini,” ujar Amanda Margia, dosen Psikologi di sebuah perguruan tinggi swasta.
Next
“Pertanyaan basa-basi seperti ‘kapan nikah’ saya rasa nggak akan berhenti ketika kita menikah. ‘Kapan punya anak’ dan ‘kapan nambah anak’ pun harus siap kita temui saat kita sudah menikah. Jadi, menurut saya, mau tidak mau kita harus selalu siap dengan pertanyaan-pertanyaan awalan seperti itu. Dan rasanya sebagai makhluk sosial kita tidak mungkin untuk menghindari obrolan-obrolan seperti itu yang artinya harus selalu siap mendapatkan pertanyaan ‘pembuka’ pembicaraan semacam itu. Yang penting, santai saja menanggapinya, jangan sampai dibawa stres dan dimasukan ke hati,” ujar Nina, 31, Manager.
So, nggak ada salahnya kan kita berpikir ulang setiap kali hendak berbicara dengan siapapun. Speak for peace and (always) think before you speak.
Speak4Peace adalah salah satu campaign ulang tahun kedua FIMELA.com. Bersama Speak4Peace kami juga mengadakan seminar sehari Fimela: IWOW Conference, ikutan yuk! Petunjuk lebih lanjut bisa kamu baca di sini.
Empowered by