Next
Tak dipungkiri, tiap orang punya potensi bersikap posesif pada pasangannya. Beberapa perempuan yang FIMELA.com temui pun berpendapat bahwa posesif menjadi alat pertahanan diri supaya seseorang yang ada di dekatnya tak memiliki kesempatan diusik maupun mengusik pihak ketiga. Konon, perasaan ingin memiliki pasangan secara berlebihan ini berdampak negatif pada kelanggengan hubungan, tapi justru banyak dilakukan dengan bermacam alasan. Bukti kalau ego lebih sering dimenangkan ketimbang logika, eh?
Pasangan yang posesif cenderung melancarkan “serangan” berupa perkataan yang menyakitkan hati. Bisa dalam bentuk interogasi berlebihan, ancaman, kemarahan, sampai amukan dengan kata-kata tajam dan kasar jika pasangan sud
“Bukan cuma itu. Pacar juga menyalahkan, menganggap aku yang memang berniat tak jujur, padahal cuma jalan berdua dengan sahabat tanpa mengabarinya, misalnya. Ujung-ujungnya tuh yang tidak enak, dia selalu mengeluarkan kata-kata yang melecehkanku sebagai perempuan. Mengataiku genit, sengaja tebar pesona, dan lain-lain,” Noni (25 tahun, creative) bercerita, “Siapa yang betah diperlakukan begitu terus-menerus. Bicaranya lama-lama sama sekali tidak sopan. Anehlah, tidak logis. Sampai mengancam akan menghajar siapa pun yang nantinya dekat denganku juga.”
“Suami sering cemburu berlebihan. Kalau sudah marah, biasanya masalah-masalah di masa lalu diungkit kembali, membuatku makin terpojok dan seolah semua memang salahku. Kata-katanya menyakitkanlah pokoknya,” Deni (29 tahun, ibu rumah tangga) ikut bertutur.
What's On Fimela
powered by
Next
Apakah ada di antara kalian, atau orang terdekat, yang mengalami hal serupa? Hati-hati, menuduh, mengancam, dan melecehkan, merupakan indikasi adanya verbal bullying karena perbuatan itu sangat berpotensi menyebabkan korban kehilangan kenyamanan. Pertanyaan-pertanyaan di mana, dengan siapa, sedang apa; menghubungi berkali-kali cuma untuk memastikan semua baik-baik saja; menganggap pasangan sebagai miliknya pribadi yang membuat tak bisa bergerak bebas; cemburu atas hal-hal sepele yang sebenarnya tak layak dipermasalahkan; bersikap bossy; juga menjadi pertanda kita menjadi pelaku maupun korban verbal bullying, karena perlakuan seperti itu cenderung membuat nyaman dan aman pelaku, sementara si korban menjadi resah dan tak tenang.
Intinya, kecemasan kita maupun pasangan terhadap hal-hal yang tak diinginkan bisa dihindari jika hubungan terus harmonis. Karena itu, ingat bahwa bicara positif tak cuma berlaku di lingkungan pergaulan dan kerja, tapi juga terhadap orang terdekat yang justru paling rentan kita sakiti. Setuju? Speak for peace, everyone. Gunakan perkataan hanya untuk menyampaikan pikiran positif!
Untuk lebih terinspirasi, ikuti seminar sehari bareng FIMELA.com, IWOW, yuk! Info & pendaftaran klik di sini.
Empowered by: